Selasa, 28 Mei 2013

TANDA-TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN



 TANDA-TANDA BAHAYA PADA PERSALINAN
            Macam-macam tanda bahaya pada persalinan adalah sebagai berikut :
1.    Bayi tidak lahir dalam 12 jam sejak terasa mules
            Persalinan lama merupakan masalah besar di Indonesia karena pertolongan didaerah pedesaan masih dilakukan oleh dukun. Persalinan lama adalah persalinan yang berjalan lebih dari 24 jam untuk primigravida dan atau 18 jam bagi multigravida. Persalinan kasep (partus kasep) adalah persalinan lama yang disertai komplikasi ibu maupun janin (Manuaba, 1998 )
              Penyebab persalinan lama atau kasep diantaranya adalah kelainan letak janin, kelainan panggul, kelainan kekuatan his dan mengejan, terjadi ketidakseimbangan sefalopelvik, pimpinan persalinan yang salah, dan primi tua primer dan sekunder.
2.    Tali pusat atau tangan bayi keluar dari jalan lahir  ( Sastrawinata, 2004)
a.    Letak majemuk (Presentasi Ganda, Compound Presentasi)
Yang dimaksud dengan letak majemuk ialah jika disamping bagian terendah teraba anggota badan. Tangan yang menumbung pada letak bahu tidak disebut letak majemuk begitu pula adanya kaki disamping bokong pada letak sungsang tidak termasuk letak majemuk.Pada letak kepala dapat terjadi :
1)    tangan menumbung
2)    lengan menumbung
3)    kaki menumbung
4)    Tali Pusat Menumbung (Prolaps Foeniculi)
Jika tali pusat teraba disamping atau lebih rendah dari bagian depan, sedangkan ketuban sudah pecah maka dikatakan tali pusat menumbung.Jika hal ini terjadi pada ketuban yang masih utuh disebut tali pusat terkemuka.Prolapsus foeniculi tidak mempengaruhi keadaan ibu secara langsung, namun sebaliknya sangat membahayakan anak karena tali pusat tertekan antara bagian depan anak dan dinding panggul yang akhirnya timbul asfiksia.Bahaya terbesar bila anak letak kepala karena bagian yang menekan tali pusat itu bundar dan keras.
3.  Ibu tidak kuat mengejan atau mengalami kejang
            Menurut Saifudin dalam Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, apabila seorang ibu bersalin tidak kuat mengejan atau mengalami kejang penanganan umum yang harus dilakukan adalah :  
a.  Jika Ibu tidak sadar atau kejang, mintalah pertolongan. Segera mobilisasi seluruh tenaga yang ada dan siapkan fasilitas tindakan gawat darurat
b.  Segera lakukan penilaian terhadap keadaan umum termasuk tanda vital (nadi, tekanan darah, dan pernafasan) sambil mencari riwayat penyakit sekarang dan terdahulu dari pasien atau keluarganya.
c.  Jika pasien tidak bernafas atau pernafasan dangkal :
1.    Periksa dan bebaskan jalan nafas
2.    Jika tidak bernafas, mulai ventilasi dengan masker dan balon
3.    Intubasi jika perlu
4.    Jika pasien bernafas, beri oksigen 4-6 liter per menit melalui masker atau kanula nasal.
d.    Jika pasien tidak sadar/ koma
1)    Bebaskan jalan nafas
2)    Baringkan pada sisi kiri
3)    Ukur suhu
4)    Periksa apakah ada kaku tengkuk

e.    Jika pasien syok ; lihat penglihatan syok
f.     Jika ada perdarahan; lihat penanganan perdarahan
g.    Jika kejang :
1)    Baringkan pada sisi kiri; tempat tidur arah kepala ditinggikan sedikit untuk mengurangi kemungkinan aspirasi sekret, muntahan, atau darah.
2)    Bebaskan jalan nafas
3)    Hindari jatuhnya pasien dari tempat tidur
4)    Lakukan pengawasan ketat
h.    Jika diagnosisnya eklampsia, berikan magnesium sulfat
i.      Jika penyebab kejang belum diketahui, tangani sebagai eklampsia sambil mencari penyebab lainnya.
4.  Air ketuban keruh dan berbau
Amnionitis dan Korioamnionitis, (Varney, 2002) :
Tanda dan Gejala :
a.    Demam maternal
b.    Takikardi janin
c.    Nyeri tekan pada uterus
d.    Peningkatan suhu vagina (hangat apabila disentuh)
e.    Cairan amnion berbau busuk
f.     sel darah putih meningkat meningkat
5.  Setelah bayi lahir, ari-ari tidak keluar
Retensio plasenta adalah terlambatnya kelahiran plasenta selama setengah jam setelah persalinan. (Manuaba, 1998)
            Pada beberapa kasus dapat terjadi retensio plasenta berulang (habitual retensio plasenta). Plasenta harus dikeluarkan karena dapat menimbulkan bahaya perdarahan, infeksi karena sebagai benda mati, dapat terjadi plasenta inkarserata, dapat terjadi polip plasenta, dan terjadi degenerasi ganas korio karsinoma. Dalam melakukan pengeluaran plasenta secara manual perlu diperhatikan tekniknya sehingga tidak menimbulkan komplikasi seperti perforasi dinding uterus, bahaya infeksi, dan dapat terjadi inversio uteri.
6.Ibu gelisah atau mengalami kesakitan yang hebat
Tindakan Pendukung dan Penenang selama Persalinan, (Varney, 2002)
            Perawatan pendukung selama persalinan adalah penting dalam kebidanan. Perawatan pendukung dapat secara ajaib mengubah seluruh skenario persalinan. Tindakan ini mempunyai efek positif baik secara emosional maupun fisiologis terhadap ibu dan janin, sehingga ibu dan janin memerlukan sedikit medikasi dan intervensi bahkan persalinan dapat berlangsung dengan sedikit.

PERDARAHAN POSTPARTUM



PERDARAHAN POSTPARTUM
Perdarahan postpartum adalah perdarahan kala ketiga yang melebihi 40 cc, disebut dengan perdarahan primer apabila terjadi pada 24 jam pertama dan perdarahan sekunder apabila terjadi setelah 24 jam.
1.      Predisposisi
a.       Keadaan umum lemah-anemia
b.      Multiparitas
c.       Pascatindakan operasi vaginal
d.      Distensi uterus berlebihan
·         Hidramnion
·         Hamil ganda
e.       Kelelahan ibu
·         Prolong labour
·         Neglected labour
f.       Trauma persalinan
·         Robekan vagina dan perineum
·         Robekan serviks
·         Robekan forniks
·         Robekan uterus
2.      Penyebab perdarahan postpartum
a.       Perdarahan postpartum primer
·         Atonia uteri
·         Retensio plasenta
·         Placenta rest
·         Trauma persalinan
·         Gangguan pembekuan darah
b.      Perdarahan postpartum sekunder
·         Placenta rest
·         Trauma persalinan
·         Infeksi







Perdarahan Postpartum
 
                                                                                                    








 














                                                                                                                                      
 






                                                                    

                                                                                                                                                       


Catatan:
            Perdarahan postpartum (P3) dibagi menjadi dua, yaitu:
a.       P3 primer   : perdarahan berlangsung dalam waktu 24 jam pertama.
b.      P3 sekunder
Ø  Perdarahan terjadi setelah 24 jam pertama.
Ø  Sebagian besar disebabkan oleh placenta rest.
Ø  Tindakan definitif yang dilakukan adalah dilatasi dan kuretase.
Ø  Pemeriksaan PA.
Ø  Diikuti dengan profilaksis antibiotika dan uterotonika.


3.      Tata laksana penanganan
a.       Penanganan umum
Ø  perbaikan keadaan umum segera
·         pemsangan infus,
·         transfusi darah,
·         pemberian antibiotika,
·         pemberian uterotonika.
Ø  Pada keadaan gawat dilakukan referral ke rumah sakit tipe C.
b.       Pada robekan serviks vagina dan perineum, perdarahan diataso dengan jalan menjahit kembali.
c.       Penanganan khusus
Ø  Atonia uteri
Ø  Retensio plasenta

Referensi :

Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Penerbit : EGC. Jakarta.

Greek Mythology (Curcol Edition*)

Hae, Guys... Did you ever heard about Greek Mythology before? To be honest, I’m never heard it before. Till someone that I follo...