Kamis, 02 Mei 2013

MERENCANAKAN JENIS KELAMIN ANAK (1)


MITOS DAN METODE ILMIAH MERENCANAKAN JENIS KELAMIN ANAK

   Dalam merencanakan jenis kelamin anak, tentu ada perbedaan pendapat yang beredar dari masyarakat. Ada yang bersifat mitos dan ada pula yang berdasarkan metode ilmiah. Agar tidak membingungkan, mari kita bahas dalam bab ini.
Apa itu mitos dan apa itu metode ilmiah ?
MITOS
Adalah segala anggapan atau pendapat yang beredar di masyarakat yang dapat memengaruhi kehidupan dan perilaku segolngan masyarakat dalam membuat suatu keputusan atau tindakan. Mitos merupakan suatu informasi yang bersifat turun-temurun dari suatu generasi ke generasi lain dalam suatu masyarakat yang asal-usulnya tidak jelas, tetapi dianggap sebagai sesuatu yang benar oleh segolongan orang.

METODE ILMIAH
Adalah suatu cara yang dipakai oleh para ahli dibidang keilmuannya dalam melakukan suatu kegiatan berdasarkan ilmu pengetahuan. Dilakukan secara sistematik dan berdasarkan bukti fisik sehingga hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

       Sampai saat ini berbagai mitos banyak beredar di masyarakat, termasuk yang terkait dengan menentukan jenis kelamin anak. Mitos ini tidak hanya ada di Indonesia, tetapi terdapat juga di Negara Asia lainnya. Bahkan sampai ke Negara Eropa, seperti Austria, Jerman dan Yugoslavia.
            Mitos hanyalah sebuah anggapan atau pendapat yang kebenarannya belum bias diibuktikan secara ilmiah, sehingga tidak bias dgunakan sebagai sebuah hasil pemikiran atau metode dalam membuat suatu kesimpulan atau keputusan, tentu saja tidak benar dan tidak ada jaminannya.
A.    Mitos Menentukan Jenis Kelamin Anak
Ada berbagai macam mitos yang beredar di masyarakat yang seringkali dianggap sebagai sesuatu yang benar. Bagi yang percaua akan memakainya sebagai pedoman dalam memilih jenis kelamin anak, tetapi mits tersebut tidak dapat dipakai sebagai patokan Karen abelum terbukti kebenarannya secara ilmiah. Berikut ini beberapa mitos yang beredar di masyarakat.
1.    Mitos Teori Jatuh Cinta
Teori jatuh cinta merupakan mitos yang percaya bahwa jenis kelamin anak pertama tergantuk dari siapa yang jatuh cinta lebih dahulu. Bila yang pertama jatuh cita si suami, maka anaknya laki-laki. Sebaliknya, bila ibu yang jatuh cinta terlebih dahulu, maka anak mereka yang lahir perempuan. Mitos ini tidak benar dan belum bias dibuktikan secara medis.
2.    Mitos Berdasarkan Kondisi dan Perilaku Ibu yang Mengandung
Mitos ini mempercayai bahwa kondisi fisik dan perilaku seorang ibu yang mengandng bisa mencerminkan jenis kelamin bayi yanhg dikandungnya. Jika selama hamil si ibu kelihatan cantik, rajin berdandan, serta bentuk perut yang membulat dan condong ke bawah, di yakini bayinya berjenis kelamin perempuan.
Namun bila wajah si ibu terlihat kusam, malas berdandan, muka kasar, ada flek disekitar leher dan sekujur badan, berjerawat penampilannya masa bodoh, serta bentuk perutnya menonjol ke atas, maka bayi yang dikandungnya diyakini laki-laki.
3.    Mitos Negeri Sakura
Tidak cuma di Indonesia, negeri Jepasng an modern pun mengenak mitos. Masyarakat Jepang percaya, jenis kelamin anak yang akan lahir dapat diramalkan dar bulu kuduk anak yang lahir sebelumnya. Jika bulu kuduk anak sebelumnya melebar, maka anak yang berikutnya dipastikan laki-laki. Sebaiknya bila bulu jjuduk anak sebelumnya mengumpul maka anak berikutnya perempuan.
4.    Mitos Yunani Kuno
Berbeda dengan orang Jepang, orang Yunani kuno mempercayai bahwa posisi kanan-kiri atau arah mata angin utara-selatan dalam berhubungan intim dapat memengaruhi jenis kelamin anak. Arah kanan dan utara diyakini melambangkan laki-laki, sedangkan arah kiri dan selatan melambangkan perempuan.
Untuk mendapatkan laki-laki, pasangan suami istri harus melakukan hubungan intim miring ke kanan agar sperma suami langsung mengalir ke rahim istri sebelah kanan atau melakukan hubungan seks mengarah ke utara. Sebaliknya, untuk mendapatkan anak perempuan, lakukan hubungan intim dengan arah yang berlawanan.
5.    Mitos dari Austria
Penduduk Austria percaya bahwa saat yang tepat untuk mendapatkan anak laki-laki adalah pada tahun panen kacang. Apabila panennya bagus, anaknya kemungkinan laki-laki. Sebaliknya, bila panen kacangnya gagal, maka anaknya perempuan.
6.    Mitos dari Jerman
Para penebang kayu di Jerman percaya bahwa jika inginkan anak laki-laki, mereka akan membawa kapak saat tidur dan melantunkan lagu tertentu untuk memperoleh keturunan sesuai dengan yang mereka inginkan.
7.    Mitos dari Swedia
Lain lagi dengan warga swedia yang menginginkan anak laki-laki. Para calon pengantin akan menyuruh anak laki-laki untuk meniduri ranjang pengantin semalaman sebelum malam pernikahan mereka. Hal ini diyakini bahwa mereka kelak memperoleh anak laki-laki.
8.    Mitos dari Yugoslavia
Di Yugoslavia, ada miitos yang mengatakan bahwa untuk memperoleh keturunan laki-laki, pasangan pengantin akan mengajak tidur anak laki-laki yang masih lugu bersama mereka.

Apapun namanya, mitos-mitos yang tersebar di berbagai belahan dunia tersebut, mengindikasikan adanya keinginan orang untuk memilih jenis kelamin anak. Entah untuk kepentingan orang untuk memilih jenis kelamin anak. Entah untuk kepentingan harta, tahta, atau kepentingan lain yang terkait dengan kehidupan sosial masyarakat tertentu. Bisa saja mitos yang beredar di masyarakat terjadi secara kebetulan, tetapi belum ada refernsi medis yang dapat membuktikan kebenaran dari sebuah mitos.

B.     Metode Ilmiah Menentukan Jenis Kelamin Anak
Untuk membantah berbagai mitos merencanakan jenis kelamin anak yang beredar di masyarakat, muncullah beberapa teori yang lebih masuk akal dan terbukti secara medis. Meskipun tingkat akurasinya belum bisa mencapai seratus persen, setidaknya hal ini merupakan kabar gembira yang dapat membantu pasangan suami istri dalam merencanakan jenis kelamin anak.
Jika dipahami secara saksama dan diikuti dengan benar, metode ilmiah sangat memungkinkan dapat membantu pasangan suami istri untuk merealisasikan keinginan mereka. Namun, kegagalan bisa saja terjadi karena kesalahan dalam menerapkan teori-teori tersebut, misalnya ketidakpahaman tentang teori yang akan diapakai sebagai referensi.
1.         Metode Dr. Shettles
Metode Shettles adalah sebuah konsep yang cukup terkenal dalam membantu merencakan jenis kelamin anak. Metode ini dikembangkan oleh Landrum B. Shettles pada tahun 1960. Pada tahun 1971, Shettles dan Daid Rorvik menerbitkan buku yang berjudul “How to Choose the Sex of Your Baby” yang hingga kini telah dicetak dalam berbagai edisi.
Dengan mengikuti beberapa cara yang di jelaskan dalam buku tersebut, sangat memungkinkan untuk memperoleh anak perempuan atau laki-laki. Bahkan, keefektifan metode ini mencapau 75 – 90%, tetapi sebagian para ahli bersilang pendapat dengan metode Shettles ini.
Metode Shettels disanggah oleh Wilcox AJ et al (1995) melalui artikel yang dipublikasikan dalam The New England Journal of Medicine. Artikel tersebut menyatakan bahwa waktu berhubungan intim yang terkait dengan masa ovulasi tidak memengaruhi jenis kelamin anak. Berikut ini penjelasan Metode Shettles.

Konsep Metode Shettles
Sperma pria terbagi menjadi dua tipe, yaitu sperma Y (disebut endosperma) dan sperma X (disebut gymnosperm). Masing-masing mempunyai sifat yang berbeda. Perbedaa sifat tersebut dapat dipakai sebagai pedoman dalam memilih jenis kelamin anak.
Tabel 1. Perbedaan Sifat Sperma X dan Y

Sperma Y
Sperma X
Bentuk
Lebih kecil, kepala bulat
Besar, kepala oval
Gerakan
Lebih cepat
Lambat
Ketahanan
Rentan, masa hidup pendek
Lebih tahan, masa hidup lebih panjang

Lingkungan asam merupakan kondisi yang merugikan sperma Y, tetapi justru menguntungkan sperma X, sehingga member peluang untuk mendapatkan anak perempuan lebih besar.
Jenis kelamin anak juga diperngaruhi beberapa factor berikut.
a.    Waktu Berhubungan Intim
Shettles percaya bahwa waktu berhubungan intm merupakan salah satu factor yang sangat memengaruhi jenis kelamin anak. Jika menginginkan anak laki-laki, pembuahan harus dilakukan sedekat mungkin dengan masa ovulasi sehingga sperma Y yang lebih cepat pergerakannya bisa lebih dahulu melakukan pembuahan. Sebaliknya, jika menginginkan anak perempuan, lakukan hubungan intim dua sampau tiga hari sebelum ovulasi dan sama sekali tidak melakukan hubungan intim setelahnya.

b.   Posisi Berhubungan Intim
Posisi saat berhubugan intim erat kaitannya dengan jenis kelamin anak. Penetrasi yang dangkal menyebabkan sperma lebih dekat dengan permukaan vagina yang kemungkinan besar akan menghasilkan anak perempuan. Hal tersebut disebabkan area vagina bersifat lebih asam sehingga menghambat pergerakan sperma Y (pembawa sifat laki-laki) yang lemah. Untuk membuat sperma Y bisa mencapai sel telur lebih awal, lakukan penetrasi yang dalam agar sperma jauh dari kondisi asam dan lebih dekat ke saluran uterus.

c.    Orgasme
Wanita yang mencapai orgasme pada saat berhubungan intim merupakan lingkungan yang menguntungkan bagi sperma Y (pembawa sifat laki-laki). Lingkungan vagina menjadi lebih alkali (basa), sehingga sperma Y bisa bergerak lebih cepat mencapai sel telur dibandngkan dengan sperma X. keadaan ini memberikan peluang bagi pasangan suami istri untuk memperoleh anak laki-laki.
-          Pada kondisi ideal, sperma Y yang leih cepat akan mampu mencapau sel telur lebih awal, maka kemungkinan diperoleh anak laki-laki.

-          Pada kondisi yang kurang ideal (asam) sebagian dari sperma Y yang tetap hidup, tetapi sperma X yang mempunyai daya tahan hidup lebih lama akan mampu mencapai sel telur, maka kemungkinannya akan diperoleh anak berjenis kelamin perempuan.

Keuntungan dan Kelemahan Metode Shettles

Keuntungan
-          Sebuah metode yang dapat diterapkan di rumah.
-          Konsep penerapannya terjadi secara alamiah sehingga baik bagi masyarakat yang mempunyai pertimbangan etika dan moral.
-          Apabila anda ingin mencoba mendapatkan laki-laki, metode Shettles akan membantu anda mendapatkan kesuburan yang opetimal. Hal ini membuat anda lebih mudah untuk memperoleh kehamilan.

Kelemahan
-          Harus mendeteksi terlebih dahulu cara mendeteksi masa subur (ovulasi). Diperlukan beberapa praktik dan ketelatenan, tetapi hal ini akan membuat setiap wanita harus mengerti berbagai hal.
-          Belum ada bukti ilmiah yang mendukung teori Shettles dan sebagian penelitian membantahnya.
-          Apabila anda ingin mencoba mendapatkan anak perempuan, Shettles menyarankan untuk menghindari melakukan hubungan intim pada puncak kesburan anda. Namun, hal ini sangat sulit memperoleh kehamilan.

Lakukan pendeteksian asa ovulasi menggunakan tes urine atau pemeriksaan lender vagina sebelum anda mencoba metode Shettles. Tentu saja hal ini membutuhkan sedikit pelatihan sehingga tidak hanya menetukan kapan anda ovulasi, tetapi bisa memprediksi kapan ovulasi terjadi.

2.         Metode Ericsson (Metode Inseminasi)
Metode Ericsson merupakan konsep merencanakan jenis kelamin anak menggunakan metode inseminasi. Metode ini dikembangkan oleh Dr. Ronald Ericsson sejak pertengahan tahun 1970. Metode ini paling banyak dipakai oleh klinik kesuburan dan cukup berhadil. Ericsson menyatakan bahwa keefektifan metode ini bisa mencapai 85%, tetapi sebagian para ahli mempertanyakan hasilnya.
Cara kerja metode Ericsson dibagi menjadi dua, sebagai berikut.
a.         Memisahkan kromosom laki-laki dan perempuan ke dalam sebuah tabung albumin berbentuk gel yang mudah larut.
b.        Memisahkan sperma melalui proses sentrifugasi. Sperma Y lebih ringan akan naik ke atas. Sementara itu, sperma X yang lebih berat akan tenggelam ke bawah.
Prinsip dasar metode inseminasi Dr. ericsson adalah memisahkan sperma menurut kromosom pembawa jenis kelamin anak yang dikehendaki.

3.         Metode Whelan
Dalam bukunya yang berjudul “Boy or Girl?”, Elizabeth Whelan, Sc.D. menyangkal metode Shettles dan menyarankan kebalikan dari metode tersebut. Whelan menyatakan bahwa jika Anda ingin bayi laki-laki cobalah berhubungan seks 4 – 6 hari sebelum Body Basal Temperature (BBT) anda naik. Namun, bila menginnginkan bayi perempuan agar disarankan untuk berhubungan seks menjelang terjadinya ovulasi. Whelan juga menaksirkan bahwa untuk mendapat bayi laki-laki memiliki kemungkinan keberhasilan sekitar 68%, sedangkan untuk bayi perempuan sekitar 56%.

4.         Teori Akihito
Konsep dasar dari teori Akihito adalah setiap sperma mengandung dua unsure kromosom, yaitu X dan Y. Sementara itu, sel telur hanya memiliki kromosom kembar X dan X. Teori sederhananya adalah jika sperma X membuahi sel telur, maka terbentuklah janin perempuan. Sebaliknya, sperma Y yang membuahi sel telur maka terbentuklah janin laki-laki.
Hal yang perlu diketahui adalah bentuk dan sifat dari sperma Y. sperma Y bentuknya bundar, warnanya lebih terang, ukurannya sepertiga dari sperma X, lebih lincah, tetapi mudah mati. Untuk memperoleh bayi laki-laki, pembuahan sebaiknya dilakukan pada saat sel telur tengah matang dan siap dibuahi (cara mudahnya, lakukan hubungan intim tepat pada saat terjadi ovulasi).
Ovulasi atau proses pelepasan sel telur dari indung telur terjadi setiap bulannya diantara dua siklus menstruasi. Bagi wanita yang siklus menstruasinya 30 hari, masa ovulasinya diperkirakan antara hari ke-14 hingga hari ke- 16 diantara kedua siklus menstruasi. Misalnya, wanita yang menstruasi tanggal 10 Mei dan haid berikutnya tanggal 9 Juni. Tepatnya ovulasi selalu terjadi saat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya.
Bila menginginkan bayi laki-laki, dianjurkan untuk melakukan hubungan intim pada tanggal 26 Juni atau setelahnya. Hal ini disebabkan sel telur telah matang dan lepas sehingga siap untuk di buahi. Untuk menjaga agar jumlah dan mutu dari sperma Y maksimal, pria dilarang melakukan hubungan intim dengan istri selama lima hari menjelang ovulasi ditambah dua hari selama ovulasi. Mudahnya, suami harus berpuasa melakukan hubungan intm selama tujuh hingga delapan hari.
5.         Inseminasi Buatan
Inseminasi buatan bisa memberikan hasil yang lebih akurat dibandingkan dengan metode Akihito. Proses inseminasi ini diawali dengan menampung sperma di dalam gelas dari hasil masturbasi atau coitus interuptus. Setelah itu, sperma disaring dengan dua lapis media khusus yang kekentalannya berbeda. Perlakuan ini berguna untuk memisahkan sperma X dan Y serta sperma dari semennya.
Pemisahan dapat dilakukan terhadap sperma X dan Y karena berat molekul keduanya berbeda. Sperma X akan lebih cepat mencapai lapisan bawah dibandingkan dengan sperma Y. untuk lebih memastikan bahwa sperma tersebut adalah sperma Y, bisa dilihat dari gaya berenang. Sperma yang lebih cepat muncul ke permukaan adalah sperma Y.
Sperma yang telah di pisahkan berdasarkan tipenya, kemudian disuntikan ke dalam rahim istri yang sedang dalam masa subur. Jaminan keberhasilan metode ini sebesar 85% untuk bayi perempuan dan 80% untuk bayi laki-laki.
Prinsip inseminasi buatan adalah pemisahan sperma X dan Y berdasarkan berat molekul dan gaya berenang yang kemudian disuntikkan ke dalam rahim subur.


6.         Metode Gradient
Metode Gradient merupakan salah satu metode yang paling sederhana dalam teknologi pemilihan jenis kelamin anak yang dikenalkan oleh dr. Potter dari AS. Pertamakali, sel sperma ditampung dan diletakkan di dalam mesin pemusing (centrifuge). Melalui proses pemusingan sel sperma Y akan terpisan dari sperma X yang memiliki bobot lebih berat (ada materi genetik lain).
Selanjutnya, sel sperma yang dipilih akan digunakan dalam proses insemnasi sederhana (intra uterine insemination). Metode Gradient ini memiliki tingkat keberhasilan yang cukup baik (ssekitar 50%) dan baiaya yang dibutuhkan lebih sedikit bila dibandingkan dengan metode pemilihan gender lainnya.
Metode Gradient lebih banyak berhasil digunakan bila menginginkan bayi perempuan.


7.         Flow Cytometry
Flow Cytometry merupakan sebuah teknik pemisahan sel sperma menggunakan substansi yang menggunakan substansi yang berfungsi mewarnai (fluorescent dye) sperma yang mengandung kromosom X. Substansi ini dapat menempel dengan cepat pada sperma X karena kromosom X mengandung materi genetik yang lebih banyak dibandingkan dengan kromosom Y.
Selanjutnya, sel sperma X dan Y dipisahkan menggunakan mesin laser. Sel sperma yang dikehendaki kemudian digunakan pada proses pembuahan dengan metode inseminasi sederhana atau bayi tabung. Tingkat keberhasilan teknik ini cukup tinggi, yaitu berkisar antara 60 – 70%.

8.         Preimplanation Genetic Diagnosis (PGD)
PGD adalah metode terbaik dalam pemilihan jenis kelamin anak. Metode ini memerlukan prosedur yang rumit. Pertama embrio dibuat di laboratorium dengan mempertemukan sel sperma dan sel  telur, kemudian dianalisis struktur sel dan DNA-nya. Selanjutnya, embrio tersebut akan membelah diri. Setelah itu, tiga sel dari embrio diambil dan dianalisis materi genetiknya serta DNA-nya.
Setelah jenis kelamin embrio tersebut diketahui, embrio dengan jenis kelamin yang diinginkan saja yang kemudian diimplantasikan ke dalam rahim pasien melalui prosedur bayi tabung (in vitro fertilization atau IVF). Tingkat keberhasilan metode PGD mendekati sempurna, yaitu mencapai 99%.
Metode pemilihan jenis kelamin yang paling akurat karena menganalisis struktur sel dan DNA.


9.         Kalender Cina
Ternyata di negeri Cina ada metode untuk memprediksi jenis kelamin anak berdasarkan umur ibu dan bulan kapan pembuahan dilakukan. Metode ini telah dikenal sejak 700 tahun yang lalu dan telah dibuktikan ribuan orang serta dipercaya kebenarannya hamper 99%.
Metode ini lebih dikenal dengan kalender Cina. Kalender Cina menggunakan system tabel untuk memprediksi jenis kelamin anak yang anda inginkan. Tabel ini dapat digunakan oleh wanita yang berumur antara 18 – 45 tahun, tentu saja dengan kondisi organ reproduksi yang sehat atau tidak bermasalah. Berpedoman pada tabel ini, anda dapat memilih kapan waktu yang tepat untuk berhubungan intim sesuai dengan jenis kelamin anak yang diinginkan.
Contoh :
-            Misalnya istri anda berumur 33 tahun. Anda melakukan hubungan intim pada bulan Maret, kemungkinan besar anak yang akan lahir adalah laki-laki.
-            Contoh lainnya, saat istri anda berumur 24 tahun, anda melakukan hubungan intim pada bulan Februari, maka kemungkinan besar anak yang akan lahir adalah perempuan.
Kalender Cina paling baik digunakan pada wanita berumur 18 – 45 tahun dengan kondisi organ reproduksi yang sehat.



Tabel 1. Kalender Cina Untuk Menentukan Jenis Kelamin Anak





























Bulan  Umur Istri
18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45
Januari  P L P L P L L P L P L P L L L P L L P L P L P L P L L P
Februari  L P L P L L P L P L P L P P P L P L L P L P L P L P L L
Maret  P L P P L P L L L P L P P L L L L P P L P L P L P L P L
April  L P L P P L L P P L P P P P P L P L L L L L L P L P L P
Mei  L P L P L L P P P P P L P P P P P P P P L L P L P L L P
Juni  L L L P P P L L L P P L P P P P P P P L P P L P L P L P
Juli  L L L P P L L P P L L L P P P P P P P P L P L L P L P L
Agustus L L L P L P P L L L L L P P P L P L P L P L P L L P L P
September L L L P P L P L P L L L P P P P P P L P L P L P L L P L
Oktober L L P P P L P L P L L P P P P P P P L L P L P L P L L P
November L P L P P L P L P P P P L P P P L L L P L P L P L L P L
Desember P L P L P P P L P L P P L L L L L L L L P P P L P L P L





























Keterangan 



















P : Perempuan 



















L  : Laki-laki



















Referensi :
 Surya Gunawan. 2010. Mau Anak Laki-laki atau Perempuan? Bisa Diatur. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Greek Mythology (Curcol Edition*)

Hae, Guys... Did you ever heard about Greek Mythology before? To be honest, I’m never heard it before. Till someone that I follo...