PLASENTA PREVIA
I.
Definisi
Plasenta previa adalah kondisi saat plasenta
terimplantasi di kutub bawah uterus. Implantasi ini dapat berupa:
A.
Total atau
Komplet: Plasenta menutupi seluruh ostium uteri serviks.
B.
Parsial: Hanya
sebagian ostium uteri yang tertutupi.
C.
Marginal: ujung
plasenta berada pada tepi ostium uteri.
D.
Letak-rendah:
Ujung plasenta berada sangat dekat dengan tepi ostium uteri.
II.
Insidens
Sekitar 1 dari 200 kelahiran.
III.
Etiologi
A.
Faktor yang
memengaruhi lokalisasi implantasi:
1.
Fertilisasi cepat
atau lambat
2.
Variabilitas dalam
implantasi berpotensi menyebabkan blastokista
3.
Daya penerimaan
dan kecukupan endometrium
B.
Pada kehamilan
kembar karena ukuran permukaan plasenta meningkat
C.
Kecenderungan untuk
menghindari implantasi pada jaringan parut uterus, seperti seksio sesarea
sebelumnya.
D.
Peningkatan insidens
seiring dengan peningkatan paritas. Letak endometrium berubah pada tempat
pelekatan plasenta sebelumnya; blastokista berupaya melekat ke area yang tidak
pernah ada plasenta sebelumnya.
E.
Insidens meningkat
pada ibu lansia.
F.
Insidens meningkat
pada ibu diabetes, kemungkinan karena plasenta lebih besar dari ukuran
biasanya.
IV.
Gambaran Klinis
A.
Tanda dan gejala
1.
Perdarahan pervagina
tanpa disertai nyeri.
2.
Awitan perdarahan
yang tiba-tiba tanpa didahului tanda sebelumnya.
3.
Terjadi selama
trimester tiga.
4.
Malpresentasu atau
malposisi kerena janin harus menyesuaikan diri akibat adanya plasenta.
B.
Komplikasi
1.
Perdarahan dan
mengakibatkan syok
2.
Prematuritas janin
3.
Peningkatan mortalitas
janin
4.
Perdarahan pascapartum
karena perdarahan pada tempat pelekatan plasenta. Pada tempat tersebut,
kontraksi serat otot uterus kurang efektif.
5.
Sindromm Sheehan
dan defek pembekuan dapat terjadi, namun lebih sering terjadi pada abrupsio
plasenta.
V.
Penatalaksanaan
A. Jangan
lakukan pemeriksaan vagina! Pembuluh darah plasenta dapat pecah dan
mengakibatkan hemoragi massif.
B. Diagnosis
dapat ditegakkan dengan USG.
C. Bila
diagnosis ditegakkan pada awal kehamilan, plasenta dapat berpindah ke uterus
seiring uterus yang membesar.
1. Tindakan
lanjut dengan USG serial sampai plasenta cukup jauh dari ostium uteri. Bila plsenta
tetap tumbuh pada ostium uteri saat 32 minggu, rujuk ke dokter.
2. Anjurkan
pasien untuk melapor saat tanda pertama perdarahan vagina.
D. Konsultasikan
dengan dokter segera saat didiagnosisi plasenta previa total, parsial, atau
marginal setelah 20 minggu kehamilan.
E. Periksa
apakah pasien Rh(D) negative yang tidak tersentiasasi menerima injeksi RHOGAM
setelah tiap episode perdarahan untuk mencegah sensitisasi dari kemungkinan
percampuran darah janin D-positif dengan darah ibu.
1. dosisi
yang biasa adalah 1 vial, yang cukup untuk transfusi sampai 15 ml darah janin
ke dalam sirkulasi ibu.
2. Dosis
harus lebih besar bila cairan mungkin ditransfusikan lebih dari 15 ml.
3. Uji
Betke-Kleihauer dapat dilakukan untuk menentukan jumlah darah janin dalam
sirkulasi ibu.
F. Anjurkan
untuk membatasi aktivitas atau tirah-baring pada pasien yang didiagnosis
plasenta previa parsial atau total.
1. Observasi
pasien secara ketat sampai janin cukup bulan atau sampai terjadi episode
perdarahan serius yang memerlukan pelahiran segera dilaksanakan.
2. Rencanakan
pelahiran melalui seksio sesaria karena plasenta menutupi ostium uteri dan
mencegah turunnya janin ke vagina.
VI.
Pendidikan Kesehatan
A.
Jelaskan penyebab,
lokasi plasenta, dan masalah yang mungkin timbul.
B.
Pasien harus
segera melapor saat tanda pertama perdarahan. Pasien harus memberitahukan rumah
sakit atau dokter yang mendiagnosis plasenta previa.
C.
Pasien plasenta
previa parsial atau total harus tetap di rumah dan membatasi aktivitas.
D.
Tidak boleh
melakukan hubungan seksual.
E.
Informasi diberikan
saat seksio sesaria bila perlu.
REFERENSI :
Morgan
Geri. 2009. Obstetri dan Ginekologi :
Panduan Praktik. EGC. Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar