- Latar Belakang
Pintu atas panggul dianggap sempit apabila konjugata vera
kurang adri 10 cm, atau diameter tranvesa kurang dari 12 cm. Kesempitan pada
konjugata vera (panggul picak) umumnya lebih menguntungkan daripada kesempitan
pada semua ukuran (panggul sempit seluruhnya). Oleh karena pada panggul sempit
kemungkinan lebih besar bahwa kepala tertahan oleh pintu atas panggul, maka
dalam hal ini serviks uteri kurang mengalami tekanan kepala. Hal ini dapat
mengakibatkan inersia uteri atau lambanya pendataran dan pembukaan serviks.
Apabila pada panggul sempit pintu atas panggul tidak tertutup dengan sempurna
oleh kepala janin, ketuban bisa pecah pada pembukaan kecil dan ada bahaya
terjadinya prolapsus funikuli.
Pada panggul picak turunya belakang kepala bisa tertahan
dengan akibat terjadinya defleksi kepala, sedang pada panggul sempit seluruhnya
ditemukan rintangan pada semua ukuran: kepala memasuki rongga panggul dengan
hiperfleksi. Selanjutnya moulage kepala janin dapat dipengaruhi oleh jenis
asinklitismus: dalam hal ini asinklitismus anterior lebih menguntungkan
daripada asinklitismus posterior oleh karena pada mekanisme yang terakhir
gerakan os parietale posterior yang terletak paling bawah tertahan oleh
simfisis, sedang pada asinklitismus anterior os parietale anterior dapat
bergerak lebih leluasa ke belakang.
- Tujuan
1.
Mengetahui
maksud
dari Pintu Atas Panggul
2.
Mengetahui
penyebab kesempitan Pintu Atas Panggul
3.
Mengetahui
Terapi kesempitan pintu atas panggul
4.
Mengetahui asuhan kebidanan pada kesempitan
pintu atas p[anggul
BAB II
TINJAUAN TEORI
Pintu
atas panggul ialah bidang yang melalui bagian atas symphysis, kedua linea
innominate dan promontorium.
Pintu
atas panggul dianggap sempit bila conjugate vera kurang daripada 10 cm, atau
diameter transversa kurang daripada12 cm.
Karena
yang biasa diukur conjugate diagonalis, dikatakan bahwa pintu atas panggul
sempit bila conjugate diagonalis kurang daripada 11,5 cm. angka ini berdasarkan
kenyataan diameter biparietalis kepala anak kadang-kadang sebesar 10 cm,
sehingga anak sukar melalui panggul dengan conjugate vera kurang daripada 10
cm.
Bila
diameter anteroposterior dan diameter transversa menyempit, prognosis
persalinan jauh lebih buruk daripada bila hanya satu diameter menyempit.
A. Macam
– macam Penyebab Kesempitan Pintu Atas Panggul
1.
POSISI
UTERUS
Biasa
kelainan panggul tidak menghalangi keluarnya uterus dari rongga panggul,
sehingga jarang menimbulkan inkarserasi.
Pada
kehamilan lanjut masuknya kepala kedalam pintu atas panggul terhambat. Fundus uteri
lebih tinggi daripada biasa. Karena segmen bawah uterus tidak difiksasi kepala
anak, uterus lebih mudah digerakkan. Pada wanita dengan lordosis lumbalis
kapasitas rongga perut berkurang dan uterus mendororng dinding perut kedepan.
Bila terdapat abdomen pendulum pada seorang primigravida harus difikirkan
kelainan panggul. Sebaliknya abdomen pendulum pada multigravida tidak ada
artinya karena dinding perut lemah akibat kehamilan sebelumnya.
2.
LETAK
ANAK
Panggul
sempit merupakan sebab utama kelainan letak. Pada primigravida kepala anak
biasanya masuk pintu atas panggul pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Bila
pintu atas panggul sempit, kepala anak tidak dapat masuk atau baru masuk
setelah persalinan dimulai. Karena kepala anak masih diatas pintu panggul,
sering terjadi kelainan letak. Kelainan letak pada primigravida penting karena
disebabkan disproporsi berat antara kepala dan panggul.
3.
BESAR
FETUS
Pada
wanita dengan pintu atas panggul sempit biasanya anak juga kecil. Mungkin
disebabkan karena panggul sempit hanya akibat pertumbuhan kurang sempurna yang
merupakan ciri penderita.
B.
MEKANISMUS
PERSALINAN
Bila
kesempitan hanya salam ukuran anteroposterior, dan conjungata vera kurang
daripada 9 cm, diameter biparietalis anak cukup bulan (9,5 10 cm) tidak dapat melaluinya. Terjadi
defleksi sehingga diameter anteroposterior dilalui diameter bitemporalis. Oleh
karena itu pada panggul sempit sering ditemukan letak defleksi.
Bila
panggul sempit dalam semua ukuran, kepala mendapat rintangan dari semua jurusan
dan kepala masuk ke dalam panggul dalam keadaan hiperfleksi sehingga pada
pemeriksaan dalam, ubun-ubun kecil mudah teraba dan ubun-ubun besar hampira
tidak tercapai.
C.
JALAN
PERSALINAN
Dalam
kala satu dilatasi cervix dipermudah oleh tekanan hidrostatik bila ketuban
belum pecah dan tekanan bagian terendah janin bila ketuban sudah pecah. Pada
panggul sempit kepala tertahan diatas panggul, sehingga tekanan kontraksi
uterus langsung menuju selaput ketuban yang berhubungan dengan ostium internum.
Besar kemungkinan ketuban pecah sebelum waktunya. Setelah ketuban pecah, kepala
tidak menekan servix, kecuali bila dengan cukup moulage kepala dapat turun atau
ada caput succedaneum besar.
Karena
kepala tidak menekan servix dan segmen bawah uterus, dapat timbul inertia uteri.
Oleh karna itu pada panggul sempit pembukaan berjalan sangat lambat dan
kadang-kadang tidak menjadi lengkap.
Jalannya
proses pembukaan dapat dipergunakan untuk penentuan prognosis. Bila pembukaan
lancer prognosis baik. Bila pembukaan lambat, besar kemungkinan anak tidak
dapat melalui panggul.
Kala
kedua lama, karena diperlukan waktu untuk moulage sehingga bentuk dan besar
kepala sesuai dengan panggul. Persalinan pada panggul sempit disertai dengan
bahaya untuk ibu dan anak.
D.
Bidang
Pintu Atas Panggul dibatasi oleh:
1.
Anterior : margo posterior superior symphisis
pubis
2.
Lateral : linea iliopectinea
3.
Posterior : promontorium dan ala ossis sacri
Diameter – diameter Pintu atas Panggul
- Diameter-diameter anteroposterior:
a.
Conjugata
anatomic adalah jarak antara pertengahan promomtorium dengan pertengahan crista
pubica (permukaan atas os pubis). Ukurannya adalah 11,5 cm. Diameter ini tidak
mempunyai arti obstetric yang penting.
b.
Conjugata
obstetrika adalah jarak antara pertengahan promontorium dengan margo posterior
superior sympisis pubis. Titik pada os pubis ini, yang menonjol ke belakang ke
dalam cavum pelvis, berada kurang lebih 1 cm dibawah crista pubica. Ukuran
conjugata obstetrica lebih kurang 11.0 cm. Diameter ini adalah diameter
anteroposterior yang penting karena harus dilewati oleh janin.
c.
Conjugata
diagonalis adalah jarak antara angulus subpubicus dengan pertengahan
promontorium. Ukurannya 12.5 cm. Diametre ini pada pasien dapat diukur secara
manual dan mempunyai arti klinis yang penting karena jika ukurannya dikurangi
1.5 cm maka akan diperoleh perkiraan ukuran conjugata obstetrica.
- Diameter transversa adalah jarak terbesar antara linea iliopectinea kanan-kiri dan ukuran-ukurannya 13,5 cm.
- Diameter obliqua sinistra adalah jarak antara articulatio sacroiliaca sinistra dengan eminetia iliopectinea dextra. Ukurannya lebih kurang 12.5 cm.
- Diameter obliqua dextra adalah jarak antara articulatio sacroiliaca dextra dengan eminentia iliopectinea sinistra. Ukurannya lebih kurang 12.5 cm.
E.
BAHAYA
BAGI IBU
1.
RUPTURA
UTERI
Bila disproporsi antara kepala dan
panggul nyata, sehingga anak tidak dapat melalui panggul, segmen bawah uterus
bertambah tipis. Lingkaran retraksi dapat diraba diantara symphysis dan
umbilicus. Bila persalinan tidak segera diakhiri akan terjadi rupture uteri.
2.
TERBENTUKNYA
FISTULAE
Bila bagian terendah janin terjepit
didalam panggul dan untuk waktu lama persalinan tidak maju, bagian jalan lahir
tertekan diantara janin dan panggul, sirkulasi terganggu dan berapa hari
postpartum timbul fistula vesicovaginal, vesicocervical atau rectovaginal
sebagai manifestasi nekrosis yang telah terjadi.
Dahulu waktu persalinan dibiarkan lama sebelum
diambil tindakan melahirkan anak, fistula sering terjadi.
3.
INFEKSI
INTRAPARTUM
Infeksi dapat terjadi pada partus
lama dengan ketuban pecah sebelum waktunya terutama bila sering diperiksa
dalam. Infeksi intrapartum merupakan komplikasi berat untuk ibu dan sebab utama
kematian janin, karena kuman dapat melalui amnion masuk kedalam pembuluh
chorion. Pneumonia pada bayi yang baru lahir sering disebabkan infeksi intra
uterin.
F.
BAHAYA
BAGI ANAK
1. Pada
anak pengaruh persalinan lama kurang baik.
Persalinan yang lebih dari 20 jam
atau kala dua lebih dari tiga jam, meningkatkan kematian perinatal.
Ketuban
pecah sebelum waktunya dan infeksi intra uterin, menambah bahaya bagi anak.
2. Prolapsus
funiculi merupakan komplikasi berat dan sering terjadi bila pintu atas panggul
tidak terisi penuh dengan bagian terendah anak. Prolapsus funiculi tidak
mempengaruhi jalannya persalinan, tetapi bila janin akan meninggal bila tidak
segera dilahirkan karena tali pusat terjepit diantara panggul dan janin.
Pada panggul sempit sering terbentuk
caput succedaneum besar. Kadang-kadang caput sangat besar sehingga sampai pada
dasar panggul, sedang kepala dengan ukuran terbesar belum melalui pintu atas
panggul. Orang yang belum berpengalaman dapat membuat kesalahan dan menyangka
bahwa anak mudah dapat dilahirkan dengan forceps.
Caput succedaneum tidak berakibat buruk
dan akan hilang beberapa hari setelah anak lahir.
Pada disproporsi sefalopelvik kepala
anak baru dapat melalui panggul setelah
moulage. Ukuran kepala dapat mengecil karena “overlapping” tulang.
Karena moulage ini diemeter biparietalis
dapat berkurang setengah sentimeter tanpa berakibat buruk tetapi bila harus mengecil
lebih banyak, besar kemungkinan terjadi kerusakan otak.
G.
PROGNOSIS
:
Prognosis
persalinan bergantung kepada banyak faktor ; besar panggul, besar dan letak
anak, his dan keadaan cervix. Meskipun besar panggul hanya merupakan salah satu
faktor yang menentukan, apakah anak dapat lahir per vaginam atau tidak, dan
masih banyak faktor yang berperan tapi hanya faktor panggul dapat dipastikan
sebelum persalinan.
Lepas
dari faktor lain, dapat dipastikan bahwa anak cukup bulan, tidak mungkin
melalui panggul dengan conjugata
obstetrika kurang daripada 8,5 cm. sebaliknya bila conjugata obstetrika lebih
daripada 10 cm kesulitan persalinan yang mungkin timbul, tidak kerana panggul.
Prognosis
persalinan pada panggul dengan conjugata obstetrika kurang daripada 8,5 cm
buruk dan perlu dilakukan sectio caesarea. Bila conjugata obstetrika 10 cm atau
lebih diharapkan bahwa anak dapat melalui panggul.
Prognosis
persalinan pada golongan ini ditentukan oleh beberapa faktor :
1. Persalinan
sebelumnya.
2. Besarnya
anak.
3. Ketuban
pecah sebelum waktunya.
4. HIS
5. Proses
pembukaan.
6. Bentuk
panggul.
7. Infeksi
Intra Partum.
Karena
belum dapat dipastikan, apakah janin dapat melalui panggul, dilakukan Partus
Percobaan.
Pemeriksaan
rontgenologik dengan membuat foto latereal dapat menggambarkan apakah kepala
dapat turun dan melalui panggul.
Untuk
mengetahui disproporsi cefalopelvik dapat dilakukan pemeriksaan Mueller. Melalui dinding perut
kepal anak dipegang dan didorong kebawah. Dengan jari di vagina dapat
ditentukan apakah dengan dorongan kepala masuk kedalam Pintu Atas Panggul.
Dengan
cefalometri rontgenologik atau ultrasonic dapat ditentukan besar kepala.
Pemeriksaan rontgenologik tidak memuaskan dan pemeriksaan ultrasonic lebih
cepat.
Panggul
sempit pada letak sungsang merupakan komplikasi berat. Sering terjadi prolaps
Funiculi dalam kala I dan kala II dapat terjadi kesulitan melahirkan kepala
anak. Karena kepala anak tidak berdekatan dengan panggul tidak dapat ditentukan
disproporsi sefalopelvik. Oleh karena itu secioa saecarea elektif sering dilakukan.
Umumnya
letak muka dan dahi menunjukkan disproporsi sefalopelvik berat, sehingga anak
cukup bulan dalam letak muka dan dahi lebih baik dilahirkan dengan sectio
saecarea bila terdapat kesempitan panggul.
H. TERAPI.
Terapi
bergantung kepada prognosis persalinan. Bila menurut kriteria yang digunakan
untuk penentuan prognosis, anak tidak dapat lahir per vaginam dengan aman,
harus dilakukan sectio saecarea.
Bila
masih terdapat kemungkinan anak lahir per vaginam sebaiknya dilakukan partus
percobaan.
I.
Asuhan Kebidanan
a. Memberikan
semangat pada ibu dan keluarga
b. Melakukan
partus percobaan bila masih terdapat kemungkinan anak lahir pervaginam.
c. Pada
primipara dalam fase aktif kala satu persalinan lakukan asuhan seperti
baringkan ibu pada posisi miring kiri.
d. Segera
rujuk ke fasilitas yang memiliki kemampuan untuk melakukan bedah sesar.
e. Damping
ibu ke tempat rujukan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar