MITOS DAN METODE ILMIAH MERENCANAKAN JENIS KELAMIN ANAK
Dalam merencanakan jenis kelamin anak, tentu
ada perbedaan pendapat yang beredar dari masyarakat. Ada yang bersifat mitos
dan ada pula yang berdasarkan metode ilmiah. Agar tidak membingungkan, mari
kita bahas dalam bab ini.
Apa itu mitos dan apa itu metode
ilmiah ?
MITOS
|
Adalah
segala anggapan atau pendapat yang beredar di masyarakat yang dapat
memengaruhi kehidupan dan perilaku segolngan masyarakat dalam membuat suatu
keputusan atau tindakan. Mitos merupakan suatu informasi yang bersifat
turun-temurun dari suatu generasi ke generasi lain dalam suatu masyarakat
yang asal-usulnya tidak jelas, tetapi dianggap sebagai sesuatu yang benar
oleh segolongan orang.
|
METODE ILMIAH
|
Adalah suatu
cara yang dipakai oleh para ahli dibidang keilmuannya dalam melakukan suatu
kegiatan berdasarkan ilmu pengetahuan. Dilakukan secara sistematik dan
berdasarkan bukti fisik sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.
|
Sampai saat ini berbagai mitos banyak
beredar di masyarakat, termasuk yang terkait dengan menentukan jenis kelamin
anak. Mitos ini tidak hanya ada di Indonesia, tetapi terdapat juga di Negara
Asia lainnya. Bahkan sampai ke Negara Eropa, seperti Austria, Jerman dan
Yugoslavia.
Mitos
hanyalah sebuah anggapan atau pendapat yang kebenarannya belum bias diibuktikan
secara ilmiah, sehingga tidak bias dgunakan sebagai sebuah hasil pemikiran atau
metode dalam membuat suatu kesimpulan atau keputusan, tentu saja tidak benar
dan tidak ada jaminannya.
A.
Mitos
Menentukan Jenis Kelamin Anak
Ada berbagai macam mitos yang beredar di masyarakat yang seringkali
dianggap sebagai sesuatu yang benar. Bagi yang percaua akan memakainya sebagai
pedoman dalam memilih jenis kelamin anak, tetapi mits tersebut tidak dapat
dipakai sebagai patokan Karen abelum terbukti kebenarannya secara ilmiah.
Berikut ini beberapa mitos yang beredar di masyarakat.
1. Mitos Teori Jatuh Cinta
Teori jatuh cinta merupakan mitos yang percaya bahwa
jenis kelamin anak pertama tergantuk dari siapa yang jatuh cinta lebih dahulu.
Bila yang pertama jatuh cita si suami, maka anaknya laki-laki. Sebaliknya, bila
ibu yang jatuh cinta terlebih dahulu, maka anak mereka yang lahir perempuan.
Mitos ini tidak benar dan belum bias dibuktikan secara medis.
2. Mitos Berdasarkan Kondisi dan Perilaku Ibu
yang Mengandung
Mitos ini mempercayai bahwa kondisi fisik dan perilaku
seorang ibu yang mengandng bisa mencerminkan jenis kelamin bayi yanhg
dikandungnya. Jika selama hamil si ibu kelihatan cantik, rajin berdandan, serta
bentuk perut yang membulat dan condong ke bawah, di yakini bayinya berjenis
kelamin perempuan.
Namun bila wajah si ibu terlihat kusam, malas
berdandan, muka kasar, ada flek disekitar leher dan sekujur badan, berjerawat
penampilannya masa bodoh, serta bentuk perutnya menonjol ke atas, maka bayi
yang dikandungnya diyakini laki-laki.
3. Mitos Negeri Sakura
Tidak cuma di Indonesia, negeri Jepasng an modern pun
mengenak mitos. Masyarakat Jepang percaya, jenis kelamin anak yang akan lahir
dapat diramalkan dar bulu kuduk anak yang lahir sebelumnya. Jika bulu kuduk
anak sebelumnya melebar, maka anak yang berikutnya dipastikan laki-laki.
Sebaiknya bila bulu jjuduk anak sebelumnya mengumpul maka anak berikutnya
perempuan.
4. Mitos Yunani Kuno
Berbeda dengan orang Jepang, orang Yunani kuno
mempercayai bahwa posisi kanan-kiri atau arah mata angin utara-selatan dalam
berhubungan intim dapat memengaruhi jenis kelamin anak. Arah kanan dan utara
diyakini melambangkan laki-laki, sedangkan arah kiri dan selatan melambangkan
perempuan.
Untuk mendapatkan laki-laki, pasangan suami istri
harus melakukan hubungan intim miring ke kanan agar sperma suami langsung
mengalir ke rahim istri sebelah kanan atau melakukan hubungan seks mengarah ke
utara. Sebaliknya, untuk mendapatkan anak perempuan, lakukan hubungan intim
dengan arah yang berlawanan.
5. Mitos dari Austria
Penduduk Austria percaya bahwa saat yang tepat untuk
mendapatkan anak laki-laki adalah pada tahun panen kacang. Apabila panennya
bagus, anaknya kemungkinan laki-laki. Sebaliknya, bila panen kacangnya gagal,
maka anaknya perempuan.
6. Mitos dari Jerman
Para penebang kayu di Jerman percaya bahwa jika
inginkan anak laki-laki, mereka akan membawa kapak saat tidur dan melantunkan
lagu tertentu untuk memperoleh keturunan sesuai dengan yang mereka inginkan.
7. Mitos dari Swedia
Lain lagi dengan warga swedia yang menginginkan anak
laki-laki. Para calon pengantin akan menyuruh anak laki-laki untuk meniduri
ranjang pengantin semalaman sebelum malam pernikahan mereka. Hal ini diyakini
bahwa mereka kelak memperoleh anak laki-laki.
8. Mitos dari Yugoslavia
Di Yugoslavia, ada miitos yang mengatakan bahwa untuk
memperoleh keturunan laki-laki, pasangan pengantin akan mengajak tidur anak
laki-laki yang masih lugu bersama mereka.
Apapun namanya, mitos-mitos yang tersebar di berbagai belahan dunia
tersebut, mengindikasikan adanya keinginan orang untuk memilih jenis kelamin
anak. Entah untuk kepentingan orang untuk memilih jenis kelamin anak. Entah
untuk kepentingan harta, tahta, atau kepentingan lain yang terkait dengan
kehidupan sosial masyarakat tertentu. Bisa saja mitos yang beredar di
masyarakat terjadi secara kebetulan, tetapi belum ada refernsi medis yang dapat
membuktikan kebenaran dari sebuah mitos.
B.
Metode
Ilmiah Menentukan Jenis Kelamin Anak
Untuk
membantah berbagai mitos merencanakan jenis kelamin anak yang beredar di
masyarakat, muncullah beberapa teori yang lebih masuk akal dan terbukti secara
medis. Meskipun tingkat akurasinya belum bisa mencapai seratus persen,
setidaknya hal ini merupakan kabar gembira yang dapat membantu pasangan suami
istri dalam merencanakan jenis kelamin anak.
Jika
dipahami secara saksama dan diikuti dengan benar, metode ilmiah sangat
memungkinkan dapat membantu pasangan suami istri untuk merealisasikan keinginan
mereka. Namun, kegagalan bisa saja terjadi karena kesalahan dalam menerapkan
teori-teori tersebut, misalnya ketidakpahaman tentang teori yang akan diapakai
sebagai referensi.
1.
Metode
Dr. Shettles
Metode Shettles adalah sebuah konsep yang cukup
terkenal dalam membantu merencakan jenis kelamin anak. Metode ini dikembangkan
oleh Landrum B. Shettles pada tahun 1960. Pada tahun 1971, Shettles dan Daid
Rorvik menerbitkan buku yang berjudul “How
to Choose the Sex of Your Baby” yang hingga kini telah dicetak dalam
berbagai edisi.
Dengan mengikuti beberapa cara yang di jelaskan dalam
buku tersebut, sangat memungkinkan untuk memperoleh anak perempuan atau
laki-laki. Bahkan, keefektifan metode ini mencapau 75 – 90%, tetapi sebagian
para ahli bersilang pendapat dengan metode Shettles ini.
Metode Shettels disanggah oleh Wilcox AJ et al (1995)
melalui artikel yang dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine.
Artikel tersebut menyatakan bahwa waktu berhubungan intim yang terkait dengan
masa ovulasi tidak memengaruhi jenis kelamin anak. Berikut ini penjelasan
Metode Shettles.
Konsep Metode
Shettles
Sperma
pria terbagi menjadi dua tipe, yaitu sperma Y (disebut endosperma) dan sperma X
(disebut gymnosperm). Masing-masing mempunyai sifat yang berbeda. Perbedaa
sifat tersebut dapat dipakai sebagai pedoman dalam memilih jenis kelamin anak.
Tabel 1.
Perbedaan Sifat Sperma X dan Y
Sperma Y
|
Sperma X
|
|
Bentuk
|
Lebih kecil,
kepala bulat
|
Besar, kepala oval
|
Gerakan
|
Lebih cepat
|
Lambat
|
Ketahanan
|
Rentan, masa
hidup pendek
|
Lebih tahan, masa
hidup lebih panjang
|
Lingkungan asam merupakan kondisi yang merugikan
sperma Y, tetapi justru menguntungkan sperma X, sehingga member peluang untuk
mendapatkan anak perempuan lebih besar.
Jenis kelamin anak juga diperngaruhi beberapa factor
berikut.
a. Waktu Berhubungan Intim
Shettles percaya bahwa waktu berhubungan intm
merupakan salah satu factor yang sangat memengaruhi jenis kelamin anak. Jika
menginginkan anak laki-laki, pembuahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan
masa ovulasi sehingga sperma Y yang lebih cepat pergerakannya bisa lebih dahulu
melakukan pembuahan. Sebaliknya, jika menginginkan anak perempuan, lakukan
hubungan intim dua sampau tiga hari sebelum ovulasi dan sama sekali tidak
melakukan hubungan intim setelahnya.
b. Posisi Berhubungan Intim
Posisi saat berhubugan intim erat kaitannya dengan
jenis kelamin anak. Penetrasi yang dangkal menyebabkan sperma lebih dekat
dengan permukaan vagina yang kemungkinan besar akan menghasilkan anak
perempuan. Hal tersebut disebabkan area vagina bersifat lebih asam sehingga
menghambat pergerakan sperma Y (pembawa sifat laki-laki) yang lemah. Untuk
membuat sperma Y bisa mencapai sel telur lebih awal, lakukan penetrasi yang
dalam agar sperma jauh dari kondisi asam dan lebih dekat ke saluran uterus.
c. Orgasme
Wanita yang mencapai orgasme pada saat berhubungan
intim merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi sperma Y (pembawa sifat
laki-laki). Lingkungan vagina menjadi lebih alkali (basa), sehingga sperma Y
bisa bergerak lebih cepat mencapai sel telur dibandngkan dengan sperma X.
keadaan ini memberikan peluang bagi pasangan suami istri untuk memperoleh anak
laki-laki.
-
Pada kondisi ideal, sperma Y yang leih
cepat akan mampu mencapau sel telur lebih awal, maka kemungkinan diperoleh
anak laki-laki.
-
Pada kondisi yang kurang ideal (asam)
sebagian dari sperma Y yang tetap hidup, tetapi sperma X yang mempunyai daya
tahan hidup lebih lama akan mampu mencapai sel telur, maka kemungkinannya
akan diperoleh anak berjenis kelamin perempuan.
|
Keuntungan
dan Kelemahan Metode Shettles
Keuntungan
-
Sebuah metode yang dapat diterapkan di
rumah.
-
Konsep penerapannya terjadi secara alamiah
sehingga baik bagi masyarakat yang mempunyai pertimbangan etika dan moral.
-
Apabila anda ingin mencoba mendapatkan
laki-laki, metode Shettles akan membantu anda mendapatkan kesuburan yang
opetimal. Hal ini membuat anda lebih mudah untuk memperoleh kehamilan.
Kelemahan
-
Harus mendeteksi terlebih dahulu cara
mendeteksi masa subur (ovulasi). Diperlukan beberapa praktik dan ketelatenan,
tetapi hal ini akan membuat setiap wanita harus mengerti berbagai hal.
-
Belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori
Shettles dan sebagian penelitian membantahnya.
-
Apabila anda ingin mencoba mendapatkan anak
perempuan, Shettles menyarankan untuk menghindari melakukan hubungan intim
pada puncak kesburan anda. Namun, hal ini sangat sulit memperoleh kehamilan.
|
Lakukan
pendeteksian asa ovulasi menggunakan tes urine atau pemeriksaan lender vagina
sebelum anda mencoba metode Shettles. Tentu saja hal ini membutuhkan sedikit
pelatihan sehingga tidak hanya menetukan kapan anda ovulasi, tetapi bisa
memprediksi kapan ovulasi terjadi.
|
2.
Metode
Ericsson (Metode Inseminasi)
Metode Ericsson merupakan konsep merencanakan jenis
kelamin anak menggunakan metode inseminasi. Metode ini dikembangkan oleh Dr.
Ronald Ericsson sejak pertengahan tahun 1970. Metode ini paling banyak dipakai
oleh klinik kesuburan dan cukup berhadil. Ericsson menyatakan bahwa keefektifan
metode ini bisa mencapai 85%, tetapi sebagian para ahli mempertanyakan
hasilnya.
Cara kerja metode Ericsson dibagi menjadi dua, sebagai
berikut.
a.
Memisahkan kromosom laki-laki dan perempuan ke
dalam sebuah tabung albumin berbentuk gel yang mudah larut.
b.
Memisahkan sperma melalui proses sentrifugasi.
Sperma Y lebih ringan akan naik ke atas. Sementara itu, sperma X yang lebih
berat akan tenggelam ke bawah.
Prinsip dasar metode inseminasi Dr.
ericsson adalah memisahkan sperma menurut kromosom pembawa jenis kelamin anak
yang dikehendaki.
|
3.
Metode
Whelan
Dalam bukunya yang berjudul “Boy or Girl?”, Elizabeth Whelan, Sc.D. menyangkal metode Shettles
dan menyarankan kebalikan dari metode tersebut. Whelan menyatakan bahwa jika
Anda ingin bayi laki-laki cobalah berhubungan seks 4 – 6 hari sebelum Body Basal Temperature (BBT) anda naik.
Namun, bila menginnginkan bayi perempuan agar disarankan untuk berhubungan seks
menjelang terjadinya ovulasi. Whelan juga menaksirkan bahwa untuk mendapat bayi
laki-laki memiliki kemungkinan keberhasilan sekitar 68%, sedangkan untuk bayi
perempuan sekitar 56%.
4.
Teori
Akihito
Konsep dasar dari teori Akihito adalah setiap sperma
mengandung dua unsure kromosom, yaitu X dan Y. Sementara itu, sel telur hanya
memiliki kromosom kembar X dan X. Teori sederhananya adalah jika sperma X
membuahi sel telur, maka terbentuklah janin perempuan. Sebaliknya, sperma Y
yang membuahi sel telur maka terbentuklah janin laki-laki.
Hal yang perlu diketahui adalah bentuk dan sifat dari
sperma Y. sperma Y bentuknya bundar, warnanya lebih terang, ukurannya sepertiga
dari sperma X, lebih lincah, tetapi mudah mati. Untuk memperoleh bayi
laki-laki, pembuahan sebaiknya dilakukan pada saat sel telur tengah matang dan
siap dibuahi (cara mudahnya, lakukan hubungan intim tepat pada saat terjadi
ovulasi).
Ovulasi atau proses pelepasan sel telur dari indung
telur terjadi setiap bulannya diantara dua siklus menstruasi. Bagi wanita yang
siklus menstruasinya 30 hari, masa ovulasinya diperkirakan antara hari ke-14
hingga hari ke- 16 diantara kedua siklus menstruasi. Misalnya, wanita yang
menstruasi tanggal 10 Mei dan haid berikutnya tanggal 9 Juni. Tepatnya ovulasi
selalu terjadi saat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Bila menginginkan bayi laki-laki, dianjurkan untuk
melakukan hubungan intim pada tanggal 26 Juni atau setelahnya. Hal ini
disebabkan sel telur telah matang dan lepas sehingga siap untuk di buahi. Untuk
menjaga agar jumlah dan mutu dari sperma Y maksimal, pria dilarang melakukan
hubungan intim dengan istri selama lima hari menjelang ovulasi ditambah dua
hari selama ovulasi. Mudahnya, suami harus berpuasa melakukan hubungan intm
selama tujuh hingga delapan hari.
5.
Inseminasi
Buatan
Inseminasi buatan bisa memberikan hasil yang lebih
akurat dibandingkan dengan metode Akihito. Proses inseminasi ini diawali dengan
menampung sperma di dalam gelas dari hasil masturbasi atau coitus interuptus.
Setelah itu, sperma disaring dengan dua lapis media khusus yang kekentalannya
berbeda. Perlakuan ini berguna untuk memisahkan sperma X dan Y serta sperma
dari semennya.
Pemisahan dapat dilakukan terhadap sperma X dan Y
karena berat molekul keduanya berbeda. Sperma X akan lebih cepat mencapai
lapisan bawah dibandingkan dengan sperma Y. untuk lebih memastikan bahwa sperma
tersebut adalah sperma Y, bisa dilihat dari gaya berenang. Sperma yang lebih
cepat muncul ke permukaan adalah sperma Y.
Sperma yang telah di pisahkan berdasarkan tipenya,
kemudian disuntikan ke dalam rahim istri yang sedang dalam masa subur. Jaminan
keberhasilan metode ini sebesar 85% untuk bayi perempuan dan 80% untuk bayi
laki-laki.
Prinsip inseminasi buatan adalah
pemisahan sperma X dan Y berdasarkan berat molekul dan gaya berenang yang
kemudian disuntikkan ke dalam rahim subur.
|
6.
Metode Gradient
Metode Gradient merupakan salah satu metode yang
paling sederhana dalam teknologi pemilihan jenis kelamin anak yang dikenalkan
oleh dr. Potter dari AS. Pertamakali, sel sperma ditampung dan diletakkan di
dalam mesin pemusing (centrifuge). Melalui proses pemusingan sel sperma Y akan
terpisan dari sperma X yang memiliki bobot lebih berat (ada materi genetik
lain).
Selanjutnya, sel sperma yang dipilih akan digunakan
dalam proses insemnasi sederhana (intra uterine insemination). Metode Gradient
ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup baik (ssekitar 50%) dan baiaya
yang dibutuhkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode pemilihan gender
lainnya.
Metode Gradient lebih banyak
berhasil digunakan bila menginginkan bayi perempuan.
|
7.
Flow
Cytometry
Flow Cytometry merupakan sebuah teknik pemisahan sel
sperma menggunakan substansi yang menggunakan substansi yang berfungsi mewarnai
(fluorescent dye) sperma yang
mengandung kromosom X. Substansi ini dapat menempel dengan cepat pada sperma X
karena kromosom X mengandung materi genetik yang lebih banyak dibandingkan
dengan kromosom Y.
Selanjutnya, sel sperma X dan Y dipisahkan menggunakan
mesin laser. Sel sperma yang dikehendaki kemudian digunakan pada proses
pembuahan dengan metode inseminasi sederhana atau bayi tabung. Tingkat
keberhasilan teknik ini cukup tinggi, yaitu berkisar antara 60 – 70%.
8.
Preimplanation Genetic Diagnosis (PGD)
PGD adalah metode terbaik dalam pemilihan jenis
kelamin anak. Metode ini memerlukan prosedur yang rumit. Pertama embrio dibuat
di laboratorium dengan mempertemukan sel sperma dan sel telur, kemudian dianalisis struktur sel dan
DNA-nya. Selanjutnya, embrio tersebut akan membelah diri. Setelah itu, tiga sel
dari embrio diambil dan dianalisis materi genetiknya serta DNA-nya.
Setelah jenis kelamin embrio tersebut diketahui,
embrio dengan jenis kelamin yang diinginkan saja yang kemudian diimplantasikan
ke dalam rahim pasien melalui prosedur bayi tabung (in vitro fertilization atau IVF). Tingkat keberhasilan metode PGD
mendekati sempurna, yaitu mencapai 99%.
Metode pemilihan jenis kelamin
yang paling akurat karena menganalisis struktur sel dan DNA.
|
9.
Kalender Cina
Ternyata di negeri Cina ada metode untuk memprediksi
jenis kelamin anak berdasarkan umur ibu dan bulan kapan pembuahan dilakukan.
Metode ini telah dikenal sejak 700 tahun yang lalu dan telah dibuktikan ribuan
orang serta dipercaya kebenarannya hamper 99%.
Metode ini lebih dikenal dengan kalender Cina.
Kalender Cina menggunakan system tabel untuk memprediksi jenis kelamin anak
yang anda inginkan. Tabel ini dapat digunakan oleh wanita yang berumur antara
18 – 45 tahun, tentu saja dengan kondisi organ reproduksi yang sehat atau tidak
bermasalah. Berpedoman pada tabel ini, anda dapat memilih kapan waktu yang
tepat untuk berhubungan intim sesuai dengan jenis kelamin anak yang diinginkan.
Contoh :
-
Misalnya istri anda berumur 33 tahun. Anda
melakukan hubungan intim pada bulan Maret, kemungkinan besar anak yang akan
lahir adalah laki-laki.
-
Contoh lainnya, saat istri anda berumur 24
tahun, anda melakukan hubungan intim pada bulan Februari, maka kemungkinan
besar anak yang akan lahir adalah perempuan.
Kalender Cina paling baik
digunakan pada wanita berumur 18 – 45 tahun dengan kondisi organ reproduksi
yang sehat.
|
Tabel 1. Kalender Cina Untuk Menentukan Jenis Kelamin Anak | ||||||||||||||||||||||||||||
Bulan | Umur Istri | |||||||||||||||||||||||||||
18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | |
Januari | P | L | P | L | P | L | L | P | L | P | L | P | L | L | L | P | L | L | P | L | P | L | P | L | P | L | L | P |
Februari | L | P | L | P | L | L | P | L | P | L | P | L | P | P | P | L | P | L | L | P | L | P | L | P | L | P | L | L |
Maret | P | L | P | P | L | P | L | L | L | P | L | P | P | L | L | L | L | P | P | L | P | L | P | L | P | L | P | L |
April | L | P | L | P | P | L | L | P | P | L | P | P | P | P | P | L | P | L | L | L | L | L | L | P | L | P | L | P |
Mei | L | P | L | P | L | L | P | P | P | P | P | L | P | P | P | P | P | P | P | P | L | L | P | L | P | L | L | P |
Juni | L | L | L | P | P | P | L | L | L | P | P | L | P | P | P | P | P | P | P | L | P | P | L | P | L | P | L | P |
Juli | L | L | L | P | P | L | L | P | P | L | L | L | P | P | P | P | P | P | P | P | L | P | L | L | P | L | P | L |
Agustus | L | L | L | P | L | P | P | L | L | L | L | L | P | P | P | L | P | L | P | L | P | L | P | L | L | P | L | P |
September | L | L | L | P | P | L | P | L | P | L | L | L | P | P | P | P | P | P | L | P | L | P | L | P | L | L | P | L |
Oktober | L | L | P | P | P | L | P | L | P | L | L | P | P | P | P | P | P | P | L | L | P | L | P | L | P | L | L | P |
November | L | P | L | P | P | L | P | L | P | P | P | P | L | P | P | P | L | L | L | P | L | P | L | P | L | L | P | L |
Desember | P | L | P | L | P | P | P | L | P | L | P | P | L | L | L | L | L | L | L | L | P | P | P | L | P | L | P | L |
Keterangan | ||||||||||||||||||||||||||||
P : Perempuan | ||||||||||||||||||||||||||||
L : Laki-laki |
Surya Gunawan. 2010. Mau Anak Laki-laki atau Perempuan? Bisa Diatur. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar