https://www.123rf.com/photo_8718104_happy-parents-with-newborn-baby.html
1. Definisi bayi baru lahir
Bayi baru lahir adalah bayi segera setelah lahir sampai
dua puluh delapan hari. Pelayanan kesehatan neonatal harus dimulai sebelum bayi
dilahirkan, melalui pelayanan kesehatan yang diberikan kepada ibu hamil.
Berbagai bentuk upaya pencegahan dan penanggulangan dini terhadap faktor-faktor
yang memperlemah kondisi seorang ibu hamil perlu diprioritaskan, seperti gizi
yang rendah, anemia, dekatnya jarak antara kehamilan dan buruknya hygiene.
Disamping itu perlu dilakukan pula pembinaan kesehatan prenatal yang memadai
dan penanggulangan faktor-faktor yang menyebabkan kematian perinatal yang
meliputi : 1) perdarahan, 2) hipertensi, 3) infeksi, 4) kelahiran preterm/bayi
berat lahir redah, 5) asfiksia dan 6) hipotermia ( Saifuddin, 2006 : 132
).
2.
Perubahan
fisiologis bayi baru lahir
a.
Perubahan
sirkulasi
Setelah bayi lahir, bayi akan bernafas ini akan
menjadikan penurunan pada tekanan arteri pulmonalis, sehingga banyak darah
mengalir ke paru-paru, duktus arteriosus botali menutup 1-2 menit setelah bayi
bernafas. Dengan diguntingnya tali pusat maka akan terjadi penurunan pada vena
cava inferior, sehingga tekanan pada atrium kanan berkurang sebaliknya tekanan
pada atrium kiri bertambah maka terjadi penutupan foramen ovale.
O2 janin lebih rendah dari pada orang dewasa.
Untuk mengimbangi ini peredaran janin lebih cepat, kadar Hb janin tinggi (18
gerak %) dan eritrocitnya (5,5 juta/mm3).
Perbedaan
Hb janin dan orang dewasa :
1)
Hb
janin dibuat dalam hati, Hb dewasa pada sumsum merah.
2)
Hb
janin lebih mudah mengambil dan menyerahkan O2 daripada orang
dewasa.
3)
Hb
janin baru diganti seluruhnya oleh Hb biasa pada umur 4 bulan atau lebih.
b. Perubahan
respirasi
Pernafasan bayi baru lahir tidak teratur, kedalamannya,
kecepatannya dan bervariasi 30 – 60 x/mnt.
Rangsangan gerakan nafas pertama kali karena tekanan
mekanis pada toraks sewaktu melalui jalan lahir sehingga terjadi kehilangan
setengah dari jumlah cairan yang ada di paru-paru, sehingga sesudah lahir
cairan yang hilang diganti.
Penurunan tekanan oksigen dan kenaikan CO2
merangsang masuknya darah dari paru-paru kedalam atrium kiri, menyebabkan
foramen ovale menutup, sirkulasi janin berubah menjadi sirkulasi bayi yang
hidup diluar badan ibu.
Kemoreseptor pada sinus karotis atau rangsangan dingin
didaerah muka dapat merangsang permulaan gerakan pernafasan.
c. Perubahan
imunitas
Pada sistem imunologi terdapat beberapa jenis
imunoglobulin (suatu protein yang mengandung anti bodi) diantaranya: IgG,
Pembentukan sel plasma dan anti bodi gamma A,G dan gamma M.
IgA
telah dibentuk saat kehamilan dua bulan dan baru dapat ditemukan segera setelah
lahir, IgM ditemukan pada kehamilan 5 bulan, produksinya meningkat setelah
lahir.
d.
Perubahan suhu
tubuh
Saat
lahir suhu bayi sama dengan suhu ibu, tapi bayi memiliki insulasi lemak, luas
permukaan tubuh yang besar, sirkulasi yang relatif buruk serta belum dapat
berkeringat dan menggigil, maka suhu lingkungan harus diatur 36,5 – 37,20C.
untuk mengurangi kehilangan panas dilakukan pengaturan suhu kamar, membungkus
badan dan kepala bayi, disimpan ditempat tidur hangat.
e.
Perubahan nadi
Baru
lahir denyut nadi 120-150 x/mnt, tergantung pada aktifitas. Nadi dapat menjadi
tidak teratur karena stimulasi fisik atau emosional tertentu seperti gerakan
involunter, menangis atau mengalami perubahan suhu yang tiba-tiba.
f.
Perubahan tekanan
darah
Tekanan
darah pada bayi baru lahir rendah sehingga sulit untuk diukur secara akurat
dengan spignomanometer konvensional, 80-60 / 45-40 mmHg dan 100/50 mmHg sampai
dengan hari ke sepuluh.
g.
Perubahan saluran
pencernaan
Pada
kehamilan 4 bulan pencernaan telah terbentuk dan janin telah dapat menelan air
ketuban dalam jumlah yang cukup, absorpsi air ketuban terjadi erumelalui mukosa
seluruh saluran pencernaan. Bila dibandingkan dengan pencernaan orang dewasa
pencernaan neonatus lebih berat dan lebih panjang. Enzim pencernaan sudah
terdapat pada neonatus, kecuali amilase pancreas, aktivitas lipase terjadi pada
janin 7 – 8 bulan.
h.
Perubahan
endokrin
Pada
kehamilan 10 minggu kortikotropin telah ditemukan dalam hipofisis, hormon ini
diperlukan untuk mempertahankan granula supra renalis.
Kelenjar
adrenal pada waktu lahir relatif lebih besar dibanding orang dewasa, kelenjar
tyroid sudah sempurna saat lahir dan sudah mulai berfungsi sebelum lahir.
i.
Perubahan
keseimbangan air dan fungsi ginjal
Glomerolus mulai dibentuk pada janin umur 8 minggu. Pada
kehamilan 28 mg jumlahnya sekitar 350.000, ginjal janin mulai berfungsi pada
usia kehamilan 3 bulan.
Hingga umur tiga hari ginjal bayi belum dipengaruhi oleh
pemberian air minum, sesudah 5 hari ginjal mulai memproses air yang didapat
dari luar.
j.
Perubahan susunan saraf
Pada trimester akhir hubungan antara saraf dan fungsi
otot-otot menjadi lebih sempurna, sehingga janin diatas 32 minggu dapat hidup
diluar kandungan. Pada kehamilan 7 bulan mata janin sangat sensitive terhadap
cahaya.
Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang
diberikan pada bayi tersebut selama jam pertama setelah kelahiran. Sebagian
besar bayi yang baru lahir akan menunjukkan usaha pernapasan spontan dengan
sedikit bantuan atau gangguan. Aspek-aspek penting dari asuhan segera bayi yang
baru lahir :
a.
Jagalah agar bayi tetap kering dan hangat.
b.
Usahakan adanya kontak antara kulit bayi dengan kulit
ibunya sesegera mungkin segera setelah melahirkan badan bayi.
c.
Sambil secara cepat menilai pernapasannya, letakkan bayi
dengan handuk di atas perut ibu.
d.
Dengan kain bersih dan kering atau kassa, lap darah atau
lendir dari wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang. Periksa ulang
pernapasan bayi.
3.
Tanda-tanda bayi baru lahir
Menurut Saifuddin, 2006: 139 semua
bayi baru lahir harus dinilai adanya tanda- tanda kegawatan atau kelainan
menunjukan suatu penyakit. Bayi baru lahir dinyatakan sakit apabila mempunyai
salah satu atau beberapa tanda- tanda berikut :
a.
Sesak nafas
b.
Frekwensi pernafasan 60kali/menit
c.
Gerakan retraksi dada
d.
Malas minum
e.
Panas atau suhu badan bayi rendah
f.
Gerakan kurang aktif
g.
Berat badan lahir rendah (1500-2500 gram)
h.
Tanda-tanda bayi sakit berat
i.
Sulit minum
j.
Sianosis sentral (lidah biru)
k.
Perut kembung
l.
Periode apneu
m.
Kejang/periode kejang-kejang kecil
n.
Merintih
o.
Perdaraha tali pusat
p.
Sangat kuning
q.
Berat badan lahir <1500 gram
4.
Kebutuhan bayi baru lahir
a. Membersihkan jalan nafas
Bayi normal akan menangis sepontan segera setelah
lahir. Apabila bayi tidak langsung menangis, penolong segera membersihkan jalan
nafas dengan cara sebagai berikut :
1)
Letakkan bayi pada posisi terlentang di tempat yang keras dan
hangat.
2)
Gulung sepotong bayi dan letakan dibawah bahu
sehingga leher bayi lebih lurus dan kepala tidak menekuk. Posisi kepala di atur
lurus sedikit kebelakang.
3)
Bersihkan hidung, rongga mulut dan
tenggorokan bayi dengan jari tangan yang dibungkus kasa steril.
4)
Tepuk kedua telapak kaki bayi sebanyak 2-3
kali atau gosok kulit bayi dengan kain kering dan kasar. Dengan rangsangan ini
biasanya bayi segera menagis.
5)
Kekurangan zat asam pada bayi baru lahir
dapat menyebabkan kerusakan otak. Sangat penting membersihkan jalan nafas,
sehingga upaya bayi bernafas tidak akan menyebabkan aspirasi lendir ( masuknya
lendir ke paru paru )
6)
Bantuan untuk memulai pernapasan mungkin
diperlukan untuk mewujudkan ventilasi yang adekuat.
b. Memotong tali pusat
1)
Tali pusat dipotong sebelum atau sesudah
plasenta lahir tidak begitu menentukan dan tidak akan mempengaruhi bayi,
kecuali pada bayi kurang bulan. Apabila bayi lahir tidak menangis, maka tali
pusat segera dipotong untuk memudahkan melakukan tindakan resusitasi pada bayi.
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah stabil, maka lakukan
pengikatan tali pusat atau jepit dengan klem plastik tali pusat.
2)
celupkan tangan (masih menggunakan sarung
tangan) kedalam larutan klorin 0,5% untuk membersihkan darah dan sekresi
lainnya.
3)
Bilas tangan dengan air disinfeksi tingkat
tinggi, lalu keringkan dengan handuk atau kain bersih dan kering.
4)
Ikat puntung tali pusat dengan jarak sekitar
1 cm dinding perut bayi. Gunakan benang atau klem plastik penjepit tali pusat
disinfeksi tingkat tinggi atau steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul
mati atau kuncikan penjepit plastik tali pusat.
5)
Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali
pusat, lingkarkan benang di sekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk yang
kedua kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
6)
Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan
letakan di dalam larutan klorin 0,5%.
7)
Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan
kain bersih dan kering.
c. Menjaga kehangatan
Mekanisme pengaturan temperatur tubuh pada
bayi baru lahir, belum berfungsi sempurna. Oleh karena itu, jika tidak segera
dilakukan upaya pencegahan kehilangan panas tubuh maka bayi baru lahir dapat
mengalami hipotermia.
Bayi baru lahir dapat kehilangan panas
tubuhnya melalui cara- cara berikut:
1) Evaporasi, adalah jalan utama bayi kehilangan panas. Kehilangan panas dapat terjadi
karena penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas tubuh bayi
sendiri. Ini dikarenakan setelah lahir
tubuh bayi tidak segera dikeringkan.
2) Konduksi, adalah kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara
tubuh bayi dengan permukaan yang dingin.
3) Konveksi, adalah kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar
udara sekitar yang lebih dingi. Bayi yang dilahirkan atau ditempatkan di dalam
ruangan yang dingin akan cepat mengalami kehilangan panas.
4) Radiasi, adalah kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di
dekat benda- benda yang mempunyai suhu tubuh lebih rendah dari suhu tibuh bayi.
Bayi bisa kehilangan panas dengan cara ini karena benda- benda tersebut
menyerap radiasi panas tubuh bayi.
d.
Kontak dini dengan ibu
1)
Berikan bayi kepada ibu secepat mungkin. Kontak dini antara
ibu dan bayi penting untuk :
a) Kehangatan dan mempertahankan panas yang sesuai pada bayi
baru lahir
b) Ikatan batin dan pemberian ASI
2)
Dorongan ibu untuk
menyusui bayinya apabila bayi telah siap (dengan menunjukkan refleks rooting)
e.
Memberikan
Vitamin K
Kejadian perdarahan karena difesiensi vitamin
K pada bayi baru lahir dilaporkan cukup tinggi, berkisar 0,25-0,5%. Untuk
mencegah terjadinya perdarahan tersebut, semua bayi baru lahir normal dan cukup
bulan perlu diberi vitamin K peroral 1 mg/hari selama tiga hari, sedangkan bayi risiko tinggi diberi vitamin K
parenteral dengan dosis 0,5 mg I.M.
f.
Memberikan obat tetes mata
atau salep mata
Dibeberapa negara perawatan mata bayi batru
lahir secara hukum diharuskan untuk mencegah terjadinya Oftalmia neonatrum. Didaerah
dimana gonorea tinggi, setiap bayi baru lahir perlu diberi salep mata sesudah 5
jam bayi lahir. Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1%
dianjurkan untuk mencegah penyakit mata karena (penyakit menular seksual).
1) Perawatan mata harus dikerjakan segera. Tindakan ini dapat dikerjakan
setelah bayi selesai dengan perawatan tali pusat, dan harus dicatat didalam
status termasuk obat apa yang digunakan.
2) Yang lazim dipakai adalah larutan Perak Nitrat atau Neosporin dan langsung
diteteskan pada mata bayi segera setelah bayi lahir.
a)
Perawatan untuk mata harus siap diruang penerimaan atau
persalinan, ruang rawat bayi, termasuk :
·
Obat-obatan
·
Perlengkapan berisi : alat tetes mata, dan gelas obat kecil steril
dan kapas.
·
Cairan NaCl untuk irigasi mata (bila dipakai Perak Nitrat)
b) Perubahan warna dari cairan penetes terjadi perubahan kimia, sehingga tidak
dapat dipakai lagi maka petugas hendaknya secara rutin meneliti terjadinya
perubahan warna pada cairan obat
g. Tanda pengenal
Apabila bayi dilahirkan ditempat bersalin
maka alat pengenal yang efektif harus diberikan kepada setiap bayi baru lahir
dan harus tetap ditempatnnya sampai waktu bayi dipulangkan.
1) Perawatan identifikasi bayi baru lahir harus selalu tersedia ditempat
penerimaan pasien, kamar bersalin, dan ruang rawat bayi.
2) Alat yang digunakan, hendaknya kebal air, yang tidak mudah melukai, tidak
sobek, dan tidak mudah lepas.
3)
Pada gelang nama harus tercantum :
a) Nama (bayi) nyonya
b) Tanggal lahir
c) No bayi
d) Jenis kelamin
e) Unit
f) Nama lengkap ibu
4)
Disetiap tempat tidur harus diberi tanda dengan mencantumkan nama,
tanggal lahir, no identifikasi.
5.
Pemeriksaan fisik bayi
baru lahir
a. Tujuan
Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah
untuk mengetahui aktivitas bayi normal atau tidak dan identifikasi masalah
kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong
persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. (Saifuddin, 2006: 136).
b.
Dua
jam pertama sesudah lahir
Sebelum penolong persalinan meninggalkan ibu
dan bayinya.
1) Penolong persalinan melakukan pemeriksaan dan penilaian terhadap ada
tidaknya masalah kesehatan yang memerlukan tindak lanjut, seperti ukuran bayi
yang kecil untuk masa kehamlan atau bayi kurang bulan, gangguan pernapasan pada
bayi, hipotermia, infeksi, cacat bawaan dan trauma lahir yang perlu
diperhatikan pada bayi baru lahir
2) Kaji kesadaran dan reaksi respon terhadap ransangan sakit atau suara yang
ada disekelilingnya. Keaktifan dalam gerakan anggota tubuhnya seperti tangan
dan kaki menjadi sesuatu kajian yang penting pula, mengingat gerakan badan
harus seimbang atau simetris. Kesimetrisan dapat dilihat dari dari letak
kepala, muka wajah, mata, mulut, leher, dada, abdomen, punggung, tangan, dan
kaki.
3) Pengkajian terhadap kulit bayi baru lahir pun perlu diperhatikan terutama
warnanya apakah berwarna kemerahan atau
kebiruan. Selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah dari segi asupan
nutrisi bayi yang berhubungan dengan kelancaran menghisap air susu dan mencerna
makanan. Setelah itu baru kaji pola eliminasi bayi dalam 24 jam pertama.
Waspada bila terjadi perut yang tiba- tiba membesar, tanpa keluarnya tinja
disertai muntah dan mungkin dengan kulit kebiruan.
4) Pemantauan tanda – tanda vital BBL.
5) Ukur suhu tubuh bayi melalui anus atau ketiak bayi. Pada pernapasan normal,
perut dan daad bergerak hampir bersaman tanpa adanya retraksi, tanpa terdengar
suara pada waktu inspirasi maupun ekspirasi. Gerakan pernapasan 30 – 50 kali
permenit. Nadi dapat dipantau disemua titik nadi perifer. Sedangkan tekanan
darah dipantau hanya bila ada indikasi. Catat hasil pengkajian tersebut dan
dokumentasikan. (Saifuddin, 2006: 136)
c. Pemeriksaan lanjutan
Pemeriksan lanjutan dilakukan sesudah bayi berumur dua
puluh empat jam atau setelah bayi dipindahkan dari transitional care ke tempat
perawatan khusus atau rawat gabung, oleh karena ada beberapa keadaan pada bayi
yang mungkin tidak ditemukan pada waktu diperiksa dikamar bersalin, misalnya
hematomasefal, perdarahan subaponeurosis, perdarahan lainnya, periodik apnea
kejang, nekrosis lemak dan lain – lain.
Keadaan
umum :
1)
Kepala :
besar, bentuk, molding, sutura tertutup/melebar, kaput suksedaneum, hematoma -
sefal, kraniotabes dan sebagainya.
2) mata :
perdarahan , subkonjungtiva, mata yang menonjol, katarak dan lain-lain.
3)
Telinga : Preaurical tag, kelainan daun atau bentuk
telinga
4)
Mulut : Labioskisis, labiognatoplatoskisis, tooth buds
dan lain – lain
5)
Leher : Luktus tiroglosus, higroma koli
6)
Dada : Bentuk, pembesaran bauh dada, pernafasan, retraksi
interkostal, subkostal, sifoid, merintih, pernapasan cuping hidung, bunyi paru
– paru
7)
Jantung : Pulsasi, frekuensi bunyi jantung, kelainan
bunyi jantung
8)
Abdomen : Membuncit, skafoid
9)
Tali pusat : Berdarah, jumlah pembuluh darah tali pusat,
warna dan besar tali pusat, hernia di pusat atau diselangkang.
10)
Alat kelamin : Tanda – tanda hematoma, testis belum
turun, fimosis, adanya perdarahan atau lendir dari vagina, besar dan bentuk
klitoris, dan labia minora, atresia ani.
11)
Tulang punggung : spina bifida, pilonidal sinus atau
dimple.
12)
Anggota gerak : Fokomelia, sindaktili, polidaktili,
fraktur, paralisis, pelipes dan lain – lain
13)
Keadaan neuromukuler : Refleks moro, refleks genggam,
refleks rooting dan sebagainya; tonus otot, tremor, jitterness
14)
Lain – lain : Mekonium harus keluar dalam dua puluh empat
jam sesudah lahir, bila tidak harus waspada terhadap atresia ani/obstruksi
usus. Urine harus ada pula dalam waktu dua puluh empat jam. Kadang – kadang
pengeluaran urine tidak diketahui oleh karena pada saat keluar pada saat bayi
lahir dan tercampur dengan air ketuban. Bila urine tidak ada dalam dua puluh
empat jam harus diperhatikan kemungkinan obstruksi saluran kencing.( Saifuddin,
2006:137 – 138)
6.
Jadwal
imunisasi
Tabel 2.13
Jadwal Imunisasi
Jenis imunisasi
|
Guna
|
Umur Pemberian Vaksinasi
|
|||||||||||||
Bulan
|
Tahun
|
||||||||||||||
LHR
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
6
|
7
|
8
|
9
|
||
BCG
|
Pencegahan TBC
|
||||||||||||||
Hepatitis B
|
Hepatitis B
|
0
|
1
|
2
|
3
|
||||||||||
Polio1
|
Polio
|
1
|
|||||||||||||
Polio 2
|
2
|
||||||||||||||
Polio 3
|
3
|
||||||||||||||
Polio 4
|
4
|
||||||||||||||
DPT COMBO 1
|
Dipteri,
pertusis, tetanus dan hepatitis B
|
1
|
|||||||||||||
DPT COMBO 2
|
2
|
||||||||||||||
DPT COMBO 3
|
3
|
||||||||||||||
CAMPAK
|
Campak
|
1
|
2
|
||||||||||||
DT
|
Dipteri dan
tetanus
|
1
|
|||||||||||||
TT
|
Tetanus toxoid
|
1
|
2
|
Bookleat “ Nestle
Dancow ‘Paspor Si Kecil “, 2008
7.
Diagnosa
bayi baru lahir
Diagnosa bayi baru lahir dibuat
dengan dasar : usia kehamilan ibu ketika bayi dilahirkan dan tangal waktu
lahir.
B. Pendokumentasian
1.
Definisi
dokumentasi
Dokumentasi kebidanan merupakan bukti pencatatan dan
pelaporan berdasarkan komunikasi tertulis, akurat dan lengkap yang dimiliki
bidan dalam melakukan asuhan kebidanan dan berguna untuk kepentingan klien, tim
kesehatan, dan kalangan bidan sendiri.( Wildan, M, dkk, 2008:2 )
2. Manajemen
varney
Helen
Varney, alur berpikir bidan pada saat menghadapi klien meliputi tujuh langkah
dalam membuat keputusan klinik.
Langkah I (tahap pengumpulan data
dasar)
1)
Anamnesa meliputi (biodata, riwayat menstruasi, riwayat
kesehatan, riwayat kehamilan dan nifas)
2)
Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan dan pemeriksaan
tanda-tanda vital.
3)
Pemeriksaan khusus (inspeksi. Palpasi, auskultasi,
perkusi)
4)
Pemeriksaan penunjang (darah, catatan terbaru dan
sebelumnya)
Langkah
II (interpretasi data dasar)
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap
diagnosis atau masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang
telah dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
dapat merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik.
Diagnosa Kebidanan
Diagnosa kebidanan adalah diagnosa yang ditegakkan bidan
dalam lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnosis
kebidanan, yaitu:
1)
Diakui dan telah disyahkan oleh profesi
2)
Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan
3)
Memiliki ciri khas kebidanan
4)
Didukung oleh clinical judgment dalam praktek kebidanan
5)
Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan
Langkah III (identifikasi
diagnosis/masalah potensial)
Langkah III merupakan langkah ketika bidan melakukan
identifikasi diagnosis atau masalah potensial dan mengantisipasi penanganannya.
Langkah
IV (menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera)
Langkah ini mencerminkan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Jadi, manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodic
atau kunjungan prenatal saja, tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan
terus-menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.
Langkah
V (menyusun rencana asuhan secara menyeluruh)
Pada langkah ini di rencanakan asuhan yang menyeluruh
yang ditentukan berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan dari manajemen terhadap masalah atau diagnosis yang telah
diidentifikasi.
Langkah VI (penatalaksanaan asuhan)
Pada langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan asuhan
yang sudah diberikan. Hal yang di evaluasi meliputi apakah kebutuhan telah
terpenuhi dan mengatasi diagnose dan masalah yang telah diidentifikasi.
Dokumentasi asuhan kebidanan menurut Ellen Thomas (1994) adalah catatan tentang
interaksi antara tenaga kesehatan, pasien, kelurga pasien, dan tim kesehatan
yang mencatat tentang hasil pemeriksaan prosedur, pengobatan pada pasien dan
pendidikan kepada pasien, serta respon pasien terhadap semua kegiatan yang
telah dilakukan.
3. Pendokumentasian
SOAP
S (Subjektif) :menggambarkan
pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis.
O (Objektif) :menggambarkan
pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, labolatorium dan uji diagnosis
lain.
A (Assesment) :menggambarkan
pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi data subyektif dan data
obyektif dalam suatu identifikasi.
P (Plan) :menggambarkan
pendokumentasian dan tindakan/Implementasi dan evaluasi perencanaan (E)
berdasarkan assessment sebagai langkah 5, 6, 7 varney. (Salmah, 2006: 172).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar