Minggu, 09 Juni 2013

MERAWAT TALI PUSAT



https://ratnaeka271.wordpress.com/2014/05/08/perawatan-tali-pusat/

A.     Mengikat tali pusat
Setelah plasenta lahir dan kondisi ibu dinilai sudah  stabil maka lakukan pengikatan punting tali pusat atau jepit dengtan klem plastic tali pusat.
1.      Celupkan tangan (masih menggunakan sarung tangan) kedalam larutan klorin 0,5 % untuk membersihkan darah dan sekresi lainnya.
2.      Bilas tangan dengan air DTT.
3.      Keringkan tangan tersebut menggunakan handuk atau kain bersih dan kering.
4.      Ikat punting tali pusat sekitar 1 cm dinding perut bayi (pusat) gunakan benang atau klem plastic, penjipit tali pusat DTT/ steril. Kunci ikatan tali pusat dengan simpul mati atau kuncikan penjepit tali pusat.
5.      Jika pengikatan dilakukan dengan benang tali pusat, lingkarkan benang disekeliling puntung tali pusat dan ikat untuk kedua kalinya dengan simpul mati dibagian yang berlawanan.
6.      Lepaskan klen penjepit tali pusat dan letakkan didalam larutan klorin 0,5%.
7.      Selimuti kembali tubuh dan kepala bayi dengan kain bersih dan kering.
B.     Nasehat untuk merawa tali pusat
1.      Jangan membungkus puntung tali pusat atau perut bayi atau mengoleskan cairan atau bahkan apapun kepuntung tali pusat.
2.      Nasehati hal yang sama bagi ibu dan keluarganya.
3.      Mengoleskan alcohol atau betadin (terutama jika pemotong tali pusat tidak terjamin DTT atau steril). Masih diperkenankan tetapi tidak dikompreskan karena menyebabkan tali pusat basah atau lembab.
4.      Berikan nasehat pada  ibu dan keluarga sebelum meninggalkan bayi:
a.       Lipat popok dibawah puntung tali pusat.
b.      Jika puntung tali pusat kotor, bersihkan (hati-hati) dengan air DTT dan sabun dan segera keringkan secara seksama dengan menggunakan kain bersih.
c.       Jelaskan pada ibu bahwa ia harus dan mencari bantuan jika pusat menjadi merah, bernanah, atau berdarah atau berbau.
d.      Jika pangkal tali pusat (pusat bayi) menjadi merah, mengeluarkan nanah atau darah, segera rujuk bayi ke fasilitas yang dilengkapi perawatan bayi baru lahir.

PERDARAHAN ANTEPARTUM



https://www.healthandholidays.com/blog/what-is-postpartum-hemorrhage/

Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi pada trimester III dan berkaitan dengan kehamilan.
Perdarahan antepartum terbagi menjadi empat macam, yaitu sebagai berikut.
a.       Plasenta previa, yaitu:
Implantasi plasenta di bagian bawah sehingga dapat menutupi osteum uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan SBR.
b.      Solusio plasenta, yaitu:
Perdarahan yang terjadi karena lepasnya plasenta sebelum waktunya pada implantasi normal.
c.       Pecahnya sinus marginalis, yaitu:
Perdarahan yang terjadi dari sinus marginalis saat inpartu atau pembentukan SBR.
d.      Perdarahan vasa previa, yaitu:
Perdarahan yang terjadi segera setelah ketuban pecah karena pecahnya pembuluh darah yang berasal dari insersio filamentosa dan melintasi pembukaan.


Manuaba, Ida Bagus Gde. 2003. Penuntun Kepaniteraan Klinik Obstetri dan Ginekologi. Penerbit : EGC. Jakarta.

Jumat, 07 Juni 2013

PERAWATAN PASCAPARTUM





       I.            TINJAUAN
A.     Konsep-konsep Esensial
1.      Perawatan pascapartum mengacu pada pelayanan medis dan keperawatan yang diberikan kepada wanita selama nifas, yakni periode 6 minggu setelah kelahiran, dimulai dari akhir persalinan dan berakhir dengan kembalinya organ-organ reproduktif ke keadaan sebelum hamil.
2.      Periode ini merupakan penyesuaian fisik dan psikologis terhadap proses kelahiran dan kadang-kadang disebu sebagai trimester ke empat kehamilan.
3.      Selama periode ini, uterus mengalami involusi-perubahan progresif uterus setelah kelahiran, mengantar kembali uterus ke ukuran dan kondisi yang mendekati sebelum kehamilan.
4.      Satu aspek perawatan pascapartum yang biasanya mengalami kerugian karena tren pemulangan cepat adalah dukungan dalam menyusui ASI.

B.     Tujuan Perawatan Pascapartum
1.      Meningkatkan involusi uterus normal dan kembali ke keadaan sebelum hamil.
2.      Mencegah atau meminimalkan komplikasi pascapartum.
3.      Meningkatkan kenyamanan dan penyembuhan pelvik, jaringan perianal, dan perineal.
4.      Membantu pemulihan fungsi tubuh normal.
5.      Meningkatkan pemahaman terhadap perubahan-perubahan fisiologis dan psikologis.
6.      Memfasilitasi perawatan bayi baru lahir dan perawatan mandiri oleh ibu baru.
7.      Meningkatkan keberhasilan integrasi bayi baru lahir ke dalam unit keluarga.
8.      Menyokong keterampilan peran orang tua dan pelekatan orang tua bayi.
9.      Menyiapkan perencanaan pulang yang efektif, termasuk rujukan yang tepat perawatan lanjutan di rumah. (Penyuluhan Klien dan Keluarga 10-1 menjelaskan tanda dan gejala peringatan pascapartum yang harus diperhatikan untuk dilaporkan pada dokter).

PENYULUHAN KLIEN DAN KELUARGA 10-1  
TANDA DAN GEJALA BAHAYA PASCAPARTUM UNTUK DILAPORKAN KE DOKTER
·        Peningkatan perdarahan, bekuan darah, atau keluaran jaringan
·        Perdarahan pervaginam merah terang setiap waktu setelah kelahiran
·        Nyeri lebih berat dari yang seharusnya
·        Merasa kandung kemih penuh disertai ketidakmampuan untuk berkemih
·        Pembesaran hematoma
·        Perasaan gelisah disertai dengan kulit yang pucat, dingin dan lembab; denyut jantung cepat; pusing, dan gangguan penglihatan
·        Nyeri, kemerahan dan hangat disertai area yang keras pada betis
·        Sulit bernapas, denyut jantung cepat, nyeri dada, batuk, perawaan gelisah, pucat, dingin atau warna kulit biru.

C.     Faktor-faktor yang Memengaruhi Pengalaman Pascapartum
1.      Sifat persalinan dan kelahiran, serta tujuan kelahiran
2.      Persiapan persalinan, kelahiran, dan peran menjadi orang tua
3.      Transisi menjadi orang tua yang mendadak
4.      Pengalaman keluarga secara individual atau bersama terhadap kelahiran anak dan membesarkan anak
5.      Harapan peran anggota keluarga
6.      Kepekaan dan efekivitas asuhan keperawatan dan perawatan professional lainnya.
7.      Faktor-faktor risiko pada komplikasi pascapartum; factor-faktor risiko tersebut meliputi:
a.       Preeklamsia atau eklamsia
b.      Diabetes
c.       Masalah jantung
d.      Distensi uterus yang berlebihan (sebagai akibat kelahiran multiple atau hidramnion)
e.       Solusio plasenta atau plasenta previa
f.        Persalinan presipitatus atau persalinan lama, kesulitan melahirkan, atau lamanya waktu yang digunakan pada penyangga kaki.

    II.            PERUBAHAN BIOFISIK PASCAPARTUM
A.     Perubahan Sistem Reproduktif
1.      Uterus
Uterus berkontraksi dengan kuat setelah kelahiran bayi, ukurannya mengecil lebih dari setengahnya. Uterus akan tetap sama ukurannya sampai sekitar 2 hari, kemudian berkurang (involusi) dan turun sekitar satu ruas jari per hari.
a.       Pada 10 sampai 14 hari pascapartum, uterus tidak dapat dipalpasi di abdomen. Uterus kembali mendekati ukuran sebelum hamil dalam 4 sampai 6 minggu pascapartum. Tempat pelekatan plasenta membutuhkan 6 sampai 7 minggu untuk sembuh; regenerasi endometrium memerlukan waktu 6 minggu.
b.      Lokia, keluaran dari uterus selama 3 minggu pertama setelah kelahiran terjadi dalam tiga tipe.
1)      Lokia rubra, adalah keluaran berwarna merah gelap terjadi pada 2 sampai 3 hari pertama. Lokia ini mengandung sel-sel epitel, eritrosit, leukosit, dan desidua serta memiliki bau karakteristik manusia.
2)      Lokia serosa, adalah keluaran merah muda sampai kecokelatan, terjadi dari 3 sampai 10 hari setelah kelahiran. Ini adalah keluaran serosanguineous yang mengandung desidua, eritrosit, leukosit, lender serviks, dan mikroorganisme. Lokia serosa memiliki bau yang keras.
3)      Lokia alba adalah keluaran yang hamper tidak berwarna sampai krem kekuningan, terjadi dari 10 hari sampai 3 minggu setelah kelahiran. Keluaran ini mengandung leukosit, desidua, sel-sel epitel, lemak, lendir serviks, Kristal kolesterol dan bakteri. Lokia alba seharusnya tidak berbau.

2.      Serviks
Serviks menjadi lebih tebal dan lebih keras; pada ahir minggu pertama pascapartum, serviks masih akan berdilatasi sekitar 1 cm. involusi serviks yang lengkap bias berlangsung 3 sampai 4 bulan. Kelahiran anak bisa mengakibatkan perubahan permanen pada ostium serviks dari bulat menjadi memanjang.

3.      Vagina
Vagina halus dan membengkak, dengan tonus yang buruk setelah kelahiran. Rugae tampak kembali dalam 3 sampai 4 minggu pascapartum. Indeks estrogen kembali dalam 6 sampai 10 minggu.

4.      Perineum
Perineum tampak edema dan memar setelah melahirkan; bisa ditemukan episiotomy atau laserasi.

5.      Abdomen
Abdomen tetap lunak dan mengendur selama beberapa waktu setelah melahirkan. Striae tetap, tetapi putih perak. Diastasis rekti (pemisahan

6.      Payudara
Perubahan payudara meliputi hal berikut ini:
a.       Terjadi penurunan cepat kadar estrogen dan progesterone, dengan peningkatan sekresi prolactin setelah melahirkan.
b.      Kolostrum sudah ada pada waktu melahirkan; ASI diproduksi pada hari ketuga atau keempat pascapartum.
c.       Payudara lebih besar dan lebih keras terjadi karena laktasi (pembengkakan primer). Kongesti berkurang dalam 1 atau 2 hari.
d.      Di dalam payudara, prolaktin menstimulasi sel-sel alveolar untuk menghasilkan susu. Pengisapan oleh bayi bayi baru lahir memicu pelepasan oksitosin dan kontraktilitas sel-sel mioepitelial, yang menstimulasi aliran susu; ini dikenal sebagai reflex let-down. Jumlah rata-rata ASI yang dihasilkan 24 jam meningkat sejalan dengan waktu.
1)      Minggu pertama −6 sampai 10 ons
2)      1 sampai 4 minggu  −20 ons
3)      Setelah 4 minggu −30 ons

B.     Perubahan Sistem Endokrin
1.      Kadar estrogen dan progesterone menurun dengan cepat setelah melahirkan. Penurunan estrogen dan progesterone plasenta yang cepat setelah melahirkan bertanggung jawab terhadap banyak perubahan anatomi dan fisiologi selama nifas.
2.      Ovulasi dan dimulainya kembali menstruasi dipengaruhi oleh apakah klien menyusui ASI atau tidak.
a.       Empat puluh lima persen para wanita yang menyusui mulai kembali menstruasi dalam 12 minggu, 80% memiliki satu lebih siklus anovulatori sebelum ovulasi pertama.
b.      Empat puluh persen wanita yang tidak menyusui ASI memulai kembali menstruasi dalam 6 minggu setelah melahirkan; 65% dalam 12 minggu; dan 90% dalam 24 minggu. Lima puluh % berovulasi selama siklus yang pertama.
3.      Kebutuhan akan istirahat dan tidur meningkat secara signifikan.

C.     Perubahan Sistem Kardiovaskular
1.      Bradikardi sementara (50 sampai 70 kali permenit) terjadi selama 24 sampai 48 jam setelah melahirkan dan bisa berlanjut hingga 6 sampai 8 hari.
2.      Volume darah menurun ke kadar sebelum hamil pada 4 minggu setelah melahirkan.
3.      Hematocrit meningkat pada hari ke-3 sampai ke-7 pascapartum.
4.      Leukositosis (20.000 sampai 30.000 sel-sel darah putih per mm3) berlanju untuk beberapa hari setelah melahirkan.
5.      Tekanan darah tetap stabil dan nadi frekuensinya kembali seperti sebelum hamil dalam 3 bulan pascapartum.

D.    Perubahan Sistem Imun
1.      Sedikit peningkatan suhu tubuh ibu bisa terjadi tanpa penyebab yang nyata setelah kelahiran. Namun demikian, suhu ibu seharusnya tetap dalam batas normal.
2.      Setiap ibu yang suhunya mencapai 38oC (100,4oF) dalam periode 24 jam dua kali berturut-turut selama 10 hari pertama pascapartum, tidak termasuk 24 jam pertama, dianggap demam.

E.     Perubahan Sistem Pernapasan
Fungsi pulmonar kembali ke status sebelum hamil dalam 6 bulan setelah melahirkan.

F.      Perubahan Sistem Renal dan Perkemihan
1.      Distensi berlbeihan pada kandung kemih adalah hal yang umum terjadi karena peningkatan kapasitas kandung kemih, pembengkakan, memar jaringan di sekitar uretra, dan hilangnya sensasi terhadap tekanan yang meningkat.
a.       Kandung kemuh yang penuh menggeser uterus dan dapat menyebabkan perdarahan pascapartum; distensi kandung kemih dapat menyebabakan retensi urine.
b.      Pengososngan kandung kemih yang adekuat umumnya kembali dalam 5 sampai 7 hari setelah terjadi pemulihan jaringan yang bengkak dan memar.
2.      Laju filtrasi glomelurus (GFR) tetap meningkat selama kira-kira 7 hari setelah melahirkan.
3.      Ureter yang berdilatasi dan pelvis renal kembali ke keadaan sebelum hamil dalam 6 sampai 10 minggu setelah melahirkan.
4.      Diaphoresis puerperalis dan diuresis terjadi dalam 24  jam pertama setelah melahirkan.

G.    Perubahan Sistem Gastrointestinal
1.      Lapar dan haus merupakan hal yang umum terjadi setalah melahirkan.
2.      Motilitas dan tonus gastrointestinal kemabli ke keadaan sebelum hamil dalam 2 minggu setelah melahirkan.
3.      Konstipasi umumnya terjadi selama periode pascapartum awal karena penurunan tonus otot usus, rasa tidak nyaman pada perineum, dan kecemasan.
4.      Klien dapat kembali ke berat badannya sebelum hamil dalam 6 sampai 8 minggu jika pertambahan berat badannya selama kehamilan dalam kisaran normal.
5.      Hemoroid merupakan masalah yang umum dalam periode pascapartum awal karena tekanan pada dasar panggul dan mengejan selama persalinan.

H.    Perubahan Sistem Muskuloskeletal
1.      Sebagian besar wanita melakukan ambulasi 4 sampai 8 jam setelah melahirkan, ambulasi dini dianjurkan untuk menghindari komplikasi, meningkatkan involusi, dan meningkatkan cara pandang emosional.
2.      Relaksasi dan peningkatan mobilitas artikulasio pelvik terjadi dalam 6 sampai 8 minggu setelah melahirkan.
I.       Perubahan Sistem Integumen
1.      Melanin menurun secara bertahap setelah melahirkan, menyebabkan penurunan hiperpigmentasi (namun demikian, warnanya tidak akan kembali ke status sebelum hamil).
2.      Perubahan vascular kehamilan yang tampak akan hilang dengan penurunan kadar estrogen.

 III.            ADAPTASI PSIKOSOSIAL PASCAPARTUM
A.     Konsep-konsep Esensial
1.      Periode pascapartum menggambarkan suatu waktu stress emosional bagi ibu baru, menjadi lebih sulit dengan perubahan fisiologis besar yang terjadi.
2.      Faktor-faktor yang memengaruhi keberhasilan transisi ke peran menjadi orang tua selama periode pascapartum meliputi:
a.       Respons dan dukungan keluarga dan teman
b.      Hubungan pengalaman kelahiran dengan harapan dan aspirasi
c.       Pengalaman melahirkan dan membesarkan anak sebelumnya
d.      Pengaruh budaya
3.      Rubbin (1997) menjelaskan periode ini terjadi dalam tiga tahap taking-in, taking-hold, letting-go.
B.     Periode Taking-in
1.      Selama periode ini, yang terjadi 1 sampai 2 hari setelah melahirkan, ibu baru biasanya bersifat pasif dan bergantung; energy difokusan pada perhatian ke tubuhnya.
2.      Ia akan sering mengulang kembali pengalaman persalinan dan melahirkannya.
3.      Tidur yang tidak terganggu adalah penting jika si ibu ingn menghindari efek gangguan kurang tidur, yang meliputi leih, iritabilitas, dan gangguan dalam proses pemulihan normal.
4.      Nutrisi tambahan mungkin diperlukan karena selerea majan ibu biasanya meningkat, selera makan yang buruk merupakan tanda bahwa proses pemulihan tidak berjalan dengan normal.

C.     Periode Taking-hold
1.      Selama periode ini, yang berlangsung 2 sampai 4 hari setelah melahirkan, si ibu menaruh perhatian pada kemampuannya untuk menjadi orang tua yang berhasil dan menerima peningkatan tanggung jawab terhadap bayinya.
2.      Ibu berfokus pada pengembalian control terhadap fungsi tubuhnya, fungsi usus dan kandung kemih, kekuatan, dan daya tahan.
3.      Ibu berusaha untuk terampil dalam perawatan bayi baru lahir (misalnya, memeluk, menyusui ASI atau dengan botol, memandikan dan mengganti popok). Ia mungkin peka terhadap perasaan-perasaan tidak mampu dan mungkin cenderung atau tertutup. Perawat seharusnya memperhatikan hal ini sewaktu memberikan instruksi dan dukungan emosi.

D.     Periode Letting-go
1.      Banyak ibu mengalami perasaan “kekecewaan” setelah melahirkan berhubungan dengan hebatnya pengalaman melahirkan dan keraguan akan kemampuan untuk mengatasi kenutuhan membesarkan anak secara efektif.
2.      Biasanya, depresi ini ringan dan sementara, yang dimulai 2 sampai 3 hari setelah melahirkan dan selesai salam 1 sampai 2 minggu.
3.      Jarang terjadi, secara relatif depresi ringan dapat mengarah kepada psikosis pascapartum, kondisi patologis.

Referensi :
Stright, Barbara. 2004. Panduan Belajar: Keperawayan ibu-bayi baru lahir. Penerbit : EGC. Jakarta

Greek Mythology (Curcol Edition*)

Hae, Guys... Did you ever heard about Greek Mythology before? To be honest, I’m never heard it before. Till someone that I follo...