Hi, mommies...
Akhir-akhir ini banyak sekali produk-produk
vitamin untuk anak. Pasti mommies bingung, deh. Trus bertanya-tanya, “anak aku
perlu vitamin, gak, ya?” terus, nanti bingung lagi mau pakai vitamin dari
produk apa. Sebagian mommies, akan googling
sana-sini untuk mencari tahu produk mana yang paling unggul dan menjanjikan,
sebagian mommies lainnya akan sharing dengan
para mommies untuk menanyakan “vitamin yang bagus untuk si kecil, apa, ya?”.
Abis itu bingung lagi, karena setiap orang memberikan referensi vitamin yang
berbeda. Hihihi... Ujung-ujungnya? Ujung-ujungnya ya sebagian mommies yang
keukeuh pengen konsumsi vitamin untuk anaknya, bakalan ngikutin vitamin apa
yang dipakai oleh salah satu anak yang hasilnya ‘kelihatan’. Padahal,eh,
padahal, si anak belum tentu membutuhkan vitamin yang digunakan oleh anak
lainnya.
Kenapa tiba-tiba saya bahas mengenai vitamin
anak? Mau cerita sedikit, deh.
Jadi, ya, di grup Whatsapp yg isinya emak-emak semua, ada salah satu temen ada yang
menjual vitamin penambah nafsu makan. Hasilnya sudah terbukti sama anaknya yang
body nya udah mulai sekel, karena
sehari bisa minta makan lebih dari 4x. Berhubung, emak-emaknya dari dunia
kesehatan, pada bawel nanyain ingredients
dari si vitamin itu sendiri apa. Tapi, si temen saya (yang menjual vitamin)
ini sangat merahasiakan komposisi dari vitamin ini, alasannya ini rahasia
produksi karena hasil racikan dokter. Sebagian teman perduli (akan komposisi
itu sendiri), dan sebagian lagi sebodo amat yang penting hasilnya terjamin (dan
langsung pesan!). Beberapa minggu kemudian, di grup ramai lagi akan testimoni
dari emak-emak yang anaknya sudah mulai banyak makan dan (tentu saja)
timbangannya naik pesat! Hoho... Then, I
said “waahhh... ikut senang yang anak-anaknya sudah mulai nafsu makan (kiss) (kiss) (kiss)”. Kemudian salah
satu temen ikut nyaranin juga agar supaya anak saya ikut mengkonsumsi, and I just answer “Oh, iya. Kapan-kapan
aja kalau anak aku udah mulai ngga nafsu makan. Setelah sapih ini, anak aku
lagi nafsu makan”. After that moment,
salah satu temen chat aku. Menanyakan apakah anak aku ikut mengkonsumsi vitamin
yang dijual di grup, apa ngga. Dia pengen beli vitaminnya, tapi ragu karena si
penjual tidak memberikan komposisi. Mengapa demikian? Dia sangat kuatir akan
sebuah berita, ada tetangga nya yang divonis sakit ginjal karena mengkonsumsi
vitamin (racikan) dari usia balita sampai SD. Orangnya memang sangat khawatiran
kalau sudah berurusan dengan anak. (wajar,lah, ya. Namanya juga emak ke anak) Dia
curhat, kalau anaknya kurang nafsu makan, -tetep makan, tapi ngga banyak- yang
pastinya bikin anaknya makin kesini makin kelihatan kurus. Kadang suka kesel
sendiri kenapa anaknya kurang nafsu makan. Terus ya, paling gak suka kalau
anaknya dibilang kurus sama orang lain. Itu bikin emaknya sedikit down dan meraya payah. Makanya, aslinya
dia pengen banget ngasih vitamin itu ke anaknya, tapi sangat ketakutan yang
berlebihan akan efek dimasa depan.
So, adakah mommies yang memiliki pengalaman
seperti diatas? Ingin memberikan sesuatu tetapi selalu kuatir akan efek di masa
depan. Sepertinya, banyak. Ehe.
Mommies boleh kuatir sama anak (eh, pasti, dong,
kalau itu), ya namanya juga perasaan emak ke anak, ya. Itu masih hal yang
sangat wajar terjadi. Tapi, apabila terlalu terforsir oleh pikiran/perasaan
dengan rasa kuatir juga ngga baik. Waktu yang seharusnya dipakai untuk hal-hal
yang lebih bermafaat akan habis mikirin kekuatiran (yang belum tentu terjadi).
Jatuhnya, mommies akan merasa diri payah, merasa diri ngga puas terhadap anak,
ngga bersyukur dengan apa adanya anak, karena banyak kekuatiran yang
bertabrakan dengan keinginan. Ingin hati anak begitu, dengan harapan besar anak
bisa begini begitu, tapi apa daya, rasa kuatir ini membunuhku (lebaynya, sih,
begitu. Hahahhhahah). Jadi, apabila ada mommies yang memiliki rasa kuatir
seperti diatas, harus bagaimana, dong? Owkayyy... Yang paling pertama, apabila mommies dilanda kekhawatiran yang
begitu mengganggu pikiran, mommies bisa sharing ke teman yang menurut mommies
dia lebih berpengalaman dalam bidang tersebut. Setidaknya, dia bisa memberikan
informasi yang sudah didapat, apakah kekhawatiran selama ini sangat wajar atau
ngga wajar sama sekali. Ya, intinya banyak sharing
sana-sini aja. Dengan begitu, mommies akan tahu pengalaman dari masing-masing
orang. Dan mommies bisa mengambil kesimpulan sendiri. Oke? Oke! “yaaah... tapi
aku gak punya temen yang bisa diajak sharing ☹” Hei, moms! C’mon! Hari gini udah teramat banyak forum
online khusus emak-emak. So, mommies bisa berinteraksi tanpa ketahuan
identitas, tanpa harus merasa malu, dll. Ayo, manfaatkan kecanggihan tekholnogi
jaman sekarang!
Kemudian yang kedua, mommies bisa menggunakan Google untuk mencari informasi yang
relevan. Bisa dengan membaca blog, dari satu blog ke blog lainnya, atau membaca
artikel yang disertai dengan teori. Bagi sebagian mommies yang sangat teoritis,
kehadiran teori akan sesuatu yang harus dilakukan itu sangat penting. Ya,
karena teori lahir dari sebuah penelitian. Jadi harus pilih yang mana, nih?
Blog berdasarkan pengalaman, atau teori yang berdasarkan penelitian? Ya
tergantung dari keadaan mommies dan anak. Kalau blog, biasanya di share berdasarkan pengalaman, tentunya berbeda-beda
pengalaman. Bisa sesuai dengan teori, bisa juga sangat bertolak belakan dengan
teori. Kalau mommies suka, atau ada salah satu blog yang keadaannya sesuai
dengan masalah yang sedang dihadapi, mommies bisa mengambil beberapa pelajaran
dari blog tersebut. Boleh mommies coba, dan lihat hasilnya. Asalkan mommies
terbebas dari perasaan kuatir. Dan kalau berdasarkan teori, mommies harus
memperhatikan dulu keadaan anak. Apakah, jika teori tersebut sesuai atau tidak
dengan keadaan anak. Jangan pernah memaksakan keadaan jika memang tidak sesuai
dengan teori. Tapi, kalau mommies suka dengan teorinya, dan keadaan sangat
mendukung, waahhh, kalau itu, sih, boleh dicoba banget. Yang penting anak
senang, mommies tenang. Yang ketiga,
berusahan positive thingking. Saat pikiran dipenuhi rasa
kuatir yang berujung pada memikirikan hal-hal yang negatif, tetap relax dan berusaha agar selalu
berpikiran positif. Karena berpikiran negatif hanya membuang-buang waktu dan
benar-benar membuat pikiran jadi sempit. Apabila mommies merupakan salah satu
orang yang sering mendahulukan pemikiran negatif daripada positif, cobalah
sekali-kali berusaha keras untuk mengambil sisi positifnya terlebih dahulu. Menurut
saya, berpikiran negatif hanya menyiksa diri sendiri dengan pemikirannya yang
sering tidak masuk akal. Salah-salah, pemikiran mommies itu bisa membahayakan
orang lain. So, berhati-hatilah dalam berpikir, ya, mommies.
Haha.... Panjang sekali
hanya bahas mengurangi rasa kuatir saja. Dari vitamin anak, jadi ngalor-ngidul
ke rasa kuatir berlebihan. Ya, saran diatas hanya sekedar saran ala kadarnya
dari saya. Apabila mommies memiliki cara lain dalam mengatasi rasa kuatir, bisa
di share, lho, ya. Akan sangat
berterima kasih sekali apabila mommies bisa ikut memberikan saran. Karena saran
saya diatas masih banyak kurangnya. Dan pasti mommies diluar sana sangat pintar
mengatasi rasa kuatirnya 😊
Back to vitamin. Kalau
saya pribadi, ya, saya tidak akan memberikan anak saya vitamin penambah nafsu
makan, selama si anak tidak membutuhkan. Jadi, kapan, dong, si anak membutuhkan
vitamin penambah nafsu makan? Saya akan memberikan vitamin/suplemen penambah
nafsu makan apabila anak saya sakit, atau memang disarankan oleh dokter. Itupun
bukan konsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Si anak pola makannya baik,
masih mau ngemil, masih mau makan sayur dan buah-buahan, sehari-hari sangat
aktif bermain (tidak lemah, letih, lesu), sangat kooperatif saat di ajak
melakukan kegiatan lainnya oleh orangtua. Jadi, kenapa anak harus diberikan
multivitamin? “tapi kan, berat badannya segitu-segitu aja, ngga naik dan
cenderung kurus”. Lho, ya, ngga apa-apa. Ada anak yang memang pada masanya dia
makan sedikit; ada anak yang memang terlahir dengan badan kurus meskipun orang
tuanya berbadan besar; ada anak yang memang terlahir dengan badan sekel
meskipun orangtuanya berbadan kurus; ada anak yang banyak makan tapi berat
badannya ngga naik; ada anak yang kadang memiliki nafsu makan bagus, kadang
buruk; ada anak yang kalau makan dirumah sedikit, tapi kalau di mall/resto,
makannya sangat lahap; ada anak yang kelihatannya kurus, tapi kalau digendong
aslinya berat. Ada lagi? Hehehhe... Jadi, mommies, satu teori saja sebetulnya
ngga cukup menghadapi karakter setiap anak. Cobalah mengenali karakter anak
sendiri, dari mulai apa yang dia suka dan yang ngga dia suka; dari kebiasaannya
sehari-hari; kemudian, hal unik apa yang ada dalam diri si anak sehingga hal
itu yang membedakan dia dari anak-anak lainnya, jangan hanya terpaku akan
teori. Apalagi mengikuti sesuatu yang sedang hits di kalangan para mommies,
sehingga ada saja mommies yang memaksa keadaan anak agar kelihatan mengikuti
sesuatu yang sedang hits, biar dibilang anak kekinian. Padahal aslinya, bisa
saja si anak merasa tertekan dengan hal yang tidak sesuai dengan karakter
aslinya. Dan tidak semua anak mampu menunjukan aksi menolak, atau hanya sekedar
bilang tidak mau. Tapi semuanya, tetap kembali pada keputusan orangtua
masing-masing. Setiap orang tua pasti memiliki alasan tersendiri mengapa begini
mengapa begitu, yang pasti semua dilakukan untuk kebaikan anaknya. Semua berharap
yang terbaik bagi anaknya.
Ih, ya ampun, ini
bahasannya udah ngalor-ngidul kemana aja >.< maapkeun saya, ya, mommies. Hihihi....
Semoga curhatan emak
anak satu ini bisa bermanfaat. Sungguhlah, emak yang satu ini masih banyak
kekurangannya. Sangat jauh dari kata sempurna, apalagi sebagai seorang ibu. Tapi,
akan selalu-selalu berusaha menjadi ibu, kakak, teman terbaik untuk anak-anaku.
Silakan memberikan
komentar dengan baik apabila ada kata-kata saya yang tidak sopan atau
menyinggung. Terimakasih.