Senin, 29 April 2013

KONSEP INVOLUSI UTERI


http://docplayer.info/57585352-Ii-definisi-involusi-uteri.html

https://delimachoirotulmaulidiya.wordpress.com/2013/10/24/32/



1.    Pengertian Involusi Uteri
Involusi uteri adalah perubahan retrogreaf pada uterus yang menyebabkan berkurangnya ukuran uterus, involusi puerperium dibatasi pada uterus dan apa yang terjadi pada organ dan struktur lain hanya dianggap sebagai perubahan puerperium. (Varney’s, 2004)
Involusi atau pengerutan uterus merupaka suatu proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot  polos uterus. (Ambarwati dan Wulandari, 2008)
Involusi uteri adalah mengecilnya kembali rahim setelah persalinan kembali ke bentuk asal. (Ramali, 2003)
2.    Fisiologi Involusi Uteri
Involusi uteri melibatkan reorganisasi dan penanggalan deci dua/endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah lochea.
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

a.    Iskemia Miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat otot atrofi.
b.    Autolysis
Autolysis merupakan proses peghancuran diri sendiri yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan lima kali lebar dari semula selama kehamilan atau dapat juga dikatakan sebagai pengrusak secara langsung jaringan hipertropi yang berlebihan, hal ini disebabkan karena penurunan hormone estrogen dan progesteron.
c.    Efek Oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi perdarahan. (Varney’s, 2003).
Penurunan ukuran uterus yang cepat itu dicerminkan oleh perubahan lokasi uterus ketika turun keluar dari abdomen dan kembali menjadi organ pelviks. Segera setelah proses persalinan puncak fundus kira-kira dua pertiga hingga tiga perempat dari jalan atas diatara simfisis pubis dan umbilicus. Kemudian naik ke tingkat umbilicus dalam beberapa jam dan bertahan hingga satu dua hari dan kemudian secara berangsur-angsur turun ke pelviks yang secara abdominal tidak dapat terpalpasi di atas simfisis setelah sepuluh hari.
Perubahan uterus ini berhubungan erat dengan perubahan-perubahan pada miometrium. Pada miometrium terjadi perubahan-perubahan yang bersifat proteolisis. Hasil dari proses ini dialirkan melalui pembukuh getah bening.
Decidua tertinggal dalam uterus setelah separasi dan ekpulsi plasenta dan membrane yang terdiri dari lapisan zona spongiosa pada decidua basalis (tempat implantasi) dan decidua parietalis (lapisan sisa uterus). Decidua yang tersisa menyusun kembali menjadi dua lapisan sebagai hasil invasi leukosit yaitu :
1)    Suatu degenerasi nekrosis lapisan superficial yang terpakai lagi sebagai bagian dari pembuangan lochea dan lapisan dalam dekat miometrium.
2)    Lapisan yang terdiri dari sisa-sisa endometrium di lapisan basalis.
Endometrium akan diperbaharui oleh proliferasi epithelium endometrium. Regenerasi endometrium diselesaikan selama pertengahan atau akhir dari postpartum minggu ketiga kecuali di tempat implantasi plasenta.
Dengan involusi uterus ini, maka lapisan luar dari decidua yang mengelilingi situs placenta akan menjadi nekrotik. Decidua yang mati akan keluar bersama dengan sisa cairan, suatu campuran antara darah yang dinamakan lochia, yang biasanya berwarna merah muda atau putih pucat. Pengeluaran Lochea ini biasanya berakhir dalam waktu 3 sampai 6 minggu. (Varney, 2003).
Involusi
TFU
Berat Uterus
Bayi lahir
Uri lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
Setinggi pusat
2 jari di bawah pusat
Pertengahan pst sym
Tidak teraba di atas sym
Bertambah kecil
Sebesar normal
1000 gr
750 gr
500 gr
350 gr
50 p
30 p

3.    Faktor-faktor yang Mempengaruhi Involusi Uterus
a.    Laktasi
Rangsangan psikis merupakan refleks dari mata ibu ke otak, mengakibatkan oksitosin dihasilkan, sehingga ASI dapat dikeluarkan dan sebagai efek samping rahim menjadi semakin keras berkontraksi. Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah ke uterus. Ini membantu untuk mengurangi situs atau tempat implantasi palsenta serta mengurangi perdarahan.


b.    Mobilisasi Dini
Dengan mobilisasi dini kontraksi uterus akan baik sehingga fundus uteri keras, maka resiko perdarahan yang abnormal dapat dihindarkan, karena kontraksi membentuk penyempitan pembuluh darah yang terbuka.
c.    Gizi
Pada masa nifas dibutuhkan tambahan energi sebesar 500 Kkal perhari, kebutuhan tambahan energy ini adalah untuk menunjang proses kontraksi uterus pada proses involusi menuju normal. Kekurangan energi pada ibu nifas dapat menyebabkan proses kontraksi tidak maksimal, sehingga involusi uterus terus berjalan lambat. Status gizi masyarakat di pengaruhi oleh :
1)    Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi membawa dampak pada kecukupan asupan nutrisi harian. Selama ini masyarakat jarang memperhatikan tata cara pemenuhan gizi dilakukan secara tidak seimbang.
2)    Lingkungan
Kondisi lingkungan memberikan daya dukung kepada masyarakat untuk memenuhi gizi, sebagai contoh pemenuhan gizi pada daerah yang subur cenderung lebih baik dibandingkan pemenuhan gizi pada masyarakat yang memiliki lingkungan gersang. Selain kondisi lingkungan abiotik, kondisi lingkungan biotic atau masyarakat menyebabkan pola konsumsi antar masing-masing individu dalam masyarakat saling mempengaruhi.
3)    Kepercayaan
Kepercayaan masyarakat menyebabkan pemenuhan kebutuhan nutrisi ibu nifas menjadi terhambat, sebagai contoh munculnya kepercayaan berpantang makanan yang menyebabkan pemenuhan kebutuhan ibu nifas tidak seimbang, salah satunya adalah kebiasaan berpantang makanan yang mengandung protein tinggi dengan tujuan mempercepat proses penyembuhan luka perineum, padahal kebutuhan protein meningkat untuk mendukung proses proliferasi dalam penyembuhan luka.
4)    Sosial Budaya Masyarakat
Kondisi sosial budaya masyarakat kadang kala menghambat nutrisi bagi ibu nifas, misalnya masih dianutnya paham patriaki yaitu lebih mengutamakan pemenuhan bapak dibandingkan dengan pemenuhan kebutuhan ibu.
d.    Paritas
Oxytocin, estrogen dan prostaglandin bekerja sebagai simutan dalam memberikan rangasangan kuat myometrium umtuk berkontraksi sehigga menyebabkan runtuhnya sel-sel endometrium dan bercampur dengan sekresi cairan uterus yang dihasilkan oleh sel-sel kelenjar endometrium. Berlangsungnya proses kontraksi ritmik yang diikuti pengeluaran runtuhan sel-sel endometrium dan sekresi cairan uterus pasca partus menyebabkan pengeluaran lochea. Volume dan kondisi pori-pori pembuluh darah uterus nulipara lebih besar sehingga proses pengeluaran lochea lebih cepat dibandingkan primipara. Hasil penellitian mengungkapkan bahwa paritas ibu memengaruhi lamanya pengeluaran lochea, semakin tinggi paritas semakin cepat proses pengeluaran lochea. Akan tetapi karena kondisi otot rahim pada ibu bersalin multipara cenderung sudah tidak terlalu kuat maka proses involusi berjalan lebih lambat. (Cunigham, 2007).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Greek Mythology (Curcol Edition*)

Hae, Guys... Did you ever heard about Greek Mythology before? To be honest, I’m never heard it before. Till someone that I follo...