A.
Latar
Belakang
Dalam kehamilan terdapat perubahan-perubahan
fungsional dan anatomi ginjal
dan saluran kemih, yang sering menimbulkan gejala-gejala dan kelainan fisik dan
hasil pemeriksaan laboratorium.
Apabila hal itu tidak diperhatikan dan diperhitungkan, ada kemungkinan salah
membuat diagnosis, sehingga dapat merugikan ibu dan janin.
Sebegitu jauh telah diketahui bahwa
kehamilan dapat mempengaruhi aliran darah dan aliran plasma efektif ke ginjal
dan saluran kencing. Kecepatan filtrasi glomeruler dan fungsi tubuler meningkat
30-50%. Dalam batas-batas normal di jumpai proteinuria, glukosuria dan
laktosuria yang setelah partus hilang sendiri. Kira-kira 0,2% wanita hamil dan
5% wanita hamil dengan toksemia gravidarum dijumpai sebagai menderita ginjal
khronik.
Infeksi saluran kencing atau
ISK merupakan masalah kesehatan yang cukup serius bagi jutaan orang setiap
tahun. ISK merupakan penyakit infeksi nomor 2 yang paling banyak menyerang
manusia di muka bumi. Umumnya penyakit ini menyerang kaum wanita, tapi sering
juga ditemukan pada laki-laki yang menderita ISK.
Sistem saluran kencing atau
urin terdiri dari ginjal, ureter, kandung kencing dan urethra. Diantara keempat
organ tersebut, ginjalah yang paling memegang peranan penting. Ginjal berfungsi
menyaring sampah dari saluran darah, mengatur keseimbangan cairan, dan
memproduksi beberapa hormone. Ureter berfungsi mengalihkan cairan hasil
penyaringan ginjal ke kandung kemih untuk disimpan sementara dan bila kandung
kemih sudah penuh maka akan dikeluarkan ke dunia luar melalui saluran urethra.
Penyebab
infeksi saluran kencing.
Secara normal, air kencing atau urine
adalah steril alias bebas kuman. Infeksi terjadi bila bakteri atau kuman yang
berasal dari saluran cerna jalan jalan ke urethra atau ujung saluran kencing
untuk kemudian berkembang biak disana. Maka dari itu kuman yang paling sering
menyebabkan ISK adalah E.coli yang umum terdapat dalam saluran pencernaan
bagian bawah.
Pertama-tama, bakteri akan menginap di urethra
dan berkembang biak disana. Akibatnya, urethra akan terinfeksi yang kemudian
disebut dengan nama urethritis. Jika kemudian bakteri naik ke atas menuju
saluran kemih dan berkembang biak disana maka saluran kemih akan terinfeksi
yang kemudian disebut dengan istilah cystitis. Jika infeksi ini tidak diobati
maka bakteri akan naik lagi ke atas menuju ginjal dan menginfeksi ginjal yang
dikenal dengan istilah pyelonephritis.
Mikroorganisme seperti klamidia dan
mikoplasma juga dapat menyebabkan ISK namun infeksi yang diakibatkan hanya
terbatas pada urethra dan sistem reproduksi. Tidak seperti E. coli, kedua kuman
ini menginfeksi orang melalui perantara hubungan seksual.
Faktor
resiko
Beberapa orang memang mempunyai resiko
menderita ISK lebih besar dari yang lainnya. Ketidaknormalan fungsi saluran
kemih menjadi biang keladinya. Batu saluran kemih, pembesaran prostat akan
menghambat pengeluaran urine sehingga mempermudah perkembang biakan kuman.
Orang dengan diabetes juga rentan
menderita ISK akibat dari penurunan daya tahan tubuh. Penyakit lain yang
mempunyai efek menurunkan daya tahan tubuh juga merupakan faktor resiko
terjadinya ISK.
Infeksi saluran kencing juga sering
ditemukan pada anak anak yang dilahirkan dengan ketidak normalan saluran kemih.
Perempuan lebih rentan menderita ISK
bila dibandingkan dengan laki laki mungkin dikarenakan saluran urethra yang
lebih pendek dan ujung anus yang letaknya dekat dengan ujung urethra.
Gejala
ISK
Tidak semua penderita merasakan gejala
ISK tapi umumnya ada satu gejala yang mereka rasakan walau tidak terlalu
menganggu. Gejalanya antara lain, sering kencing dan kesakitan saat kencing,
rasa sakit sampai terbakar pada kandung kemih.
Pada perempuan merasakan ketidaknyamanan
pada tulang kemaluan. Umumnya orang yang menderia ISK akan selalu ingin kencing
tetapi kencing yang dikeluarkan sangatlah sedikit.
Air kencingnya sendiri bisa berwarna
putih, cokelat, kemerahan. ISK tidak akan menyebabkan demam selama masih
menginfeksi urethra dan kandung kemih, demam muncul bila ginjal sudah kena.
Gejala lain saat ginjal terinfeksi adalah adanya rasa sakit pada punggung,
mual, atau muntah.
Pengobatan
ISK
Infeksi saluran kencing diobati dengan
obat obatan antibiotika. Pilihan obat dan lamanya pengobatan terggantung dari
lamanya infeksi dan jenis kumannya. Bila memang gejala diatas muncul, sebaiknya
segera ke dokter untuk memperoleh pengobatan.
Pencegahan
ISK
Beberapa hal yang bisa
dilakukan untuk mencegah IK antara lain:
-
Minumlah banyak
cairan setiap hari.
-
Segeralah
kencing bila ingin kencing, jangan hobi menahan kencing.
-
Untuk perempuan
saat cebok, basuhlah dari depan ke belakang bukan sebaliknya.
-
Pilihlah shower
saat mandi disbanding dengan bath tub.
-
Bersihkan
kelamin saat akan berhubungan intim.
-
Hindari
penggunaan cairan yang tidak jelas manfaatnya pada alat kelamin. Karena cairan
ini bisa saja membuat iritasi urethra.
Pengertian
Saluran Kemih
Infeksi saluran kemih adalah suatu istilah
umum yang dipakai untuk mengatakan adanya invasi mikroorganisme pada saluran
kemih. (Agus Tessy, Ardaya, Suwanto, 2001)
Infeksi saluran kemih adalah penyakit yang
disebabkan oleh adanya mikroorganisme patogenik dalam traktis urinarius, dengan
atau tanpa disertai tanda dan gejala (Brunner & Suddarth, 2002).
Perubahan
Pada Saluran Kemih Selama Kehamilan
Pada kehamilan normal terjadi
perubahan-perubahan bermakna baik pada struktur maupun fungsi saluran kemih.
Dilatasi saluran kemih adalah salah satu perubahan anatomis paling signifikan
yang timbulkan oleh kehamilan. Perubahan tersebut menyebabkan dilatasi kaliks
dan pelvis ginjal, juga ureter (Faundes dkk., 1998) menggunkan ultrasonografi
untuk mengukur kaliks ginjal selama kehamilan dan mendapatkan dilatasi pada
sekitar separuh kasus, sisi kanan lebih sering dan lebih besar perubahannya. Sebagian
wanita memperhatikan dilatasi sebelum uterus mencapai tepi panggul pada usia
gestasi sekitar 14 minggu. Hal ini mengisyaratkan adanya pengaruh hormon yang
melemaskan lapisan-lapisan otot saluran kemih. Terjadi dilatasi lanjut pada
kehamilan 21 minggu akibat penekanan mekanis pada ureter, terutama di sisi
kanan. Sebagian besar kecuali 6 persen wanita dengan dilatasi saluran kemih
yang dipicu oleh kehamilan memperlihatkan pemulihan dalam 2 sampai 4 hari
setelah pelahiran. Yang menarik, saluran kemih janin juga mengalami dilatasi
seperti pada ibunya (Graif dkk., 1992).
Konsekuensi penting dari dilatasi
dan obstruksi adalah kemungkinan timbulnya infeksi saluran kemih bagian atas.
Faktor predisposisi lain untuk infeksi adalah meningkatnya refluks vesikoureter.
Perubahan-perubah normal yang berkaitan dengan kehamilan ini juga dapat
menyebabkan kesalahan interpretasi pada berbagai pemeriksaan yang dilakukan
untuk mengevaluasi obstruksi yang dicurigai patologis.
Tanda-tanda peningkatan fungsi
ginjal segera muncul setelah konsepsi. Hal ini tampaknya terjadi karena
vasodilatasi intrarenal yang diinduksi oleh kehamilan. Aliran plasma ginjal dan
filtrasi glomerulus efektif masing-masing meningkat rata-rata 40 dan 65 persen.
Perubahan-perubahan ini memiliki relevansi klinis saat kita menginterpretasi
hasil-hasil pemeriksaan ginjal, sebagai contoh: konsentrasi kreatin dan urea
serum sangat menurun. Perubahan lain antara lain adalah perubahan yang
berkaitan dengan pemeliharaan homeostasis asam basa normal, osmoregulasi, serta
retensi cairan dan elektrolit.
C.
Penilaian
Penyakit Ginjal Selama Kehamilan
Selama kehamilan,
interpretasi urinalisis pada dasarnya tidak berubah, kecuali kadang-kadang
dijumpai glukosuria. Walaupun normalnya meningkat, ekskresi protein jarang
mencapai kadar yang dapat dideteksi dengan metode-metode penapisan biasa (Higby
dkk., 1994) melporkan ekskresi protein 24 jam sebesar 115 mg dengan tingkat
kepercayaan (confidence level) 95 persen pada 260 mg/hari. Tidak terdapat
perbedaan bermakna bedasarkan trimester. Mereka juga memperlihatkan bahwa
ekskresi albumin minimal dan berkisar dari 5 sampai 30 mg/hari. Sebagian besar
peneliti sependapat bahwa pada bahwa, proteinuria harus di atas 300 sampai 500
mg/hari untuk dapat dianggap abnormal. Apabila tidak dilakukan upaya-upaya
untuk mencegah pencemaran, biasanya terdapat campuran sekret vagina di dalam
spesimen yang dikumpulkan dari urin porsi tengah.
Apabila kreatin serum terus menerus
di atas 0,9 mg/dl (75 µmol/1), perlu dicurigai penyakit ginjal intrinsik. Spesimen
urin yang diambil secara cermat dan dengan rentang waktu tertentu dapat digunakan
untuk memperkirakan laju filtrasi glomerulus bedasarkan klirens kreatin.
Ultrasonografi menghasilkan citra ukuran ginjal dan konsistensi relatifnya,
serta elemen-elemen obstruksi. Pielografi intravena sekuensial lengkap tidak
dilakukan secara rutin, tetapi situasi klinis tertentu mungkin mengindikasikan
penyuntikan media kontras dengan satu atau dua foto polos abdomen. Sistoskopi
dilakukan sesuai indikasi klinis yang biasa untuk tindakan ini. Walaupun
(Packham dan Fairley., 1987) melaporkan bahwa biopsi ginjal aman dan bermanfaat
untuk mengarahkan terapi pada 111 wanita hamil dengan penyakit ginjal, kami
sependapat dengan yang lain bahwa prosedur ini biasanya dapat ditunda sampai
kehamilan selesai (Lindheimer dkk., 2000). Apabila terapi dapat diubah sesuai
hasil biopsi, tindakan tersebut dapat dipertimbangkan.
Proteinuria ortostatik,
kadang-kadang dijumpai protein dalam jumlah abnormal di urin yang terbentuk
saat wanita hamil aktif bergerak, tetapi tidak apabila berbaring. Jelas tidak
dijumpai tanda lain adanya penyakit ginjal. Proteinuria postural atau
ortostatik ini dapat dijumpai pada hampir 5 persen orang dewasa normal. Wanita
hamil dengan proteinuria ortostatik harus menjalani pemeriksaan untuk mencari
bakteriuria, sedimen urin abnormal, penurunan laju filtrasi glomerulus, dan
hipertensi. Tanpa adanya kelainan-kelainan ini, terutama apabila ekskresi proteinnya
tidak konstan, proteinuria ortostatik mungkin tidak bermakna.
Kehamilan setelah nefrektomi
unilateral, karena kapasitas ekskresi dua ginjal jauh di atas kebutuhan biasa,
dan karena ginjal yang masih ada biasanya mengalami hipertrofi yang disertai
peningkatan kapasitas ekskresi, wanita dengan satu ginjal normal biasanya tidak
mengalami kesulitan dalam kehamilan. Memang, kehamilan pada para wanita ini
disertai dengan peningkatan bermakna hemodinamika ginjal (Baylis dan Davison,
1991). Sebelum menasehati seorang wanita dengan satu ginjal mengenai risiko
kehamilan, perlu dilakukan evaluasi fungsional yang menyeluruh terhadap ginjal
yang masih ada.
D.
Infeksi
Saluran Kemih Dan Ginjal
1. Pengertian
infeksi saluran kemih
Infeksi saluran kemih adalah infeksi bakteri paling sering
dijumpai pada kehamilan (Cunningham., 2005).
Infeksi saluran kemih
adalah bila ada pemeriksaan urin, ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari
10.000 per ml.urin yang diperiksa harus bersih, segar, dan dari aliran tengah
(midstream) atau diambil dari fungsi suprasimpisis (Saifudin., 2007).
2. Prinsip
dasar
a. Infeksi
saluran kemih dapat terjadi mulai infeksi pada kaliks renalis sampai meatus
uretra.
b. Status
sosioekonomi dan kelemahan (malnutrisi, defisiensi gizi anemia), erat kaitannya
dengan peningkatan insidensi infeksi saluran kemih.
c. Sebagian
besar infeksi tersebut adalah asimptomatik, angka kejadiannya pada wanita hamil
adalah 5% samapi 6% dan meningkat menjadi 10% pada golongan resiko tinggi.
d. Perubahan
fisologi saluran kemih selama kehamilan, merupakan resiko tinggi untuk
pielonefritis akut.
e. Penyebab
infeksi saluaran kemih, 85% sampai 90% disebabkan oleh E.coli dan klebsiela-enterobacter.
Jarang sekali disebabkan oleh bakteri anaerob.
3. Masalah
Infeksi saluran kemih merupakan komplikasi medik utama pada
wanita hamil. Sekitar 15% wanita, mengalami (paling sedikit) satu kali serangan
akut infeksi saluran kemih selama hidupnya. Akibat infeksi ini dapat
mengakibatkan masalah pada ibu dan janin.
E.
Bakteriuria
Dalam Kehamilan
Infeksi dapat terjadi karena
penyebaran kuman melalui pembuluh darah atau saluran limfe, akan tetapi yang
terbanyak atau tersering adalah
kuman-kuman naik keatas melalui uretra, kedalam kandung kemih dan saluran kemih
yang lebih atas. Kuman yang tersering dan terbanyak sebagai penyebab adalah
E.coli, disamping kuman-kuman lain kemungkinan kuman-kuman lain seperti
Enterobacter aerogenes, klebsiera, pseudomonas, dll. Bakteriuria dibagi menjadi
dua jenis:
1. Bakteriuria
asimptomatik (tanpa gejala)
Yaitu keadan dimana
bakteri berkembang biak dalam saluran kencing, namun tanpa gejala-gejala
infeksi. Jumlah bakteri kurang dari 100.000 per cc. Frekuensi bakteri tanpa
gejala kira-kira 2-10%, dan dipengaruhi oleh paritas, sosioekonomi wanita hamil
tersebut.
Beberapa peneliti
mendapatkan adanya hubungan kejadian bakteriuria ini dengan peningkatan
kejadian anemia dalam kehamilan, persalinan prematur, gangguan pertumbuhan
janin dan preeklamsi. Oleh karena itu, pada wanita hamil dengan bekteriuria
harus diobati dengan saksama sampai air kemih bebas dari bakteri yang
dibuktikan dengan pemeriksaan beberapa kali.
Penanganan:
a. Hati-hati
melakukan kateterisasi, karena bukan saja menyebabkan infeksi akan meluas,
tetapi juga akan menambah masuknya kuman-kuman baru.
b. Pengobatan
kemasan sulfonamit; negram, bactrim, furadantim; septrin (Rustam Mochtar.,
1998).
Pengobatan (Saifuddin.,
2006)
Nama
obat
|
dosis
|
Angka
keberhasilan
|
·
Amoksilin+asam
klavulanat
|
3x500
mg/hari
|
92%
|
·
Amoksilin
|
4x250
mg/hari
|
80%
|
·
Nitrofurantoin
|
4x50-100
mg/hari
|
72%
|
Terapi antibiotika
untuk pengobatan bakteriuria asimptomatik, biasanya diberikan untuk jangka
waktu 5-7 hari secara oral. Sebagai kontrol hasil pengobatan, dapat dilakukan
pemeriksaan ulang biakan bakteriologi air kemih.
2. Bakteriuria
simptomatik (dengan gejala)
Yaitu bakteri
berkembang biak aktif dalam saluran kencing yang disertai gejla-gejala infeksi:
demam, sakit dan nyeri kencing. Jumlah bakteri di atas 100.000 per cc.
F. Sinsitis
Sinsitis adalah peradangan kandung kemih
tanpa disertai radang bagian atas salurang kemihb (saifuddin, 2005).
Sinsitis peradangan kandung kemih
(vesika urinaria) disebabkan oleh bakteri atau kuman-kuman lain (rustam muchtam,1998)
1. Masalah
a. Sistitis
mencakup 0,3% hingga 2% dari keseluruhan kasus ISK.
b. Sisanya
atau sebagian besar kasus, baru deteksi pada penapisan selanjutnya.
2. Penanganan
umum
a. Perhatikan
hygiene region genital. Cara pembersihan/pembilasan setelah kemih adalah dengan
air dan basuh dari depan ke belakang, kemudian dikeringkan.
b. Atasi
keluhan yang mengganggu.
c. Asuhan
antenatal yang teratur untuk kehamilan dan mengatasi keluhan/kambuhan.
d. Lakukan
terapi sedini mungkin.
e. Pilih
antibiotika yang rasional.
3. Gejala
dan tanda
Hampir 95% infeksi terbatas pada kandung
kemih dan sebagian besar wanita hamil dengan sistitis mengeluh nyeri pada
daerah supra simfisis atau nyeri saat berkemih (dysuria). Gejala dan tanda lain
yang sering dijumpai adalah :
a. Frekuensi
berkemih meningkat tetapi jumlahnya sedikit sehinga menimbulkan rasa tidak puas
atau tidak tuntas.
b. Air
kemih berwarna lebih gelap dan pada saat serangan akut, kadang-kadang berwarna
kemerahan.
c. Pada
penekanan supra simfisis, akan terasa nyeri lokal yang juga menyebar ke daerah
lipat paha. Prosedur pemeriksaan ini juga menyebabkan pasien seperti ingin
berkemih.
d. Secara
mikroskopik, tampak peningkatan jumlah leukosit, sejumlah eritrosit, bakteri
pada specimen urin. Untuk menghindari kontaminasi, specimen pemeriksaan diambil
dari aliran tengah (mid-stream)
setelah daerah genitalia eksterna dicuci terlebih dahulu.
e. Hasil
biakan bakteriologis air kemih, umunya memberikan hasil yang positif.
Seringkali dijumpai piuria atau hematuria (gros
hematuria)
4. Penanganan
a. Umumnya
dilakukan pengobatan rawat jalan dan pasien dianjurkan untuk banyak minum.
b. Atur
frekuensi berkemih untuk mengurangi sensasi nyeri, spasme dan rangasangan untuk
selalu berkemih (tetapi dangan jumlah urin yang minimal). Makin sering
berkemih, nyeri dan spasme akan makin bertambah.
c. Hanya
ibu hamil yang mengeluh nyeri hebat disertai dengan hematuria, memerlukan
perawatan dan observasi ketat.
d. Tetapi
antibiotika yang dipilih, mirip dengan pengobatan bakteriuria asimptomatik.
Apabila antibiotika kombinasi. Kombinasi tersebut dapat berupa jenis obatnya
ataupun cara pemberiannya, missal: amoksilin 4 x 250 mg per oral, digabung
dengan gentamisin 2 x 80 mg secara intramuskuler selama 10 hari. Dua hingga 4
minnggu kemudian dilakukan penilaian laboratorium untuk evaluasi pengobatan.
e. Hampir
25% pasien yang pernah mengalami sistitis, akan mengalami infeksi ulangan
sehingga perlu diberikan konseling untuk upaya profilaksis dan kunjungan ulang
apabila timbul kembali gejala sistitis. Untuk pencegahan infeksi berulang
berikan nitrofurantion 100 mg/hari setiap malam sampai sesudah 2 minggu
postpartum.
f. Dalam
asuhan antenatal yang terjadual, sebaliknya dilakukan pemeriksaan bakteriologik
air kemih, sebagai langkah antisipatif terhadap infeksi ulang.
G. Pielonefritis Akut
Merupakan salah satu komplikasi yang
sering dijumpai dalam kehamilan, dan frekuensinya kira-kira 2%, terutama pada kehamilan terakhir dan permulaan masa
nifas (saifuddin, 2005).
1. Frekuensi
a. Dijumpai
pada 2% dari seluruh kehamilan dan nifas. Banyak dijumpai pada kehamilan trimester
3.
b. 3%
wanita denagn urin steril dan 30% wanita dengan bakteriuria menimbulkan
pielitis dalam kehamilan.
2. Penyebab
a. Escherichis
coli
b. Stafilokokus
aureus
c. Basilus
proteus dan Psedomonas auroginosa
d. Cara
penjalaran bisa melalui:
e. Dari
kandung kemih naik ke atas (asendens)
f. Pembuluh
darah dan pembuluh limpa
3. Gejala
Demam
tinggi, menggigil, sakit pinggang hebat, mual, nafsu makan kurang, oliguria dan
anuria.
Periksa
urin dijumpai lekosit yang banyak menggumpal,
a. Pengaruh
penyakit terhadap kehamilan :
1) Bisa
berpengaruh terhadap hasil konsepsi seperti abortus, partus prematurus dan
kematian janin.
2) Bila
cepat diobat kehamilan berjalan sampai cukup bulan dan persalinan akan normal.
Pengakhiran kehamilan biasanya tidak perlu, kecuali penyakit tidak mempunyai
respons terhadap terapi.
b. Pengaruh
kehamilan terhadap penyakit:
Pielis dan sistitis lebih mudah
terjadi dalam kehamilan. Penyakit yang telah ada menjadi lebih berat karena
kehamilan.
4. Penanganan
a. Sebaiknya
hati-hati pemakaian kateter bias dan kateter-menetap, kalau dapat dihindari.
b. Kalau
harus dipakai, berikan obat anti bacterial.
c. Wanita
harus istirahat berbaring miring ke sisi yang tidak sakit.
d. Sebelum
memberikan obat lakukan uji-kepekaan obat barulah diberikan obat antibacterial
yang tepat, biasanya selama 10-12 hari.
e. Awasi
penderita untuk kemungkinan adanya residif.
H.
Pielonefritis Kronika
Penyakit ini menahun mungkin
sebelumnya telah menderita sinusitis atau pielonefritis akut. Gejala utama
adalah hipertensi dan adanya proteinuria yang tidak menetap. Bila tidak diobati
lama kelamaan akan menimbulkan insufisiensi ginjal. Pengaruh terhadap kehamilan
dan sebaliknya hampir sama dengan pielonefritis akut.Pengobatan
agak sular karena sudah kronis. Wanita dengan pielofritis khronika apalagi
disertai insufisiensi ginjal yang meluas, dianjurkan untuk tidak hamil. Dapat
memilih tubekomi bila anak sudah ada atau memakai kontrasepsi efektif lainnya.
I.
Glomerulonefritis
Akut
Walaupun jarang dijumpai, namun penyakit ini dapat timbul
selama kehamilan. Kuman penyebabnya adalah Streptokokus beta-hemolitikus A.
sebagai predisposisi:
tonsilitis, karies dan infeksi gigi dan infeksi strepkokus di tempat lain.
1. Gejala
Klimik
Trias hematuria, edema
dan hipertensi.
2. Sindroma
Oliguria, anuria, sakit kepala, kelainan virus, kejang-kejang
dan koma. Dalam kehamilan sulit membedakan dengan eklampsi murni.
Dapat pula disertai
edema paru dan uremia. Pengaruh terhadap kehamilan adalah terjadinya abortus
3. Pengobatan
Istirahat
berbaring, diit rendah garam, antihipertensif, keseimbangan cairan dan
elektrolit dan antibiotika: penisilin dan kemasan sejenisnya.
J.
Glomerulonefritis Kronika
Penyakit ini adalah menahun, karena itu
wanita sebelum hamil menderitanya. Pada pemeriksa hamil muda pertama kali telah
dijumpai pada urin: proteinuria, sedimen banyak mengandung leukosit. Pada
pemeriksaan dijumpai pula hipertensi. Bila disertai edema keadaan ini disebut
pre-eklampsi tidak murni (superimposed pre-eklampsi). Bila penyakit telah lama
dan pengobatan tidak adek kuat akhirnya fungsi ginjal bertambah buruk dan pada tingkat
paling akhir terjadi ginjal kisut.
Penampilan penyakit ini ada 4 macam:
1. Proteinuria
menetap, tanpa kelainan sedimen.
2. Sindroma
nefrotik, hipertensi edema, hematuria.
3. Glomerulonefritis
akut.
4. Insufisiensi
ginjal, untuk gagal ginjal.
Pengaruh terhadap kehamilan dan
persalinan:
1. Terhadap
kehamilan dapat terjadi abortus, partus prematus dan kematian janin dalam kandungan.
2. Dalam
persalinan, seperti menghadapi pre-eklampsi. Kala II diperpendek dengan bantuan
ekstrasi vakum atau forseps bila anak hidup dan embriotomi bila mati.
K. sindroma
Nefrorik (Nefrosis)
Adalah kumpulan gejala-gejala:
proteinuria (diatas 5 gr perhari), edema, hipoalbuminnurinemia:
hiperkholesterolemia. Keadaan ini dapat dijumpai dalam kehamilan.
1. Penyebabnya
bermacam-macam:
a. Penyakit-penyakit:
glomerulonefritis kronika, diabetes mellitus, lupus eritematosus, amiloidosis,
sifilis dan trombosis veba renal.
b. Keracunan:
oleh logam, obat dan racun lainnya.
2. Pengobatan
a. Cari
penyebabnya dan obatin sesuai dengan penyebab
b. Berikan
diit tinggi protein
c. Antibiotika
untuk mencegah infeksi
d. Berikan
heparin untuk mencegah terjadinya trombo-embolisme, terutama dalam nifas.
e. Kortikosteroid
dosis tinngi.
f. Pengaruh
terhadap kehamilan bergantung pada faktor penyebab dan berat ringannya
penyakit.
L. Gagal Ginjal
Mendadak dalam Kehamilan
merupakan komplikasi yang sangat gawat
dalam kehamilan dan nifas, karena dapat menimbulkan kematian atau kerusakan
fungsi ginjal yang tidak bisa sembuh lagi
1. patologi
a. Nekrosis
tubular akut, apabila sumsum ginjal mengalami kerusakan.
b. Nekrosis
kotrikal bilateral apabila sampai kedua ginjal yang menderita.
Penderita yang
mengalami sakit gagal mendadak ini sering dijumpai kehamilan muda 12-18 minggu
dan kehamilan telah cukup bulan. Pada kehailan muda, sering disebabkan oleh
abortus septikyang disebabkan oleh baktericholtridia welchii.
2.Penanganan
a. penanganan kehamilan dan persalinan
dengan baik
b. perdarahan, syok dan infeksi segera
diatasi atau diobati dengan baik
c. pemberian tranfusi darah dengan
hati-hati.
M. Nefrolitiasis
(Batu ginjal)
Batu salurang ginjal dapat dijumpai
mulai dari ginjal, Urether, dan kandung kencing. Gangguan yang utama adalah
kolik, hematuria. Kalau batu cukup besar dan operasi perlu dikerjakan, biasanya
tidak begitu mempengaruhi kehamilan. Yang penting adalah kerjasama
multidisiplin.
N. Tuberkulosis
Ginjal
Apabila tidak diobati secara adekut,
kehamilan dapat memperburuk tbc-ginjal. Pengobatan dalam kehamilan sama saja
dengan terapi diluar kehamilan.
O. Asuhan
Kebidanan
1. melalui asuhan
antenatal yang baik, peningkatan status gizi hamil, mencegah dan mengobati
anemia, promosi kesehatan umum dan higiene dapat mengurangi
motbiditas/mortalitas akibat infeksi pada saluran kemih.
2. Asuhan antenatal
untuk kehamilan dan pemantauan berkala.
3. cegah komplikasi
sinsitis dan pielonefritis.
4. bila terjadi
gangguan fungsi ginjal yang berat, dapat menimbulkan komplikasi yang serius.
5. mengkonsumsi cukup
cairan dan nutrisi yang diperlukan.
6. penapisan kasus
infeksi saluran kemih , sangat tergantung dari gejala/ jenis penyakit dan
mikroorganisme penyebab.
7. pemberian
antibiotika yang rasional untuk wanita hamil dengan infeksi saluran kemih
adalah dengan mengisolasi mikroorganisme penyebab.
8. pilihan terapi
antibiotika, mengacu pada keamanannya terhadap kesehatan ibu dan janin, sertya
efektifitas yang tinggi.
Asuhan kebidanan
pada Ny. R dengan Suspek Sistitis
I. DATA SUBYEKTIF
A. Identitas / Biodata
Nama : Ny. R Nama Suami : Tn. D
Umur : 30 tahun Umur : 34 tahun
Suku/Kebangsaan : Sunda Suku/Kebangsaan : Sunda
Agama : Islam Agama :
Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Swasta
Alamat
rumah : Gunung Batu Alamat Rumah : Gunung Batu
Telp : - Telp :
-
B. Status
Kesehatan
1.
Datang pada tanggal :…28 Maret 2010 …………. Pukul : …11.30
WIB…….
3.
Keluhan – keluhan : nyeri seperti rasa
terbakar saat berkemih
sering
buang air kecil tapi sedikit-sedikit
tidak
dapat mengatur proses berkemih
tergesa-gesa
dalam berkemih
agak
demam
4.
Riwayat menstruasi :
a. Haid pertama :
Umur 14 Tahun
b. Siklus :
28 Hari
c. Banyaknya :
Tiga kali ganti pembalut.
d. Dismenorrhoe :
Kadang-kadang
e.
Teratur/tidak :
Teratur
f. Lamanya : 6 - 7 Hari
g. Sifat darah :
Kental
h. Keputihan :
Kadang – kadang saat menjelang Haid
5.
Riwayat Kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu : tidak ada
6.
Riwayat Kehamilan ini :
a. Hari 1 haid terakhir
: 8 Januari 2010
b. Kehamilan yang Ke : Ibu mengatakan ini kehamilan yang pertama
c. Taksiran
persalinan : 15 Oktober 2010
d. Keluhan – keluhan pada :
Trimester 1 :
Mual dan muntah
Trimester 2 : Tak ada
Trimester 3 : Tak ada
e. Pergerakan anak pertama kali : Pada saat usia
kehamilan 5 bulan
f. Bila pergerakan sudah terasa, pergerakan anak
dalam 24 jam terakhir :
v
|
g. Keluhan yang dirasakan ( bila ada jelaskan )
:
Rasa Lelah :
Tidak ada
Mual dan muntah yang lama :Tidak
ada
Nyeri perut :
Tidak ada
Panas, menggigil :
Ada
Sakit kepala berat/ terus menerus :Tidak ada
Penglihatan kabur :
Tidak ada
Rasa nyeri/ panas waktu BAK :Ada
Rasa gatal pada vulva vagina dan sekitarnya :Ada
Pengeluaran cairan pervaginam : Ada
Nyeri, kemerahan, tegang pada tungkai : Tidak ada
Oedem : Tidak ada
h..
Pola sehari – hari
No
|
Pola
Sehari - hari
|
Sebelum
Hamil
|
Saat
Hamil
|
Post
Partum
|
1
|
Pola Nutrisi
a. Makan
frekwensi :
Jenis makanan :
Makanan pantangan :
b. Minum
Jenis minum :
Frekwensi :
|
2 x / hari
Nasi, telur, ayam
Tidak ada
Teh, kopi
7-8 gelas / hari
|
2-3 x / hari
Nasi, sayur, lauk pauk.
Tidak ada
Air putih, susu
8 -9 gelas / hari
|
|
2.
|
Pola Eliminasi
a. BAK
Frekwensi :
Warna :
b. BAB
Frekwensi :
Konsistensi :
Warna :
|
5-7 x / hari
Jernih kekuningan
1 x / hari
Lembek
Kuning kecoklatan
|
7-8 x / hari
Jernih kekuningan
1 x / hari
Lembek
Kuning kehitaman
|
|
3.
|
Pola istirahat
dan tidur
Siang :
Malam :
|
2 jam
6 – 8 jam
|
3 jam
7 – 8 jam
|
|
4.
|
Personal Hygiene
Mandi :
Gosok gigi :
Keramas :
Perawatan
payudara :
Perawatan
Vulva :
|
2 x / hari
3 x / hari
3 x / minggu
Setiap saat
Setiap BAK dan mandi
|
||
5.
|
Pola aktivitas
|
Mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari
|
Mengerjakan pekerjaan rumah yang ringan – ringan saja
|
|
6.
|
Pola seksual
|
2 – 3 x / minggu
|
1 x / minggu
|
h. Imunisasi TT 1
tanggal : -
TT 2 tanggal :-
i. Kontrasepsi yang
pernah digunakan : Suntik KB 3
Bulan
j. Riwayat penyakit
sistemik yang pernah diderita :
Jantung :
Tidak ada
Ginjal :
Tidak ada
Asma/TBC : Tidak
ada
Hepatitis :
Tidak ada
D . M. :
Tidak ada
Hipertensi : Tidak
ada
Epilepsi : Tidak ada
Lain
– lain : Tidak ada
i. Riwayat penyakit
keluarga.
Jantung : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada
D.
M. : Tidak ada
j. Riwayat Sosial.
v
|
§ Kehamilan
ini : Direncanakan Tidak direncanakan
v
|
§ Perasaan
tentang kehamilan ini : Ibu mengatakan
senang dengan kehamilannya ini.
§ Status
perkawinan : Menikah Kawin
: satu Kali
§
Kawin
1 : Umur : 26 Tahun, dengan suami umur :
30 Tahun
Lamanya
: 4 Tahun,
Anak : - Orang
Kawin
2 : -
k.
Data Sosial
·
Pengetahuan tentang
tanda bahaya kehamilan : Ibu mengatakan
sudah mengetahuinya
·
Persiapan perlengkapan
persalinan : Ibu mengatakan belum
menyiapkannya
·
Persiapan komplikasi
persalinan (Pendonor Darah, persiapan biaya
melahirkan, persiapan transportasi untuk persiapan rujukan ) : Ibu mengatakan belum menyiapkannya
·
Siapa penolong
persalinan : Ibu mengatakan ingin
ditolong oleh Bidan
·
Dimana tempat
melahirkan : Di BPS Bidan
·
Pengetahuan yang lain :
Ibu mengatakan belum mengetahuinya
II. DATA OBYEKTIF
A. Pemeriksaan fisik
1.
Keadaan umum
Kesadaran :
Composmentis
Tanda- tanda vital :
T/D :
120 / 80 mmHg N
: 20 x / menit R
: 80 x / menit T : 38,6°C
Tinggi Badan : 157
Cm.
Berat badan : 55Kg Berat
badan sebelum hamil : 45Kg
IMT : 22
2. Kepala
Rambut : Bersih, Hitam, Lurus
v
|
Mata :
Konjungtiva : Tidak anemis Sklera mata : tidak
Ikterik
Telinga : Bersih, pendengaran baik
Hidung :
Bersih, penciuman baik
Mulut &
gigi :
Caries : Ada 2 d bagian belakang kanan dan kiri
3.
Leher
JVP :
Tidak ada
peningkatan
Kelenjar getah bening : Tidak ada pembesaran
Kelenjar tiroid :
Tidak ada pembesaran
4. Dada dan Payudara.
a. Dada
Jantung :
Reguler
Paru : Vesikuler
b.
Payudara.
Bentuk : Simetris
kanan dan kiri
Putting susu : Menonjol
Pengeluaran : Tidak
ada
Rasa Nyeri : Tidak
ada
Benjolan : Tidak
ada
Striae :
Tidak ada
Keadaan : Baik
5. Pemeriksaan Kebidanan
a. Abdomen
Inspeksi : Membesar : Sesuai
usia kehamilan
Strie : Tidak ada
v
|
v
|
v
|
. Kelainan lain : Tidak ada
Palpasi :
TFU : -
Cm
Leopold I : Belum
teraba
Leopold II : Tidak
dilakukan
Leopold III : Tidak
dilakukan
Leopold IV : Tidak
dilakukan
Taksiran Berat badan Anak ( TBA ) : -
Auskultasi :
DJA : Punctum Maximum ( PM ) : -
Tempat : -
Frekwensi :
-Teratur / Tidak
6. Punggung dan Pinggang.
Posisi tulang
belakang : …Sedikit Lordosis
Pinggang nyeri : …Tidak ada
7. Ekstremitas Atas dan Bawah
a. Atas.
Kebersihan :
Bersih Lila
: 24cm
Reflek bisep/ trisep :
Posoitif
Kekuatan Otot : Positif
Pergerakan ( Abduksi & Aduksi ) : PositifBawah
Oedem :
Tidak ada
Reflek patella : Positif
Reflek Babinski : Positif
Pergerakan ( Abduksi & Aduksi ) : Posotif
Kekuatan otot : Positif
8.
Genetalia
a. Vulva
/ Vagina
Oedem :
Tidak ada
Keadaan :
Sedikit kotor
dan kemerahan
Pengeluaran pervaginam : Ada
Kelenjar
Bartholini
Pembengkakan : Tidak ada
Rasa nyeri : Ada
Perineum
Luka Parut ( keadaan ) : Tidak ada
d. Kelainan lain : Tidak
ada
9. Anus
Haemoroid : Tidak
ada
B. Data Penunjang
a. Laboratorium.
§ Hb :
11 mmHg
§ Glukosa :
-
§ Protein
Urine : +
III. ASSESMENT / ANALISA
1. Diagnosa : G1P0A0, gravid 7 minggu 1 hari dengan suspect sinsitis
2. Masalah :
nyeri seperti rasa terbakar saat berkemih
sering
buang air kecil tapi sedikit-sedikit
tidak
dapat mengatur proses berkemih
tergesa-gesa
dalam berkemih
agak
demam
3. masalah/
diagnosa potensial : bila tidak
ditangani secara baik akan menjadi pielonefritis akut
4. Tidakan segera :
IV. PLANNING
1.
Melalui asuhan antenatal yang baik, peningkatan
status gizi hamil, mencegah dan mengobati anemia, promosi kesehatan umum dan
higiene dapat mengurangi motbiditas/mortalitas akibat infeksi pada saluran
kemih.
2.
Asuhan antenatal untuk kehamilan dan pemantauan berkala.
3.
cegah komplikasi sinsitis dan pielonefritis.
4.
bila terjadi gangguan fungsi ginjal yang berat, dapat menimbulkan komplikasi
yang serius.
5.
mengkonsumsi cukup cairan dan nutrisi yang diperlukan.
6.
penapisan kasus infeksi saluran kemih , sangat tergantung dari gejala/ jenis
penyakit dan mikroorganisme penyebab.
7.
pemberian antibiotika yang rasional untuk wanita hamil dengan infeksi saluran
kemih adalah dengan mengisolasi mikroorganisme penyebab.
8.
pilihan terapi antibiotika, mengacu pada keamanannya terhadap kesehatan ibu dan
janin, sertya efektifitas yang tinggi.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Infeksi saluran kemih adalah
ditemukannya bakteri yang jumlahnya lebih dari 10.000 per ml, pada saat
pemeriksaan urin. Urin yang diperiksa harus bersih, segar dan dari aliran
tengah (mid stream) atau diambil
dengan fungsi suprasimfisis. Ditemukan bakteri yang jumlahnya lebih dari 103
perr ml ini disebut dengan istilah bakteriuria. Bakteriuria ini mungkin tidak
disertai gejala, disebut bakteriuria asimptomatik, dan mungkin pula disertai
gejala-gejala disebut bakteriuria simptomatik.
Sebelum infeksi ini terjadi,
maka sebaiknya berawal dari kebiasaan yang sehat. Mulai dari setiap merasakan
ingin buang air kecil jangan di nanti-nanti, tapi harus segera buang air.
Jangan sampai bakteri berkumpul dan lebih banyak lagi bersarang di saluran
kemih. Dan bakteri itu akan lebih cepat menyebar ke seluruh saluran. Yang
menyebabkan rasa sakit pada saat buang air kecil.
Daftar Pustaka
Brunner
& Suddath.2002. Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta : EGC
Cunningham
Gary. 2005. Obstetri William.
Jakarta. EGC
Mochtam
Rustam.1998. Sinopsis Obstetri.
Jakarta: EGC
Saifuddin.
2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta.
Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo
Saifuddin.
2006. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal.
Yayasan Bina Pustaka Prawirohardjo
Tessy,
Agus dkk. 2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Tidak ada komentar:
Posting Komentar