Senin, 29 April 2013

KONSEP PERSALINAN (INTRANATAL CARE)



A.   PERSALINAN
1.    Definisi Persalinan
Persalianan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan ( setelah 37 minggu ) tanpa disertai adanya penyulit ( APN, 2007: 37).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, dan diakhiri dengan pelepasan plasenta (Varney, 2006: 672).
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Ketika persalinan dimulai peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Peran petugas kesehatan adalah memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga memberikan bantuan dan dukungan pada ibu bersalin (Saifuddin, 2006 : 100).
2.    Perubahan fisiologis persalinan
a.    Tekanan darah
Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistolik rata-rata naik, darah kembali normal pada level sebelum pesalinan. Rasa sakit, takut dan cemas juga akan meningkat tekanan darah).

b.    Metabolisme
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur disebabkan karena kecemasan dan aktifitas otot skeletal. Peningkatan ini ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, kardiak output, pernafasan dan cairan yang hilang.
c.    Suhu tubuh
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka suhu tubuh sedikit meningkat selama persalinan, terutama selama dan segera setelah persalinan. Peningkatan ini jangan melebihi 0,50C sampai dengan 10C.
d.    Detak jantung
Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung secara dramatis naik selama kontraksi. Antara kontraksi, detak jantung sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
e.    Pernafasan
Karena terjadi peningkatan metabolisme, maka sedikit terjadi peningkatan tidak normal dan bisa menyebabkan alkalosis.
f.     Perubahan pada ginjal
Poliuria sering terjadi selama persalinan, mungkin disebabkan oleh peningkatan kardiak output, peningkatan filtrasi glomerullus dan aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit di anggap biasa dalam persalinan.


g.    Perubahan gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansial berkurang banyak sekali selama pesalinan. Selain itu, pengeluaran getah lambung berkurang, menyebabkan aktifitas pencernaan hampir berhenti, dan pengosongan lambung menjadi sangat lamban.
Cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan perut dalam tempo yang biasa. Mual dan muntah biasa terjadi sampai ibu mencapai akhir kala.
h.    Perubahan hematologi
Hemoglobin meningkat sampai 1,2 gram / 100 ml selama persalinan dan akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan sehari setelah paska bersalin kecuali ada perdarahan postpartum. (Salmah,2006).
3.    Perubahan psikologis persalinan
a.    Kala I
Pada ibu primi bahkan multi terkadang bereaksi berlebihan terhadap persalinan awal dengan terlalu banyak memberi perhatian pada kontraksi, menjadi tegang, timbul kecemasan  atau perasaan aneh terhadap tubuh. Sebagian besar wanita mengalami perasaan tidak enak atau gelisah (ketidakmampuan untuk merasa nyaman dalam posisi apa pun dalam waktu lama).
Pada tahap laten, semangat ibu cukup tinggi; pada tahap aktif, ibu menjadi serius, diam, dan sibuk dengan kontraksi. Seorang wanita bahkan mungkin akan merasa terjebak dalam persalinan saat menyadari tidak ada jalan keluar selain menuntaskan persalinan. Kesadaran ini kadang disebut “saat menerima kebenaran yang mencerminkan semacam krisis, dimana ibu menyadari tidak dapat mengendalikan proses persalinan. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 187-196)
b.    Kala II
Pada fase peralihan dari kala I ke kala II ditandai dengan sensasi yang kuat dan kebingungan mengenai apa yang harus dilakukan. Untuk beberapa wanita desakan mengejan merupakan salah satu aspek memuaskan sedangkan untuk yang lainnya merasakan desakan mengejan dirasa mengganggu dan menyakitkan.
Setelah terlepas dari sensasi peralihan kala I ditandai dengan rasa nyeri berkurang, perasaan menjadi tenang, dapat berpikir jernih kembali, beristirahat, kembali bersemangat, dan mengenali orang-orang disekitarnya.
Selama kala II, ibu bekerja sama dengan persalinannya melalui gerak menekan secara sadar dan bergerak ke posisi yang membantu pelahiran. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 204)
c.    Kala III
Sesudah bayi lahir, akan ada masa tenang yang singkat; kemudian rahim kembali berkontraksi sehingga ibu perlu melanjutkan relaksasi dan penapasan terpola karena rahim kadang-kadang mengalami kram yang hebat. Atau sebaliknya, perhatian ibu tercurah seluruhnya pada bayi sehingga hampir tidak menyadari terjadinya tahap ketiga ini. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 211-212).
d.    Kala IV
Saat-saat ini adalah saat jatuh cinta dan merupakan tahapan yang penting dalam membentuk keterikatan. Pada tahap ini ibu akan merasakan bahagia, lega, atau bahkan euforia dengan bayi dan rasa terima kasih kepada orang-orang yang telah membantu. Sebaliknya ibu membutuhkan sedikit waktu untuk menyesuaikan diri terhadap kenyataan bahwa dia tidak lagi dalam persalinan, keadaan tidak hamil dan sudah  menjadi seorang ibu. (Simkin Penny, Dkk, 2008: 215).
4.    Sebab-sebab persalinan
Menurut Roestam, M,1998 : 82 Sebab – sebab terjadinya persalinan belum diketahui benar yang ada hanyalah teori – teori yang kompleks, antara lain :
a.   Teori penurunan hormon
1-2 minggu sebelum partus terjadi penurunan keadaan hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesterone turun.
b.   Teori plasenta menjadi tua
Plasenta menjadi tua dengan tuanya kehamilan. Villi koriales mengalami perubahan-perubahan, sehingga kadar estrogen dan progesterone menurun.
c.   Teori distensi rahim
Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan iskemia otot-otot uterus merupakan faktor yang dapat mengganggu sirkulasi utero plasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi.
d.   Teori iritasi mekanik
Di belakang serviks terdapat ganglion servikale (Flexus Frankenhauser). Bila ganglion ini tertekan misalnya oleh kepala janin maka akan timbul kontraksi uterus.
e.   Teori berkurangnya nutrisi pada janin
Hal ini dikemukakan oleh Hippocrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan.
f.    Induksi persalinan
Persalinan dapat pula ditimbulkan dengan jalan :
1)    Gagang laminaria : merangsang fleksus frankenhauser dengan memasukkan beberapa gagang laminaria dalam kanalis servikalis.
2)    Amniotomi : pemecahan ketuban
3)    Penyuntikan oksitosin : dengan jalan infus intravena
5.    Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
a.    Tenaga (Power)
1)    His (kontraksi otot rahim)
2)    Kotraksi otot dinding perut
3)    Kontraksi dengan diafragma pelvis atau kekuatan mengejan
4)    Ketegangan dan kotraksi ligamentum rotundum
5)    Janin dan plasenta (Passenger)
b.    Jalan lahir (Passage)
1)    Jalan lahir keras
a)    Pintu atas panggul (inlet) dibatasi oleh Linea Innominata
b)    Pintu tengah panggul (midlet) dibatasi oleh Spina Ischiadica
c)    Pintu bawah panggul (outlet) dibatasi oleh Symphisys dan arkus pubis
2)    Jalan lahir lunak
Jalan lahir lunak yang berperan pada persalinan adalah segmen bawah rahim, serviks uteri dan vagina. Disamping itu otot-otot, jaringan ikat dan ligamen yang menyokong alat-alat urogenital juga sangat berperan pada persalinan.
6.    Tanda-tanda persalinan
a.    Terjadi His persalinan
Sifat dari his palsu terdiri dari kontraksi uterus yang sangat nyeri, yang memberi pengaruh signifikan pada serviks. Persalinan palsu ini dapat terjadi berhari – hari bahkan tiga atau empat minggu sebelum persalinan sejati. Sifatnya his pendahuluan ini tidak teratur yang memancar dari pinggang ke perut bagian bawah. Lamanya kontraksi pendek dan tidak bertambah kuat bila dibawa berjalan malah sering berkurang.
His persalinan mempunyai sifat nyeri yang di sebabkan oleh kontraksi dari otot – otot rahim yang fisiologis. Nyeri karena disebabkan oleh anoxia dari sel – sel otot waktu kontraksi, perasaan nyeri tergantung juga pada ambang nyeri dari penderita yang ditentukan oleh keadaan jiwanya, kontraksi rahim brsifat: Lamanya kontraksi berlangsung 45 detik sampai 75 detik. Kekuatan kontraksi menimbulkan naiknya tekanan intrauterine sampai 35 mmHg. Pada permulaan persalinan his timbul sekali dalam 10 menit, pada kala pengeluaran sekali dalam 2 menit. Perubahan serviks juga terjadi akibat intensitas Braxon hicks. (Helen varney.dkk, 2006:673).
b.    Terjadinya pengeluaran lendir bercampur darah
Lightening yang mulai dikira – kira dua minggu sebelum persalinan, dalah penurunan bagian persentasi bayi ke dalam pelpis minor. Wanita sering disebut lightening sebagai kepala bagian sudah turun, namun hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang lain akibat tekanan bagian persentasi diarea pelvis minor.
Blood show paling sering terlihat sebagai rabas lender bercampur darah yang lengket dan harus dibedakan dari perdarahan murni. Hal ini merupakan tanda persalinan yang akan terjadi, biasanya dalam 24 hingga 48 jam. (Helen varney, Dkk ,2006:674)


7.    Tanda bahaya persalinan
Apabila didapati salah satu atau lebih penyulit seperti berikut :
a)    Riwayat bedah sesar
b)    Perdarahan pervaginam
c)    Persalinan kurang bulan (<37 minggu)
d)    Ketuban pecah dengan mekoneum kental
e)    Ketuban pecah lama (>24 jam)
f)     Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan
g)    Ikterus
h)    Anemia berat
i)      Tanda dan gejala infeksi
j)      Preeklampsi/hipertensi pada persalinan
k)    TFU 40 cm atau lebih
l)      Gawat janin
m)  Prinsip dalam fase aktif persalinan dengan palpasi kepala janin masih 5/5
n)    Persentasi bukan belakang kepala
o)    Persentasi majemuk
p)    Kehamilan gemeli
q)    Tali pusat menumbung
r)     Syok
Menurut Gulardi dkk, 2007: 33-35 Rujukan adalah mengirimkan pasien dalam kondisi optimal dan tepat waktu ke fasilitas rujukan atau fasilitas yang memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi baru lahir.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B (bidan)               : pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetric dan bayi baru lahir untuk dibawa ke fasilitas rujukan.
A (alat)                  : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan bayi baru lahir (tabung suntik, selang IV, alat resusitasi,dll) bersama ibu ke tempat rujukan. Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam perjalanan menuju fasilitas rujukan.
K (keluarga )          : Beritahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alasan dan tujuan merujuk ibu ke fasilitas rujukan tersebut. Suami atau anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan bayi baru lahir hingga ke fasilitas rujukan.
S (surat)                : Berikan surat ke tempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mangenai ibu dan bayi baru lahir, cantumkan alasan rujukan dan uraikan hasil pemeriksaan, asuhan atau obat-obatan yang diterima ibu dan bayi baru lahir. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan klinik.
O (obat)                 : Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu ke fasilitas rujukan. Obat-obatan trsebut mungkin diperlukan selama di perjalanan.
K (kendaraan) : Siapkan kendaraaan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai tujuan pada waktu yang tepat.
U (uang)                : Ingatkan pada keluarga agar membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan selama ibu dan bayi baru lahir tinggal di fasilitas rujukan.
8.    Ketidaknyamanan persalinan
a.    Kala I
1)    Sakit pinggang
2)    Kram perut
3)    Kram tungkai
4)    Sering buang air kecil
5)    Aliran lendir yang licin bercampur darah
6)    Mules-mules
7)    Rasa tertekan di area Pelvis Minor
8)    Gangguan saluran cerna (diare, kesulitan mencerna, mual dan muntah, bukan karena sebab lain)
b.    Kala II
1)    Desakan mengejan
2)    Rasa ingin buang air besar
c.    Kala III
1)    Mules-mules kadang kram perut
d.    Kala IV
1)    After pain
2)    Rasa sakit pada luka bekas jahitan
3)    Kelelahan
4)    Nyeri badan
(Varney H, dkk, 2008:827)
9.    Kebutuhan dasar ibu bersalin
Kebutuhan dasar ibu hamil adalah mengenai asuhan sayang Ibu yaitu asuhan yang menghargai budaya kepercayaan dan keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan saying ibu adalah mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran bayi. (APN. 2007: 1 – 6).
a.      Panggil sesuai namanya, hargai dan perlakukan ibu sesuai martbatnya.
b.      Jelaskan semua asuhan dan perawatan kepada ibu sebelum memulai asuhan tersebut.
c.      Jelaskan proses persalinan kepada ibu dan keluarganya
d.      Ajukan ibu untuk bertanya dan membicarakan ketakutan ataupun kekhawatirannya.
e.      Dengarkan dan tanggapi pertanyaan dan kekhawatiran ibu.
f.       Beri dukungan, besarkan hatinya dan tentramkan hati ibu beserta anggota-anggota keluarganya.
g.      Anjurkan ibu untuk ditemani suami dan atau anggota keluarga yang lain selama kelahiran dan persalinan bayi
h.      Ajarkan suami dan anggota-anggota keluarga mengenai cara-cara bagaimana mereka dapat memperhatikan dan mendukung ibu selama persalinan dan kelahiran bayinya.
i.       Secara konsisten lakukan praktek-praktek pencegahan infeksi yang baik.
j.       Hargai privacy ibu.
k.      Anjurkan ibu untuk mencoba berbagai posisi selama persalinan dan kelahiran bayi.
l.       Anjurkan ibu untuk minum cairan dan makan makanan ringan bila ia mau.
m.    Hargai dan perbolehkan praktek-praktek tradisional yang tidak berbahaya.
n.      Hindari praktek-praktek yang tidak perlu dan mungkin membahayakan seperti episiotomy, pencukuran dan klisma.
o.      Anjurkan ibu untuk memeluk bayinya segera setelah lahir.
p.      Membantu memulai pemberian ASI dalam satu jam pertama setelah kelahiran bayi.
q.      Siapkan rencana rujukan.
r.       Mempersiapkan persalinan dan kelahiran bayi dengan baik dengan bahan-bahan, perlengkapan dan obat-obatan yang sesuai yang sudah siap sedia. Siap untuk melakukan resusitasi bayi baru lahir pada setiap kelahiran bayi. (APN, 2007:12)
10.  Mekanisme persalinan
Mekanisme persalinan untuk setiap persentasi :
a.    Engagement
Terjadi ketika diameter bipariental, diameter transversal terbesar kepala janin telah melalui pintu atas panggul.
b.    Desensus (penurunan lengkap kepala)
Terjadi selama persalinan keduanya diperlukan dan terjadi bersamaan dengan mekanisme yang lainnya. Menurut Tiran, 2006 : 10, penurunan kepala janin dengan metode lima jari (Perlimaan) adalah :
1)    5/5                                    : kepala di atas PAP dan mudah digerakkan
2)    4/5 H I-II (ST-2)                : kepala sulit digerakkan bagian terbesar kepala belum masuk panggul.
3)    3/5 H II-III (ST-1)  : bagian terbesar kepala belum masuk panggul.
4)    2/5 H III + (ST.0)  : bagian terbesar kepala sudah masuk panggul.
5)    1/5 H III-IV (ST + 1(2))     : kepala di dasar panggul
6)    0/5 H IV (ST + 3) : di perineum



c.    Fleksi
Merupakan diameter anteposterior kepala janin menjadi sejajar dengan pelvis ibu.
d.    Rotasi internal (putaran paksi dalam)
Menyebabkan diameter anteroposterior kepala janin menjadi sejajar dengan pelvis ibu.
e.    Ekstensi
Peralihan kepala berlangsung melalui ekstensi kepala untuk mengeluarkan oksiput-anterior.
f.     Restitusi rotasi
Kepala 45 derajat balik ke arah kanan maupun kiri.
g.    Rotasi eksternal
Terjadi saat bahu berotasi 45 derajat.
h.    Ekspulsi
yaitu Peralihan bahu dan tubuh dengan fleksi lateral melalui sumbu ujung luar paling bawah pada lengkung pelpis.(Halenvarney. dkk. 2006:754)
11.  Kala I, II, III dan IV persalinan
a.    Kala I (kala pembukaan)
Proses membukanya servik sebagai akibat his dibagi dalam 2 fase, yaitu :
1)    Fase laten (stadium saat tubuh ibu mulai menuju persalinan) : berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.

2)    Fase aktif : dibagi dalam 3 fase lagi, yaitu :
a)    Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm.
b)    Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
c)    Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat kembali dalam waktu 2 jam pembukaan 9 menjadi lengkap.
Mekanisme membukanya serviks berbeda antara pada primigravida dan multigravida. Pada yang pertama ostium uteri internum akan membuka lebih dahulu, sehingga serviks akan mendatar dan menipis. Baru kemudian ostium uteri ekstertum membuka. Pada multigravida ostium uteri internum sudah sedikit terbuka.
 Ketuban akan pecah sendiri ketika pembukaan hampir atau telah lengkap. Tidak jarang ketuban harus dipecahkan ketika pembukaan hampir lengkap atau telah lengkap. Bila ketuban telah pecah sebelum mencapai pembukaan 4 cm disebut ketuban pecah dini.
Pada primigravida kala I berlangsung kira – kira 13 jam, sedangkan pada multipara kira – kira 7 jam.
b.    Kala II
Bila dasar panggul sudah berelaksasi, kepala janin tidak masuk lagi di luar his dan dengan his dan kekuatan mengedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput di bawah simpisis dan dahi, muka dan dagu melewati perineum. Setelah istirahat sebentar, his mulai lagi mengeluarkan badan dan anggota bayi. Pada primigravida kala II berlangsung rata – rata 1,5 jam dan pada multipara rata – rata 0,5 jam.
c.    Kala III
Setelah bayi lahir, uterus teraba keras dengan fundus uterus agak di atas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya. Biasanya plasenta lepas dalam 6 - 15 menit setelah bayi lahir dan keluar spontan atau dengan tekanan pada fundus uteri. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah.
d.    Kala IV
Mulai dari lahirnya prasenta dan lamanya 2 jam. Dalam kala itu diamati, apakah tidak terjadi perdarahan postpartum.
12.  Pemeriksaan awal persalinan
a.    Anamnesis
Tujuan anamnesis adalah mengumpulkan informasi tentang riwayat kesehatan, kehamilan dan persalinan,yang harus ditanyakan pada ibu diantaranya:
1)    Nama, umur dan alamat
2)    Gravid dan para
3)    Hari pertama haid terakhir
4)    Kapan bayi akan lahir (menurut taksiran ibu)
5)    Riwayat alergi obat-obatan tertentu
6)    Riwayat kehamilan sekarang
7)    Riwayat kehamilan sebelumnya
8)    Riwayat medis lainnya
9)    Masalah medis saat ini
10) Pertanyaan tentang hal-hal yang belum jelas atau berbagai bentuk kekhawatiran lainnya.
b.    Pemeriksaan fisik
Tujuan pemeriksaan fisik adalah untuk menilai kondisi kesehatan ibu dan bayinya serta tingkat kenyamanan ibu bersalin.
Langkah-langkah dalam melakukan pemeriksaan fisik:
1)    Cuci tangan sebelum memulai pemeriksaan fisik
2)    Tunjukan sikap ramah dan sopan
3)    Minta ibu menarik nafas perlahan jika ia merasa tegang
4)    Meminta ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya
5)    Nilai kesehatan dan keadaan umum ibu, tingkat kegelisahan dan nyeri kontraksi, warna konjungtiva, kebersihan, status gizi dan kecukupan air tubuh
6)    Nilai tanda-tanda vital ibu ( TD, Nadi, suhu, dan pernafasan)
7)    Lakukan pemeriksaan abdomen yang berguna untuk:
a)    Menentuka tinggi fundus uteri
b)    Memantau kontraksi uterus
c)    Memantau denyut jantung janin
d)    Menentukan presentasi
e)    Menentukan penurunan bagian terendah janin
8)    Lakukan pemeriksaan dalam dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a)    Tutupi badan ibu sebanyak mungkin dengan sarung atau selimut
b)    Minta ibu untuk berbaring telentang dengan lutut ditekuk dan paha dibentangkan
c)    Gunakan sarung tangan DTT atau steril saat melakukan pemeriksaan
d)    Gunakan kassa atau gulungan kapas DTT yang dicelupkan ke air DTT atau larutan antiseptik
e)    Periksa genitalia eksterna, apakah ada luka atau masa termasuk kondilomata, varikositas vulva atau rectum atau luka parut di perineum
f)     Nilai cairan vagina dan tentukan apakah ada bercak darah, perdarahan pervaginam, atau mekonium.
g)    Dengan hati-hati pisahkan labium mayus dengan jari manis dan ibu jari, masukan jari telunjuk dan jari tengah. Jangan mengeluarkan kedua jari sampai pemeriksaan selesai dilakukan
h)    Nilai vagina
i)      Nilai pembukaan dan penipisan servix
j)      Pastikan tali pusat dan atau bagian-bagian kecil (tangan atau kaki) tidak teraba saat melakukan pemeriksaan dalam.
k)    Nilai penurunan bagian terbawah janin dan tentuka bagian terbawah tersebut telah masuk ke dalam rongga panggul.
l)      Jika bagian terbawah adalah kepala, pastikan penunjuknya (UUK, UUB atau fontanel magna) atau celah (sutura ) sagitalis untuk menilai derajat penyusupan atau tumpang tindih tulang kepala dan apakah ukuran kepala janin sesuai dengan ukuran jalan lahir
m)  Jika pemeriksaan sudah lengkap keluarkan jari tangan pemeriksa, celupkan sarung tangan ke dalam larutan untuk dekontaminasi, lepaskan kedua sarung tangan tadi secara terbalik dan rendam ke dalam larutan dekontaminasi selama 10 menit.
n)    Cuci kedua tangan dan keringkan dengan handuk bersih dan kering.
o)    Bantu ibu untuk mengambil posisi yang nyaman.
p)    Jelaskan hasil-hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarganya.
c.    Mencatat dan mengkaji hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik
Ketika anamnesis dan pemeriksaan telah lengkap :
1)    Catat semua hasil pemeriksaan fisik secara teliti dan lengkap.
2)    Gunakan informasi yang ada untuk menentukan apakah ibu sudah inpartu, tahapan dan fase persalinan.
3)    Tentukan ada atau tidaknya masalah atau penyulit yang harus ditatalaksanakan secara khusus.
4)    Setiap kali selesai melakukan penilaian, lakukan kajian data yang terkumpul, dan buat diagnosis berdasarkan informasi tersebut.
5)    Jelaskan temuan, diagnosis dan rencana penatalaksanaan kepada ibu dan keluarganya sehingga mereka mengerti tentang tujuan asuhan yang akan diberikan. (Asuhan Persalinan Normal, 2007: 38)
13.  Asuhan persalinan normal
a.    58 langkah Asuhan Persalinan Normal
Mengenali gejala dan tanda kala II
1)    Melihat adanya tanda persalinan kala II
a)    Ibu merasa ada dorongan kuat untuk meneran
b)    Ibu merasakan tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina
c)    Perineum tampak menonjol
d)    Vulva –vagina dan sfingter ani membuka
Menyiapkan pertolongan persalinan
2)    Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi ibu dan bayi baru lahir. Untuk asfiksia : tempat datar dan ekras, 2 kain dan 1 handuk bersih dan kering, lampu sorot 60 watt denga jarak 60 cm dari tubuh bayi.
a)    Menggelar kain diatas perut ibu dan tempat resusitasi serta ganjal bahu bayi
b)    Menyiapkan oksitosin 10 unit dan alat suntik steril sekali pakai di dalam paetus set
3)    Memakai celemek
4)    Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang     zdipakai, cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
5)    Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan  digunakan untuk periksa dalam.
6)    Masukan oksitosin ke dalam tabung suntik ( gunakan tangan yang memakai sarung tangan DTT dan steril ( pastikan tidak terjadi kontaminasi pada alat suntik ).
Memastikan pembukaan lengkap & keadaan janin baik
7)    Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang dibasahi air DTT.
a)    Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama, dari arah depan ke belakang.
b)    Buang kapas atau kasa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang tersedia.
c)     Ganti sarung tangan jika terkontaminasi (dekontaminasi), lepaskan dan rendam dalam larutan klorin 0,5%
8)    Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
a)    Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap lakukan amniotomi.
9)    Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kedalam larutan klorin 0,5%, kemudian lepaskan dan rendam dalam keadaan terbalik dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Cuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan.
10) Periksa denyut jantung janin ( DJJ ) setelah kontraksi/saat relaksasi uterus untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal ( 120-160x/menit ).
a)    Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
b)    Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta suhan lainya pada partograf.
Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses bimbingan meneran
11) Beritahukan bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin   baik dan bantu ibu menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan keinginanya.
a)    Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedomaan penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan yang ada.
b)Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar.
12) Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (bila ada rasa ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu ke posisi setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13) Laksanakan bimbingan meneran saat ibu meras ada dorongan kuat untuk meneran :
a)    Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b)    Dukungan dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran apabila caranya tidak sesuai
c)     Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihanya (kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama).
d)    Anjurkan ibu untuk beristirahat diantara kontraksi.
e)     Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
f)     Berikan cukup asupan cairan per-oral ( minum ).
g)    Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selasai.
h)     Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah setelah 120 menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran (multigravida).
14) Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit.
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
15) Letakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16) Letakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian, dibawah bokong ibu.
17) Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan.
18) Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan       
Persiapan pertolongan kelahiran bayi
Lahirnya kepala
19) Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi dengan kain bersih dan kering. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan atau bermafas cepat dan dangkal.
20) Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
a)    Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi.
b)    Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan potong di antara dua klem tersebut.
21) Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Lahirnya bahu
22)  Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara biparental. Anjurkan ibu untuk saat kontraksi. Dengan lembut gerakan kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan kemudian gerakkan arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahirnya badan dan tungkai
23) Setelah kedua bahu lahir, geser tangan bawah ke arah perineum ibu untuk menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan lengan atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
24) Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke punggung, bokong, tunkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki ( masukkan telunjuk diantara kaki dan pegang masing-masing mata kaki ibu jari dan jari-jari lainya ).
Penanganan bayi baru lahir
25) Lakukan penilaian (selintas)
a)    Apakah bayi menangis kuat dan atau bernafas tanpa kesulitan?
b)    Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas atau megap-megap lakukan langkah resusitasi ( lanjut ke langkah resusitasi pada afiksia bayi baru lahir ).


26) Keringkan tubuh bayi
Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.
27) Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi dalam uterus ( hamil tunggal ).
28) Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM ( intramuskuler ) di 1/3 paha atas bagian distal lateral ( lakukan aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin ).
30) Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat kira-kira 3 cm dari pusar bayi. Mendorong tali isi pusat ke arah distal ( ibu ) dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
31) Pemotongan dan pengikatan tali pusat
a)    Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit ( lindungi perut bayi ), dan lakukan pengguntingan tali pusat di antara 2 klem tersebut.
b)    Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.
c)     Lepaskan klem dan masukan dalam wadah yang telah disediakan.
32) Letakan bayi agar kontak kulit ibu ke kulit bayi
Letakan bayi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting payudara ibu.
33) selimuti ibu bayi dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi. Biarkan bayi tetap melakukan kontak kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1 jam.
a)    Sebagian besar bayi akan melakukan inisiasi menyusui dini dalam waktu 30-60 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung secara 10-15 menit. Bayi ini cukup menyusu pada satu payudara.
b)    Biarkan bayi berada di dada ibu selama 1jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
Penatalaksanaan aktif persalinan kala III
34) Pindahkan klem tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
35) Letakan satu tangan pada kain diatas perut ibu, ditepi atas simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain mengangkat tali pusat.
36) Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang-atas ( dorso-krainal ) secara hati-hati ( untuk mencegah inversio uteri ). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
a)    Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota keluarga untuk melakukan stimulasi putting susu.
Mengeluarkan plasenta
37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso cranial hingga plasenta terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik Tali pusat dengan arah sejajar lantai dan kemudian ke arah atas, mengikuti poros jalan lahir.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta.
1)    Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat :
·         Beri dosis ulangan oksitosin 10 unit IM
·         Lakukan katerisasi ( aseptik ) jika kandung kemih penuh
·         Minta keluarga untuk melakukan rujukan
·         Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
·         Jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi lahir atau terjadi pendarahan, segera lakukan plasenta manual.
38) Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan,  pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang telah disediakan.
a)    Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau klem DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang tertinggal.
                        Rangsangan taktil (masase) uterus
39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi ( fundus teraba keras ).
a)    Lakukan tindakan yang diperlukan jika uterus tidak berkontraksi setelah 15 detik masase.
Menilai perdarahan
40) Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun bayi dan pastikan selaput ketuban lengkap dan utuh. Masukan plasenta kedalam kantung plastik atau tempat khusus.
41) Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan penjahitan bila laserasi menimbulkan pendarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan pendarahan aktif, segera lakukan penjahitan.
                        Melakukan prosedur pasca persalinan
42) Celupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan klorin 0,5%, bilas kedua tangan tersebut dengan air DTT dan keringkan dengan kain yang bersih dan kering.
43) Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan pervaginam.
44) Ajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai kontraksi.
45) Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.
Evaluasi
46) Lanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan pervaginam :
a)    2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
b)    Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
c)     Setiap 20-30 menit pada jam kedua pasca persalinan
Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan yang sesuai untuk menatalaksana atonia uteri.
47) Bersihkan ibu dengan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
48) Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang diinginkanya.
49) Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%.
50) Tempatkan senua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5% untuk dekontaminasi ( 10 menit ). Cuci Dan bilas peralatan setelah dekontaminasi.
51) Buang buah-buahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai.
52) Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikan bagian dalam ke luar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit.
53) Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir.
54) Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata antibioik profilaksis, dan vitamin K1, Img intramuskular di paha kiri anterorateral.
55) Setelah satu jam, pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi Hepatitis B di paha kanan anterrolateral.
a)    Letakan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan.
b)    Letakan kembali bayi pada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu.
56) Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam kedua pasca persalinan :
a)    Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama 2 jam pertama pasca persalinan.
b)    Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal.
57) Periksa kembali bayi untuk pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik ( 40-60 kali/menit ) serta suhu tubuh normal ( 36,5-37,5 ).
Dokumentasi
58)  Lengkapi partograf ( halaman depan dan belakang ), periksa tanda vital dan asuhan kala IV.( APN, 2007 )
14.  Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu petugas kesehatan dalam penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm ( fase aktif ). Partograf sebaiknya dipakai pada setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi. Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut :
a.     Denyut Jantung Janin. Catat setiap 1 jam
b.    Air ketuban. Catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan vagina :
1)    U    : selaput utuh
2)    J    : Selaput pecah, air ketuban Jernih
3)    M   : Air Ketuban bercampur Mekoneum
4)    D    : air ketuban bernoda darah
c.    Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
1)    1   : sutura ( pertemuan dua tulang tengkorak )
                    yang  tepat/ bersesuaian
2)    2   : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3)    3   : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
d.    Pembukaan mulut rahim (serviks). Dinilai pada setiap  pemeriksaan pervaginam dan diberi tanda silang (X).
e.    Penurunan : mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian ) yang teraba (pada pemeriksaan abdomen/luar ) di atas simfisis pubis, catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada posisi 0/5, sinisiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis.
f.     Waktu : menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien diterima.
g.    Jam. catat jam sesungguhnya.
h.    Kontraksi. Catat setiap setengah jam dilakukan palpasi untuk menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya masing-masing kontraksi dalam hitungan detik.
1)    Kurang dari 20 detik
2)    Antara 20-40 detik
3)    Lebih dari 40 detik
i.      Oksitosin. Bila memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
j.      Obat yang diberikan. Catat semua obat lain yang diberikan
k.    Nadi. Catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (•)
l.      Tekanan Darah. Catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah
m.   Suhu badan. Catatlah setiap 2 jam.
n.    Protein, aseton dan volume urin. Catatlah setiap kali ibu berkemih.
Bila temuan-temuan melintas kea rah kanan dari garis waspada, petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan janin dan segera mencari rujukan yang tepat. (Saifuddin, 2006:104).

15.  Diagnosa persalinan
Diagnosis persalinan yaitu menentukan sudah dalam persalinan (inpartu) atau belum yang ditandai dengan adanya tanda-tanda :
1)    Pembukaan serviks > 3 cm
2)    His adekuat (teratur, minimal 2 kali dalam 10 menit selama 40 detik)
3)    Keluar lendir campur darah dari vagina
Kemajuan persalinan normal dilihat dari partograf apakah sesuai atau tidak, apabila kemajuan persalinan tidak sesuai dengan partograf (melewati garis waspada) maka persalinan tersebut dinilai bermasalah. (Saifudin, 2006:108).
Para adalah seorang wanita yang pernah melahirkan yang dapat hidup. Abortus adalah pengakhiran kehamilan sebelum janin dapat hidup diluar, berat janin < 500 gram dan usia kehamilan < 20 minggu (Sarwono, 2005: 180).
Pembagian Waktu Persalinan yaitu: Kala I Persalinan; dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dan meningkat (frekuensi dan kekuatanya) hingga serviks membuka lengkap (10 cm), kala ini dibagi 2 yaitu fase laten, pembukaan 1-3 cm dan fase aktif pembukaan 4-10 cm. Kala II Persalinan; dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala Ketiga Persalinan. Kala III; persalinan dimulai segera setelah kelahiran bayi sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Kala IV; mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam. (Saiffudin, 2006: 101)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Greek Mythology (Curcol Edition*)

Hae, Guys... Did you ever heard about Greek Mythology before? To be honest, I’m never heard it before. Till someone that I follo...