http://docplayer.info/57585352-Ii-definisi-involusi-uteri.html
https://delimachoirotulmaulidiya.wordpress.com/2013/10/24/32/
1. Pengertian
Involusi Uteri
Involusi uteri
adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran
uterus, involusi puerperium dibatasi
pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap
sebagai perubahan puerperium. (Varney’s, 2004)
Involusi atau
pengerutan uterus merupaka suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi
sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah
plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot
polos uterus. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)
Involusi uteri
adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal.
(Ramali, 2003)
2. Fisiologi
Involusi Uteri
Involusi uteri
melibatkan reorganisasi dan penanggalan deci dua/endometrium dan pengelupasan
lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan
berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea.
Proses
involusi uterus adalah sebagai berikut :
a. Iskemia
Miometrium
Disebabkan
oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran
plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b. Autolysis
Autolysis
merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine.
Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur
hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama
kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusak secara langsung jaringan
hipertropi yang berlebihan, hal ini disebabkan karena penurunan hormone estrogen dan progesteron.
c. Efek
Oksitosin
Oksitosin
menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses
ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan. (Varney’s, 2003).
Penurunan
ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika
turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah
proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari
jalan atas diatara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke tingkat
umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu dua hari dan kemudian
secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat
terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari.
Perubahan
uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada
miometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari
proses ini dialirkan melalui pembukuh getah bening.
Decidua
tertinggal dalam uterus setelah separasi dan ekpulsi plasenta dan membrane yang
terdiri dari lapisan zona spongiosa
pada decidua basalis (tempat
implantasi) dan decidua parietalis (lapisan sisa uterus). Decidua yang tersisa
menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai hasil invasi leukosit yaitu :
1)
Suatu
degenerasi nekrosis lapisan superficial yang terpakai lagi sebagai bagian dari
pembuangan lochea dan lapisan dalam dekat miometrium.
2)
Lapisan
yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis.
Endometrium
akan diperbaharui oleh proliferasi
epithelium endometrium. Regenerasi endometrium diselesaikan selama
pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di tempat
implantasi plasenta.
Dengan
involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs
placenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan
sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya
berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochea ini biasanya berakhir
dalam waktu 3 sampai 6 minggu. (Varney, 2003).
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Bayi
lahir
Uri
lahir
1
minggu
2
minggu
6
minggu
8
minggu
|
Setinggi
pusat
2
jari di bawah pusat
Pertengahan
pst sym
Tidak
teraba di atas sym
Bertambah
kecil
Sebesar
normal
|
1000
gr
750
gr
500
gr
350
gr
50 p
30 p
|
3. Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Involusi Uterus
a. Laktasi
Rangsangan
psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin
dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek samping rahim
menjadi semakin keras berkontraksi. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang
mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi palsenta serta mengurangi perdarahan.
b. Mobilisasi
Dini
Dengan
mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka
resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk
penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
c. Gizi
Pada masa
nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal perhari, kebutuhan tambahan
energy ini adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi
menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses
kontraksi tidak maksimal, sehingga involusi uterus terus berjalan lambat. Status
gizi masyarakat di pengaruhi oleh :
1) Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi
membawa dampak pada kecukupan asupan nutrisi harian. Selama ini masyarakat
jarang memperhatikan tata cara pemenuhan gizi dilakukan secara tidak seimbang.
2) Lingkungan
Kondisi lingkungan memberikan daya dukung kepada
masyarakat untuk memenuhi gizi, sebagai contoh pemenuhan gizi pada daerah yang
subur cenderung lebih baik dibandingkan pemenuhan gizi pada masyarakat yang
memiliki lingkungan gersang. Selain kondisi lingkungan abiotik, kondisi
lingkungan biotic atau masyarakat menyebabkan pola konsumsi antar masing-masing
individu dalam masyarakat saling mempengaruhi.
3) Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat menyebabkan pemenuhan kebutuhan
nutrisi ibu nifas menjadi terhambat, sebagai contoh munculnya kepercayaan
berpantang makanan yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan ibu nifas tidak
seimbang, salah satunya adalah kebiasaan berpantang makanan yang mengandung
protein tinggi dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan luka perineum,
padahal kebutuhan protein meningkat untuk mendukung proses proliferasi dalam
penyembuhan luka.
4) Sosial
Budaya Masyarakat
Kondisi sosial budaya masyarakat kadang kala menghambat
nutrisi bagi ibu nifas, misalnya masih dianutnya paham patriaki yaitu lebih
mengutamakan pemenuhan bapak dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan ibu.
d. Paritas
Oxytocin, estrogen dan prostaglandin
bekerja sebagai simutan dalam memberikan rangasangan kuat myometrium umtuk berkontraksi sehigga menyebabkan runtuhnya sel-sel
endometrium dan bercampur dengan sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh
sel-sel kelenjar endometrium. Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang
diikuti pengeluaran runtuhan sel-sel endometrium dan sekresi cairan uterus
pasca partus menyebabkan pengeluaran lochea.
Volume dan kondisi pori-pori pembuluh darah uterus nulipara lebih besar
sehingga proses pengeluaran lochea lebih cepat dibandingkan primipara. Hasil
penellitian mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya pengeluaran
lochea, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan
tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah
tidak terlalu kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham,
2007).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar