1.
Definisi
Nifas
Nifas adalah masa dimulai setelah partus selesai dan
berakhir setelah kira – kira enam mingggu. Akan tetapi, seluruh alat genital
baru pulih kembali sebelum ada kehamilan dalam waktu tiga bulan ( Hanifa, 2005
: 237 ).
Masa nifas ( puerperium ) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu (Saifuddin, 2005 : 122
).
2.
Tujuan
Masa Nifas
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologik.
b.
Melaksanakan skrining yang komprehensif,
mendeteksi masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu
maupun bayinya.
c.
Memberikan pendidikan kesehatan tentang
perawatan kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian
imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi sehat.
d.
Memberikan pelayanan keluarga berencana.
Asuhan masa nifas diperlukan pada peiode ini
karena merupakan masa kritis baik ibu maupun bayinya. Diperkirakan bahwa 60%
kematian ibu akibat kehamilan tejadi setelah persalinan, dan 50% kematian masa
nifas terjasi 24 jam pertama.
Masa neonatus merupakan masa kritis dari
kehidupan bayi, dua pertiga kematian bayi terjadi dalam 4 minggu setelah
persalinan dan 60% kematian bayi baru lahir terjadi dalam waktu 7 hari setelah
lahir. Dengan pemantauan melekat dan asuhan pada ibu dan bayi masa nifas dapat
mencegah kematian beberapa ini. (Saifuddin, 2006:122)
3.
Tahapan
Masa Nifas
Tahapan masa nifas dibagi menjadi tiga, yaitu :
(Ambarwati, E.R, dkk, 2009:3)
a. early
puerperium (masa jam pertama setelah melahirkan)
b.
Intermediate puerperium (masa 1 sampai 7 hari setelah
persalinan).
c.
Late puerperium (masa 7 hari sampai 40 hari setelah
persalinan)
4.
Program
dan Kebijakan Teknis
Menurut Saifuddin,2006:123 program
dan kebijakan tekhnis dalam asuhan masa nifas, diantaranya :
a. Kunjungan I (6-8 jam setelah persalinan)
1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila perdarahan
berlanjut.
3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
4) Pemberian ASI awal
5) Menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah (hipotermia.
b. Kunjungan II (6 hari setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus
dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau
2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan perhatikan tanda- tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari - hari.
c.
Kunjungan III (2 minggu
setelah persalinan)
1) Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah
umbilicus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau.
2) Menilai adanya tanda- tanda demam, infeksi atau perdarahan abnormal.
3) Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan dan istirahat.
4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan perhatikan tanda- tanda penyulit.
5) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari- hari.
d.
Kunjungan IV (6 minggu
setelah persalinan)
1) Menanyakan pada ibu tenyang
penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami.
2) Memberikan konseling untuk
KB secara dini.
e. Proses laktasi dan menyusui
1) Fisiologi laktasi
Selama kehamilan, hormone prolaktin dari plasenta
meningkat tetapi ASI biasanya belum keluar karena masih dihambat oleh kadar
estrogen yang tinggi. Pada hari ke dua atau ke tiga pasca persalinan, kadar
estrogen dan progesterone turun drastis, sehingga pengaruh prolaktin lebih
dominan dan pada saat inilah mulai terjadi sekresi ASI. Dengan menyusukan lebih
dini, terjadi perangsangan putting susu, terbentuklah prolaktin oleh hipofisis,
sehingga sekresi ASI semakin lancar.
Dua refleks pada ibu
yang sangat penting dalam proses laktasi yaitu reflex prolaktin dan reflex
aliran timbul akibat perangsangan putting susu oleh hisapan bayi.
a) Refleks
Prolaktin
Sewaktu bayi menyusu, ujung syaraf peraba yang terdapat
pada putting susu terangsang. Rangsangan tersebut oleh serabut afferent dibawa
ke hipotalamus di dasar otak, lalu memacu hipofise anterior untuk mengeluarkan
hormone prolaktin ke dalam darah. Melalui sirkulasi prolaktin memacu sel
kelenjar (alveoli) untuk memproduksi air susu. Jumlah prolaktin yang disekresi
dan jumlah susu yang diproduksi berkaitan dengan stimulus isapan, yaitu
frekuensi, intensitas dan lamanya bayi menghisap.
b) Refleks
Aliran (Let down refleks)
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi
hipofise posterior mengeluarkan hormone okcytocin. Dimana setelah ocytocin
dilepas ke dalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli
dan duktulus berkontraksi sehingga menguras air susu dari alveoli, duktulus,
dan sinus menuju putting susu.
Rangsangan yang ditimbulkan oleh bayi saat menyusu selain
mempengaruhi hipofise anterior mengeluarkan hormone prolaktin juga mempengaruhi
hipofise posterior mengeluarkan hormone okcytocin. Dimana setelah ocytocin
dilepas ke dalam darah akan mengacu otot-otot polos yang mengelilingi alveoli
dan duktulus berkontraksi sehingga menguras air susu dari alveoli, duktulus,
dan sinus menuju putting susu.
2) Hal-hal
yang mempengaruhi produksi ASI
Pada ibu yang normal dapat menghasilkan ASI kira-kira
550-1000 ml setiap hari, jumlah ASI tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa
factor sebagai berikut:
a) Makanan
Produksi ASI sangan dipengaruhi oleh makanan yang dimakan
ibu, apabila makanan ibu secara teratur dan cukup mengandung gizi yang
diperlukan akan mempengaruhi produksi ASI, karena kelenjar pembuat ASI tidak
dapat bekerja dengan sempurna tanpa makanan yang cukup. Untuk membentuk
produksi ASI yang baik, makanan ibu harus memenuhi jumlah kalori, protein,
lemak, dan vitamin serta mineral yang cukup. Selain itu ibu dianjurkan minum
lebih banyak ± 8-12 gelas/hari.
Bahan
makanan yang dibatasi untuk ibu menyusui :
·
Yang
merangsang, seperti : cabe, merica, jahe, kopi alkohol.
·
Yang
membuat kembung, seperti : Ubi, singkong, kol, sawi, dan daun bawang.
·
Bahan
makanan yang banyak mengandung gula dan lemak.
b) Ketenangan
jiwa dan fikiran
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh factor kejiwaan, ibu
yang selalu berada dalam keadaan tertekan, sedih, kurang percaya diri dalam
berbagai bentuk ketegangan emosional akan menurunkan volume ASI bahkan tidak
akan terjadi produksi ASI.
Untuk memproduksi ASI yang baik harus dalam keadaan tenang.
c) Penggunaan
alat kontrasepsi
Pada ibu yang menyusui bayinya penggunaan alat
kontrasepsi hendaknya diperhatikan kerena pemakaian kontrasepsi yang tidak
tepat dapat mempengaruhi produksi ASI.
d) Faktor
istirahat
Bila kurang istirahat akan mengalami kelemahan dalam
menjalankan fungsinya, dengan demikian pembentukan dan pengeluaran ASI
berkurang.
e) Perawatan
payudara
Dengan merangsang buah dada akan mempengaruhi hipofise
untuk mengeluarkan hormone progesterone dan estrogen lebih banyak lagi dan
hormone oksitosin.
f) Anatomis
buah dada
Bila jumlah lobus dalam buah dada berkurang, lobules pun
berkurang, dengan demikian produksi ASI juga berkurang karena sel-sel acini
yang menghisap zat-zat makan dari pembuluh darah akan berkurang.
g) Fisiologis
buah dada
Terbentuknya ASI dipengaruhi oleh hormone terutama
prolaktin, ini merupakan hormone laktogenik yang menentukan dalam hal pengadaan
dan mempertahankan sekresi air susu.
h) Faktor
isapan anak
Bila ibu menyusui anak segera jarang dan berlangsung
sebentar maka hisapan anak berkurang dengan demikian pengeluaran ASI berkurang.
i) Faktor
obat-obatan
Diperkirakan obat-obatan yang mengandung hormone
prolaktin dan oksitosin yang berfungsi dalam pembentukan dan pengeluaran ASI.
Apabila hormone ini terganggu dengan sendirinya akan mempengaruhi pembentukan
dan pengeluaran ASI. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:27-29)
3) Tanda
bayi cukup ASI
a)
BAK
> 6 kali/hari
b)
Warna
air seni biasanya tidak berwarna kuning tapi pucat
c)
Bayi
sering BAB berwarna kuning berbiji
d)
Bagyi
paling sedikit menyusu 10 kali dalam 24 jam
e)
Payudara
ibu terasa lembut setiap kali selesai menyusui
f)
Ibu
dapat merasakan rasa geli karena aliran ASI detiap kali mulai menyusui
g)
Ibu
dapat mendengar suara menelan yang pelan ketika bayi menelan ASI
h)
Bayi
bertambah berat badannya. (Ambarwati,
E.R, dkk, 2009:29-30)
4) ASI
ekslusif
ASI eksklusif adalah bayi hanya diberi ASI saja selama 6
bulan, tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula, jeruk, madu, air the
dan air putih, serta tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, bubur susu,
biscuit, bubur nasi, dan nasi tim. Setelah 6 bulan baru mulai diberikan makanan
tambahan pendamping ASI ( MP ASI ). ASI dapat diberikan sampai anak berusia 2
tahun atau lebih.
Pengenalan
makanan tambahan dimulai usia 6 bulan dan bukan 4 bulan, hal ini dikarenakan :
a)
Dari hasil penelitian jumlah posisi ASI masih cukup untuk
pertumbuhan dan perkembangan bayi apabila ASI diberikan secara tepat dan benar
sampai bayi berumur 6 bulan. Namun pada kenyataannya, 60 % bayi belum berumur 4
bulan sudah mendapatkan tambahan susu sapi.
b)
Bayi saat berumur 6 bulan system pencernaannya mulai
matur. Jaringan pada usus halus bayi pada umunya seperti saringan pasir.
Pori-porinya berongga sehingga memungkinkan bentuk protein ataupun kuman akan
langsung masuk dalam system peredaran darah dan dapat menimbulkan alergi.
Pori-pori dalam usus bayi ini akan tertutup rapat setelah bayi berumur 6 bulan.
Dengan demikian usus bayi setelah berumur 6 bulan mampu menolak factor alergi
ataupun kuman yang masuk.(Ambarwati, E.R,dkk, 2009:30-31)
f. Perubahan
fisiologis masa nifas
Menurut
Varney, 2008 : 958 -962 perubahan fisiologis masa nifas, yaitu :
1) Uterus
Segera setelah pelahiran bayi, plasenta, dan selaput
janin, beratnya sekitar 1000 gram. Berat uterus menurun sekitar 500 gram pada
akhir minggu pertama pascapartum dan kembali pada berat yang biasanya pada saat
tidak hamil yaitu 70 gram pada minggu kedelapan pascapartum.
2) Tinggi
fundus uteri
Penurunan ukuran yang cepat ini direfleksikan dengan
perubahan lokasi uterus, yaitu uterus turun dari abdomen dan kembai menjadi
organ panggul. Segera setelah pelahiran, tinggi fundus uteri (TFU) terletak
sekitar dua per tiga hingga tiga per empat bagian atas antara simfisis pubis
dan umbilikus. Letak TFU kemudian naik, sejajar dengan umbilikus dalam beberapa
jam. TFU tetap terletak kira-kira sejajar (atau satu ruas jari di bawah)
umbilikus selama satu / atau dua hari dan secara bertahap turun ke dalam
panggil sehingga tidak dapat dipalpasi lagi di atas simfisis pubis setelah hari
kesepuluh pasca partum
Tabel 2.10
TFU dan berat uterus
menurut masa involusi
Involusi
|
TFU
|
Berat Uterus
|
Bayi Lahir
|
Setinggi Pusat
|
1000 gram
|
Placenta Lahir
|
2 jari bawah
pusat
|
750 gram
|
1 minggu
|
Pertengahan
pusat simfisis
|
500 gram
|
2 minggu
|
Tidak teraba di
atas simfisis
|
350 gram
|
6 minggu
|
Bertambah kecil
|
50 gram
|
8 minggu
|
Normal
|
30 gram
|
(Mochtar, R, 1998:115)
3) Serviks
Segera setelah pelahiran, serviks sangat lunak, kendur,
dan terkulai. Serviks mungkin memar dan edema, terutama di anterior jika terdapat
tahanan anterior saat persalinan. Serviks tampak mengalami kongesti,
menunjukkan banyaknya vaskularitas serviks. Serviks terbuka sehingga mudah
dimasukkan dua hingga tiga jari. Serviks kembali ke bentuk semula pada hari
pertama dan kelunakan menjadi berkurang.
4) Lochea
Lochea adalah istilah untuk sekret dari uterus yang
keluar melalui vagina selama puerperium. Karena perubahan warnanya, nama
deskriptif lokia berubah: lokia rubra, serosa, atau alba.
Tabel 2.11
Perubahan Lochea
Lokia
|
Waktu
|
Warna
|
Ciri-ciri
|
Rubra
|
1-3 hari
|
Merah kehitaman
|
Terdiri dari sel desidua, verniks
caseosa, rambut lanugo, sisa mekoneum dan sisa darah
|
Sanguinolenta
|
3-7 hari
|
Merah kekuningan
|
Darah dan lendir
|
Serosa
|
7-14 hari
|
Kekuningan/ kecoklatan
|
Lebih sedikit darah dan lebih banyak
serum, juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta
|
Alba
|
>14 hari
|
Putih
|
Mengandung leukosit, selaput
lendir serviks dan serabut jaringan yang mati.
|
5) Vagina
dan perineum
Vagina dan Perineum Segera setelah pelahiran, vagina
tetap terbuka lebar, mungkin mengalami beberapa derajat edema dan memar, dan
celah pada introitus. Setelah satu hingga dua hari pertama pascapartum, tonus
otot vagina kembali, celah vagina tidak lebar dan vagina tidak lagi edema.
Sekarang vagina menjadi berdinding lunak, lebih besar dari biasanya, dan
umumnya longgar. Ukurannya menurun dengan kembalinya rugae vagina sekitar
minggu ketiga pascapartum.
6) Payudara
Pengkajian payudara pada periode awal pascapartum
meliputi penampilan dan integritas puting susu, memar atau iritasi jaringan
payudara.karena posisi bayi pada payudara, adanya kolostrum, apakah payudara
terisi air susu, dan adanya sumbatan duktus, kongesti, dan tanda-tanda mastitis
potensial.
7) Tanda-tanda
vital
a)
Tekanan Darah Segera
setelah melahirkan, banyak wanita
mengalami peningkatan sementara tekanan darah sistolik dan diastolik, yang
kembali secara spontan ke tekanan darah sebelum hamil selama beberapa hari.
b)
Suhu maternal kembali normal dari suhu yang sedikit
meningkat selama periode intrapartum dan stabil dalam 24 jam pertama
pascapartum.Denyut nadi yang meningkat selama persalinan akhir, kembali normal
setelah beberapa jam pertama pascapartum. Hemoragia, demam selama persalinan,
dan nyeri akut atau persisten dapat memengaruhi proses ini. Apabila denyut nadi
di atas 100 selama puerperium, hal tersebut abnormal dan mungkin menunjukkan
adanya infeksi atau hemoragi pascapartum lambat.
8) Sistem
pernafasan
Fungsi pernapasan kembali pada rentang normal wanita
selama jam pertama pascapartum. Napas pendek, cepat, atau perubahan lain
memerlukan evaluasi adanya kondisi-kondisi seperti kelebihan cairan,
eksaserbasi asma, dan embolus paru.
9) Traktus
Urinarius
Diuresis mulai segera setelah melahirkan dan berakhir
hingga hari kelima pascapartum. Haluaran urine mungkin lebih dari 3000 ml per
hari. Diuresis adalah rute utama tubuh untuk membuang kelebihan cairan
interstisial dan kelebihan volume darah. Hal ini merupakan, penjelasan terhadap
perspirasi yang cukup banyak yang dapat terjadi selama hari-hari pertama pascapartum.
10) Gastrointestinal
Perubahan Gastrointestinal Wanita mungkin kelaparan dan
mulai makan satu atau dua jam setelah melahirkan.Konstipasi mungkin menjadi
masalah pada puerperium awal karena kurangnya makanan padat selama persalinan
dan karena wanita menahan defekasi Penurunan Berat Badan Wanita mengalami
penurunan berat badan rata-rata 12 pon (4,5 kg) pada waktu melahirkan.
Penurunan ini mewakili gabungan berat bayi, plasenta, dan cairan amnion.
11) Peritoneum
dan dinding abdomen
Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur dibanding
kondisi saat tidak hamil, dan ligamen – ligamen ini memerlukan waktu lama untuk
pulih dari pengamatan dan pengenduran yang berlangsung selama kehamilan.
Dinding Abdomen Striae abdomen tidak dapat dihilangkan secara sempuma, tetapi
dapat berubah menjadi garis putih-keperakan yang halus setelah periode beberapa
bulan.Dinding abdomen lunak setelah pelahiran karena dinding ini meregang
selama kehamilan. Semua wanita puerpera mengalami beberapa derajat diastasis
rekti pemisahan otot rektus abdomen.
g. Perubahan
psikologis masa nifas
Perubahan mendadak dan dramatis pada status hormonal
menyebabkan ibu yang dalam masa nifas menjadi sensitive terhadap faktor-faktor
yang keadaan normal mampu diatasinya. Disamping perubahan hormonal, cadangan
fisiknya sering sudah terkuras oleh tuntutan kehamilan serta persalinan,
keadaan kurang tidur, lingkungan yang asing baginya dan oleh kecemasannya akan
bayi, suami atau anak-anaknya yang lain.
h. Kebutuhan
dasar masa nifas
1) Kebersihan
diri
a)
Anjurkan
kebersihan seluruh tubuh
b)
Mengajarkan pada ibu bagaimana membersihkan daerah
kelamin dengan sabun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dan depan ke belakang, baru kemudian
membersihkan daerah sekitar anus. Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan
vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
c)
Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah dicuci dengan
baik dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.
d)
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.
e)
Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi,
disarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.
2) Istirahat
a)
Anjurkan
ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan.
b)
Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kegiatan rumah
tangga secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.
c)
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal :
·
Mempengaruhi jumlah ASI
yang diproduksi
·
Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan
·
Menyebabkan depresi dan
ketidaknyamanan untuk merawat bayi dan dirinya sendiri
3) Latihan
Jelaskan bahwa latihan tertentu beberapa menit setiap
hari sangat membantu, seperti :
a)
Tidur terlentang dengan lengan di samping, menarik otot
perut selagi menarik napas, tahan napas ke dalam dan angkat dagu ke dada :
tahan satu hitungan sampai 5. Rileks dan ulangi sebanyak 10 kali.
b)
Untuk memperkuat tonus otot jalan lahir dan dasar panggul
(latihan Kegel)
c)
Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot,
pantat dan pinggul dan tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d)
Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap
gerakan. Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada minggu
ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan setiap gerakan sebanyak 30 kali.
4) Gizi
Ibu
menyusui harus :
a)
Mengkonsumsi
tambahan 500 kalori tiap hari
b)
Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein,
mineral, dan vitamin yang cukup.
c)
Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu
untuk minum setiap kali menyusui).
d)
Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi
setidaknya selama 40 hari pasca bersalin.
e)
Minum kapsul vitamin A (200.000 unit) agar bisa memberikan
vitamin A kepada bayinya melalui ASI-nya.
5) Seksual
a)
Secara
fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah berhenti dan
ibu dapat memasukkan satu atau dua jari kedalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa
nyeri, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap.
b)
Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan
suami istri sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan bergantung pada pasangan yang bersangkutan.
6)
Kontrasepsi
a)
Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, penggunaan
kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu sudah haid lagi.
b)
Sebelum menggunakan metode KB, hal-hal berikut sebaiknya
dijelaskan dahulu kepada ibu :
·
Bagaimana metode ini dapat mencegah kehamilan dan
efektivitasnya.
·
Kelebihan/keuntungannya
·
Kekurangannya
·
Efek samping
·
Bagaimana menggunakan metode itu
·
Kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk wanita
pascasalin yang menyusui. (Saifuddin, 2006)
Tabel 2.12
Macam-macam metode
kontrasepsi
Metode kontrasepsi
|
Waktu post partum
|
Ciri-ciri khusus
|
Catatan
|
MAL
|
a.
Mulai segera saat post partum
b.
Efektifitas tinggi sampai 6 bulan post partum/ belum
haid
|
a.
Manfaat kesehatan bagi ibu dan bayi
b.
Memberikan waktu untuk memilih kontrasepsi lain
|
a.
Harus benar-benar Asi akslusif.
b.Efektifitas
berkurang jika mulai suplemen Asi.
|
Kontrasepsi kombinasi
|
Jika menyusui:
a.
Jangan dipakai sebelum 6-8 minggu post partum.
b.
Sebaiknya tidak dipakai dalam waktu 6 minggu- 6 bulan
post partum.
Jika pakai MAL tunda sampai 6 bulanl
menyusui dapat Jika tidak menyusui dimulai 3 minggu
pasca persalinan.
|
a.
Selama 6-8 minggu post partum, kontrasepsi kombinasi
akan mengurangi Asi dan mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
b.
Selama 3 minggu pasca post partum kontrasepsi kombinasi
akan meningkatkan resiko masalah pembekuan darah.
c.
Jika ibu tidak mendapat haid dan sudah berhubungan
seksual mulailah kontrasepsi kombinasi setelah yakin tidak ada kehamilan
|
a.
Kontrasepsi kombinasi merupakan pilihan terakhir pada
ibu menyusui.
b.Dapat
diberikan pada ibu dengan riwayat preeklamsi atau hipertensi dalam kehamilan.
c.
Sesudah 3 minggu post partumtidak menngkatkan resiko
pembekuan darah.
|
Kontrasepsi progestin
|
a.
Sebelum 6 minggu post partum ibu menyusu jangan memakai
progestin.
b.
Jika menggunakan MAL kontrasepsi progestin dapat
ditunda sampai 6 bulan.
c.
Jika tidak menyusui dapat segera dimulai.
d.
Jika tidak menyusui lebih dari 6 minggu post partum
atau sudah dapat haid kontrasepsi progestin dpat dimulai setelah yakin tidak
ada kehamilan.
|
a.
Selama 6 minggu pertama pasca persalinan, progestin
mempengaruhi tumbuh kembang bayi.
b.
Tidak ada pengaruh terhadap Asi.
|
Pendarahn irreguler dapat terjadi.
|
AKDR
|
a.
Dapat dipasang langsung aat post partum, sewaktu seksio
sesarea atau 48 jam post partum.
b.
Jika tidak insersi ditunda sampai 4-6 minggu post
partum.
c.
Jika laktasi atau haid sudah dapat insersi dilakukan
sesudah yakin tidak ada kehamilan.
|
a.
Tidak ada pengaruh terhadap Asi.
b.
Efek samping lebih sedikit pada klien yang menyusui.
|
a.
Insersi post
partum memerlukan petugas yang khusus.
b.Konseling
perlu dilakukan sewaktu antenatal.
c.
Angka encabutan AKDR tahun pertam lebih tinggi daripada
ibu menyusui.
d.Ekspulsi
spontan lebih tinggi (6-10%) pada pemasangan postpartum.
e.
Sesudah 4-6 minggu post partum teknik sama dengan
pemasangan waktu interval.
|
Kondom/ spermisida
|
Dapat digunakan setiap saat.
|
a.
Tidak ada pengaruh terhada Asi.
b.
Sebagai cara sementara sambil memilih metode lain.
|
Sebaiknya dipakai kondom yang diberi pelicin.
|
Diafragma
|
Sebaiknya ditunggu sampai 6 minggu post partum
|
Tidak ada pengaruh terhadap terhadap Asi.
|
a.
Perlu pemeriksaan dalam oleh petugas.
b.Penggunaan
spermisida membantu mengatasi masalh keringnya vagina.
|
KB alamiah
|
Tdak dianjurkan sampai siklus haid kembali teratur
|
Tidak ada pengaruh terhadap laktasi
|
a.
Lendir serviks tidak keluar seperti haid reguler lagi.
b.Suhu
basal tubuh kurang akurat jika ibu sering terbangu di malam hari untuk
menyusui.
|
Koitus interuptus atau Abtinensi
|
Dapat digunakan setiap waktu.
|
a.
Tidak ada pengaruh terhadap Asi.
b.
Abtinensi 100 % efektif
|
Beberapa
pasangan tidak sangup untuk abtinensi dan perlu konseling terlebih dahulu.
|
Kontrasepsi mantap/ tubektomi
|
a.
Dapat dilakukan dalam 48 jam post partum.
b.
Jika tidak tunggu sampai 6 minggu post partum
|
·
Tidak ada pengaruh terhadap laktasi atau tumbuh kembang
bayi.
·
Minilaparotomi post partum paling mudah dilakukan 48
jam post partum
|
a.
Perlu anestesi lokal
b.
Konseling sudah harus dilakukan sewaktu asuhan
antenatal
|
i. Komplikasi
masa nifas
1) Definisi
Infeksi nifas adalah semua peradangan yang disebabkan
oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan
nifas. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:122)
2)
Etilogi
a) Berdasarkan
masuknya kuman ke dalam alat kandungan
·
Ektogen (kuman datang dari luar)
·
Autogen (kuman masuk dari tempat lain dari tubuh)
·
Endogen (dari jalan lahir sendiri)
b) Berdasarkan
kuman yang sering menyebabkan infeksi
·
Streptococcus Haemolyticus Aerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat yang ditularkan dari
penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong.
·
Staphylococcus Aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang yang banyak ditemukan sebagai
penyebab infeksi di rumah sakit.
·
Eschericiacolli
Sering berasal dari kandung kemih dan rectum yang menyebabkan infeksi
terbatas.
·
Clostridium welchii
Kuman aerobic yang berbahaya sering ditemukan pada abortus kriminalis dan
partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit. (Ambarwati,
E.R,dkk, 2009:122-123)
3) Patofisiologi
Setelah kala III daerah bekas insersio plasenta plasenta
merupakan sebuah luka dengan diameter kira-kira 4 cm. Permukaannya tidak rata,
berbenjol-benjol karena banyaknya vena yang ditutupi thrombus. Daerah ini
merupakan tempat yang baik untuk tumbuhnya kuman dan masuknya jenis yang
pathogen dalam tubuh wanita. Servik sering mengalami perlukaan pada persalinan,
demikian juga vulva, vagina dan perineum yang merupakan tempat masuknya kuman
pathogen.
Infeksi
nifas dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
a)
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina,
servik dan endometrium.
b)
Penyebaran dari tempat tersebut melalui vena-vena,
melalui jalan limfe dan melalui permukaan endometrium. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:123)
4) Tanda
dan gejala
Infeksi akut ditandai dengan demam, sakit di daerah
infeksi, berwarna kemerahan, fungsi organ tersebut terganggu. Gambaran klinis
infeksi nifas dapat berbentuk:
a)
Infeksi
lokal
Pembengkakan luka episiotomy, terjadi penanahan,
perubahan warna kulit, pengeluaran lokea bercampur nanah, mobilisasi terbatas
karena rasa nyeri dan temperature badan dapat meningkat.
b)
Infeksi
umum
ampak sakit dan lemah temperature meningkat, tekanan
darah menurun dan nadi meningkat, pernafasan bisa meningkat dan terasa sesak,
kesadaran gelisah sampai menurun dan koma, terjadi gangguan involusi uterus,
lokea berbau dan bernanah serta kotor. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:124)
5) Cara
terjadinya infeksi
a) Manipulasi
penolong yang tidak suci hama, atau periksa dalam yang berulang-ulang yang
dapat membawa bakteri yang sudah ada ke dalam rongga rahim.
b) Alat-alat
yang tidak suci hama
c) Infeksi
droplet, sarung tangan dan alat-alat terkena infeksi, kontaminasi yang berasal
dari hidung, tenggorokan dari penolong.
d)
Infeksi Rumah Sakit.
e)
Koitus pada akhir kehamilan pada ketuban pecah dini.
f)
Infeksi intrapartum
(Ambarwati, E.R,dkk, 2009:124-125)
6) Faktor
predisposisi
a)
Persalinan
yang berlangsung lama sampai terjadi persalinan terlantar
b)
Tindakan
operasi persalinan
c)
Tertinggalnya
plasenta, selaput ketuban dan bekuan darah
d)
Ketuban
pecah dini
e)
Keadaan
yang dapat menurunkan keadaan umum.
(Ambarwati, E.R,dkk, 2009:125)
7)
Pencegahan
a) Lakukan
mobilisasi dini sehingga darah lochea keluar denga lancar
b) Perlukaan
di rawat dengan baik
1.
Rawat gabung dengan isolasi untuk mengurangi
infeksi nosokomial. (Ambarwati, E.R,dkk, 2009:125)
i.
Diagnosa
masa nifas
Diagnosa masa nifas dibuat untuk menentukan apakah masa
nifas seorang ibu berjalan normal atau ada masalah. Diagnosa masa nifas dinuat
berdasarkan:
1)
Para adalah
seorang wanita yang pernah melahirkan yang dapat hidup. Abortus adalah
pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar, berat janin < 500
gram dan usia kehamilan < 20minggu.
2)
Masa nifas dimulai setelah lahirnya plasenta sampai 40
hari atau 6 minggu. (Sarwono, 2005: 180).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar