1.
Definisi
Hemoroid adalah pelebaran
vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik,
hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, maka diperlukan
tindakan. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Hemoroid normalnya
terdapat pada individu sehat dan terdiri dari bantalan fibromuskular yangs
angat bervaskularisasi yang melapisi saluran anus.
a.
Hemoroid dalam
kehamilan
Banyak wanita hamil yang menderita hemoroid (ambeien,
wasir) yang biasanya terjadi sekitar minggu ke-16 kehamilan. Hemoroid adalah
pelebaran vena (pembuluh darah balik) di dinding usus besar (rectum) yang dapat
menonjol ke luar anus. Hal ini disebabkan adanya pertumbuhan bayi yang akan
meninggikan tekanan terhadap usus besar, sehingga mengganggu aliran balik
peredaran darah ke jantung. Vena tersebut melebar untuk mengimbangi adanya
peningkatan volume darah yang terbendung. Hemoroid ini biasanya akan menghilang
setelah bayi lahir. (dr. Nina Irawati,
2003)
Hemoroid sering terjadi dalam kehamilan, dapat menyebabkan
rasa tidak nyaman yang cukup berarti. Mengejan pada saat buang air besar sering
menyebabkan hemoroid, terutama pada wanita-wanita yang rentan mengalami
pelebaran pembuluh darah. Pengobatan
simtomatis (preparat hemoroid) biasanya sudah cukup. (Benson R, 2008).
Selama kehamilan, sebagian wanita mengalami perdarahan yang
keluar dari anus karena mereka cenderung memiliki masalah konstipasi dan adanya
penekanan uterus terhadap vena di dalam anus dan rektum. (Bahiyatun, 2009)
Asuhan yang diberikan, lakukan anjuran dan nasihat untuk
mengupayakan rasa nyaman berikut :
1) Untuk meminimalkan pembentukan hemoroid, cegah konstipasi
dengan meningkatkan serat dan minum air sebanyak mungkin. Mengurangi makanan
lemak dan istirahat minimal satu jam sehari dengan meluruskan kaki.
2) Istirahat dalam posisi miring, yang meningkatkan drainase
pembuluh darah di bawah uterus. Tinggikan kaki tempat tidur untuk varises jenis
apapun.
3) Hindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
4) Gunakan teknik mengangkat yang benar untuk menghindari
mengejan.
5) Lakukan latihan kegel.
6) Ketika menggunakan toilet, jangan duduk atau mengejan untuk
waktu yang lama dan letakkan pijakan di bawah kaki.
7) Rendam duduk hangat dapat dilakukan 4-6x/hari selama 15-20
menit, kemudian 1 menit dalam air dingin (ulangi siklus 2-3x). Tepung jagung
atau baking soda yang dimasukkan ke dalam air rendam duduk akan mengurangi
gatal, atau tepung dapat digunakan sebagai bedak setelah mandi.
8) Hindari makanan berbumbu yang dapat mengiritasi hemoroid.
9) Anjuran nutrisi, coba untuk mengonsumsi vitamin B6
25 mg, setiap kali makan.
(Sinclair,
2009)
b.
Hemoroid dalam
persalinan
Pada saat melahirkan, hemoroid dapat bertambah parah atau
sebagian wanita mengalami hemoroid baru karena tekanan kepala janin saat
dilahirkan dan upaya meneran ibu.
(Bahiyatun,
2009)
Pada proses melahirkan secara normal ketika anda mengejan,
biasanya wasir ini akan membengkak dan nyeri.
(Suririnah,
2009)
Asuhan yang diberikan :
1) Memasukkan hemoroid yang keluar dari rektum.
2) Melakukan rendam duduk dalam air hangat.
3) Meletakkan kantong es pada daerah anus.
4) Berbaring miring,
5) Minum air mineral dan anjurkan makanan yang berserat
tinggi.
6) Hindari konstipasi.
7) Memberikan bat supositoria.
(Bahiyatun,
2009)
c.
Hemoroid dalam
masa nifas
Jika tidak menderita hemoroid sebelum kehamilan, hemoroid
akan hilang dalam beberapa minggu. Jika pasien telah menderita hemoroid sebelum
kehamilan, kondisi ini akan sedikit bertambah baik dalam beberapa minggu tetapi
tidak akan hilang. (Bahiyatun, 2009)
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini
disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa
pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid
ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan
waktu untuk kembali normal.
Asuhan yang diberikan sebagai berikut :
1) Menganjurkan makanan yang mengandung serat
2) Pemberian cairan yang cukup
3) Berikan penyuluhan tentang senam nifas dan latihan kegel
4) Beri pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
5) Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
(Anonim,
2010)
2.
Klasifikasi
Hemoroid diklasifikasikan
menjadi dua, yaitu hemoroid eksterna dan hemoroid interna.
a. Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan
pleksus hemoroidalis inferior, terdapat di sebelah distal garis mukokutan di
dalam jaringan di bawah epitel anus.
b. Hemoroid interna adalah kondisi dimana pleksus hemoroidalis
superior di atas garis mukutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini
merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada rectum sebelah
bawah.
Hemoroid interna terdapat
pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan (jam 11), kanan belakang (jam 7) dan
lateral kiri (jam 3), yang oleh miles disebut “three Primary Haemoroidal
Areas”. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer
tersebut dan kadang juga sirkuler (Sjamsuhidajat,
2004 : 672-675).
Hemoroid interna dibagi
menjadi menjadi 4 derajat yaitu :
a. Derajat I
·
Terdapat perdarahan merah
segar pada rectum pasca defekasi
·
Tanpa disertai rasa nyeri
·
Tidak terdapat prolaps
·
Pada pemeriksaan anoskopi
terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam lumen.
b. Derajat II
·
Terdapat perdarahan/tanpa
perdarahan sesudah defekasi
·
Terdapat prolaps hemoroid
yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
c. Derajat III
·
Terdapat perdarahan/tanpa
perdarahan sesudah defekasi
·
Terjadi prolaps hemoroid
yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus di dorong dengan jari (reposisi manual)
d. Derajat IV
·
Terdapat perdarahan
sesudah defekasi
·
Terjadi prolaps hemoroid
yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)
(Silvia
A, 2005 :467)
Tabel 1.1
Derajat
Hemoroid Interna
Derajat
|
Berdarah
|
Prolaps
|
Reposisi
|
I
|
(+)
|
(-)
|
(-)
|
II
|
(+)
|
(+)
|
Spontan
|
III
|
(+)
|
(+)
|
Manual
|
IV
|
(+)
|
(+)
|
Tetap
Irreponibel
|
(Sjamsuhidajat, 2 : 672-675)
3.
Etiologi
Penyebab hemoroid tidak
diketahui, konstipasi kronis dan mengejan saat defekasi mungkin penting.
Mengejan menyebabkan pembesaran dan prolapsus sekunder bantalan pembuluh darah
hemoroidalis. Jika mengejan terus menerus, pembuluh darah menjadi berdilatasi secara
progresif dan jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan normalnya dengan
sfingter internal di bawahnya, yang menyebabkan prolapsus hemoroid klasik dan
berdarah. Selain itu faktor penyebab hemoroid yang lain yaitu : kehamilan,
obesitas, diet rendah serat dan aliran balik vena. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
4.
Faktor Resiko
Faktor risiko hemoroid
banyak sekali, sehingga sukar bagi kita untuk menentukan penyebab yang tepat
bagi tiap kasus. Faktor risiko hemoroid yaitu :
a.
Keturunan
Dinding pembuluh darah yang
lemah dan tipis.
b.
Anatomik
Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus
hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan vasa sekitarnya.
c.
Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan
tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
d.
Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas
dan anus (sekresi hormone relaksin).
e.
Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang
menggigil dalam rongga perut, misalnya penderita hipertrofi prostat.
f.
Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada
penderita dekompensasio kordis atau sirosis hepatis. (Werner Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
5.
Tanda dan Gejala
Pasien sering mengeluh
menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum atau
anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan
hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami
thrombosis.
Perdarahan umumnya
merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces, dapa
hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan
yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal
dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam.
Perdarahan luas dan intensif di fleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena
tetap merupakan “darah arteri”
Kadang perdarahan hemoroid
yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar
secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada
tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan di susul
reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid
interna ini perlu di dorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke
dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang
mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal
yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang
terus menerus dan rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat
thrombosis yang luas dengan oedem dan radang. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
6.
Pemeriksaan
Anamnesis harus dikaitkan
dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan
intraabdominal meninggi (mengejan), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan
dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh
diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti
sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan ispeksi
apalagi bila terjadi thrombosis. Apabila hemoroid interna mengalami prolaps,
maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila
penderita diminta mengejan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak
dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya
tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma
rektum. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
a.
Inspeksi
Pada inspeksi, hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi
sudah mengandung thrombus. Hemoroid unterna yang prolaps dapat terlihat sebagai
benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh
pasien untuk mengejan. (Sjamsuhidajat,
2004 : 672-675)
b.
Rectal Toucher
Pada colok dubur, hemoroid interna biasanya tidak teraba
dan juga tidak sakit. Dapat diraba bila sudah ada thrombus atau sudah ada fibrosis.
Thrombus dan fibrosis pada perabaan padat dengan dasar yang lebar. (dr Marjadi H, 1998 : 232)
c.
Anoskopi
Dengan cara ini kita bisa melihat hemoroid interna.
Penderita dalam posisi lithotomi. Anoskopi dengan penyumbatanya dimasukkan
dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas
panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop. Bila perlu
penderita suruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesar-besarnya.
Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah
meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
d.
Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa
keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat
yang lebih tinggi (rektum/sigmoid), karena hemoroid merupakan keadaan
fisiologik saja atau tanda yang menyertai. (Sjamsuhidajat,
2004 : 672-675)
e.
Pemeriksaan FaeceS
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult
bleeding)
7.
Diagnosa Banding
Perdarahan rektum merupkan
manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
d. Karsinoma kolorektum
e. Penyakit divertikel
f. Polip
g. Colitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi
harus dilakukan. Foto barium klolon dan
kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala
penderita. Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat
hemoroid interna. (Werner Kahle, dr Marjadi
H, 1998 : 232)
8.
Komplikasi
Perdarahan akut pada
umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar.
Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan
apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat
banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apbila berulang
dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa
mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering
tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena
adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi
(inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis
dan bisa mengakibatkan kematian.
9.
Penatalaksanaan
a.
Terapi
1) Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet kebanyakan
penderita hemoroid derajat kedua dapat di tolong dengan tindakan lokal
sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas
makanan berserat tinggi sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi
usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan
mengejan berlebihan.
(dr
Marjadi H, 1998 : 232)
Supositoria dan
salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestetik
dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena oedem
umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring
dan kompres lokal untuk mengurangi
pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. (Werner Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
2)
Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikkan larutan kimia yang
merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke
submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan
tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan
meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan disebelah atas dari garis mukokutan
dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Abapila penyuntikan dilakukan pada
tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi,
prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi hipersensivitas terhadap
obat yang disuntikan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang
makanan interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah
atau prolaps.
3)
Ligasi dengan
gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps dapat ditangani dengan ligasi gelang karet
menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol
di jepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet
didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus
hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks
hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2-4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri
karena terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut
ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula
disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis,
biasanya setelah 7-10 hari. (Werner
Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
4)
Krioterapi/bedah
beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah
sekali. Jika digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas
hemoroid pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa
dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri.
Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini.
Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi
ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan
luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pasa karsinoma rektum
yang irreponibel.
5)
Hemoroidal Arteri
Ligation (HAL)
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga
jaringan hemoroid tidak mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan
jaringan hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis.
6)
Infra Red
Coagulation (IRC) Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang
dinamakan photocoagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi
nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid
yang sedang mengalami perdarahan.
7)
Generator
galvalis
Jaringan hemoroid dirusak dengan alur listrik searah yang
berasal dari baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid
interna.
8)
Bipolar
Coagulation/ Diatermi Bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas
yaitu menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan
sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi
sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid
interna yang mengalami perdarahan.
b.
H2 terapi bedah
Terapi bedah di pilih
untuk penderita yang mengalami keluhan menahundan pada penderita hemoroid
derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan
berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yahng
lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan
kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.
Prinsip yang harus
diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada
jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada
anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi
jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah
terjadi deformitas kanalis analis alibat prolapsus mukosa.
(Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Ada tiga tindakan bedah
yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan
gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler
(menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler)
1)
Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik
operasi yang biasa digunakan yaitu :
a)
Teknik Miligan –
Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat
utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris oleh Miligan dan Morgan pada tahun
1973. Basis massa hemoroid tepat di atas linea mukokutan dicekap dengan
hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasanga jahitan transfiksi
catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah
pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid
ekterna. Suatu incise elips dibuat dengan scalpel melalui kulit dan tunika
mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan
dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila
diseksi mencapai jahitan transfiksi catgut maka hemoroid eksterna dibawah kulit
dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup
secara longitudinal dengan jahitanjelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari
tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat
merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak.
Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak
jaringan.(Mansjur A dkk, 1999 : 321-324)
b)
Teknik Whitehead
Teknik operasi yang akan digunakan untuk hemoroid yang
sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa
dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu
mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
c)
Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier
dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan catgut chromic no
2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan
jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya
mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang
biasa menimbulkan stenosis. (Werner
Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
2)
Bedah Laser
Pada prinsipnya,
pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat pemotongnya
menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga
tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang
minmal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut
terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post
operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut
saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya
mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempe
jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk
hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12-14 watt. Setelah jaringan diangkat,
luka bekas operasi direndam cairan antiseptic. Dalam waktu 4-6 minggu, luka
akan mongering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan. (Linchan, 1994 : 56-59)
3)
Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal
dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau hemoroid Circular
Stapler. Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di
saluuran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar.
Kerjasama jaringan hemoroid dam sfingter ani untuk melebar dan mengerut
menjamin kontrol kaluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini
mengurangi prolaps jaringan heemoroid dengan mandorongnya ke atas garis
mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula
karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB,
sehingga tidak perlu dibuang semua.
(Melfiawati, EGC : 2001)
Meskipun jarang, tindakan
PPH memiliki resiko yaitu :
·
Jika terlalu banyak
jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
·
Jika sfingter ani internus
tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun
jangka panjang.
·
Seperti pada operasi
dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
·
PPh bisa saja gagal pada
hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh jalan masuk ke
saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk
masuk ke dalam stapler.
c.
Tindakan pada
hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis
Keadaan ini bukan hemoroid
dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan thrombosis vena oroid eksterna yang
terletak subkutan di daerah kanalis analis. Thrombosis dapat terjadi karena
tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika mengangkat barang berat, batuk,
bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang menonjol itu dapat terjepit
sehingga kemudian terjadi thrombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini dapat
terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya hemoroid
interna kadang terdapat lebih dari satu thrombus. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Keadaan ini ditandai
dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri sekali, tegang
dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa militer sampai satu atau
dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobulaar, dan dapat pula
multilokuler atau beberapa benjolan. Rupture dapat terjadi pada dinding vena,
meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis
adventitia menutupi darah yang membeku. (Sjamsuhidajat,
2004 : 672-675)
Pada awal timbulnya
thrombosis, terasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang dalam waktu dua
sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya oedem akut. Ruptur spontan dapat
terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi tanpa
terapi setelah dua sampai empat hari. (Sjamsuhidajat,
2004 : 672-675)
Terapi yang dapat
dilakukan, keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan
hangat, salep yang mengandung analgesic untuk mengurangi nyeri atau gesekan
pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu
mempercepat berkurangnya pembengkakan. Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat
ditolong dan berhasil dengan cara segera mengeluarkan thrombus atau melakukan
eksisilengkap secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Nyeri akan segera
hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka
berada di daerah yang kaya akan darah. (Sjamsuhidajat,
2004 : 672-675)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar