Senin, 29 April 2013

IVA TEST



http://www.klinikpelitasehat.com/index.php/post/detail/MTU=/Deteksi-Kangker-Serviks-dengan-IVA-Test

A.    Definisi

IVA adalah pemeriksaan skrining kanker serviks dengan cara inspeksi visual pada serviks dengan pemberian asam asetat. Setelah dilihat posisinya, leher rahim dipulas dengan asam asetat 3-5%, selama 1 menit. Pemberian ini tidak menyakitkan dan hasilnya langsung saat itu juga dapat disimpulkan Normal (Negatif), atau Positif (ada lesi pra-kanker). (dr. Daniel, diunduh tanggal 1 Mei 2012) http://www.tanyadokteranda.com/kesehatan/2011/11/iva-tes-langsung-deteksi-kanker-serviks/
Asam asetat atau dikenal dengan asam cuka berguna mendeteksi dini kanker serviks secara mudah dan murah. Metode ini sudah dikenalkan sejak 1925 oleh Hans Hinselman dari Jerman, tetapi baru diterapkan sekitar tahun 2005. Cara ini selain mudah dan murah, juga memiliki keakuratan sangat tinggi dalam mendeteksi lesi atau luka prakanker, yaitu mencapai 90 persen. Deteksi dini ini tidak harus dilakukan oleh dokter, tetapi bisa dipraktikkan oleh tenaga terlatih seperti bidan di puskesmas. Dan dalam waktu sekitar 60 detik sudah dapat dilihat jika ada kelainan, yaitu munculnya plak putih pada serviks. Plak putih ini bisa diwaspadai sebagai luka prakanker.

B.     Kelebihan Metode Skrining IVA Test

1.      Mudah, praktis dan sangat mampu laksana
2.      Butuh bahan dan alat yang sederhana dan murah
3.      Sensivitas dan spesifikasitas cukup tinggi
4.      Dapat dilaksanakan oleh tenaga kesehatan bukan dokter ginekologi, dapat dilakukan oleh bidan di setiap tempat pemeriksaan kesehatan ibu atau dilakukan oleh semua tenaga medis terlatih
5.      Alat-alat yang dibutuhkan dan Teknik pemeriksaan sangat sederhana
6.      Metode skrining IVA sesuai untuk pusat pelayanan sederhana.

C.    Syarat Melakukan Skrining IVA Test

1.      Sudah pernah melakukan hubungan seksual
2.      Tidak sedang datang bulan/haid
3.      Tidak sedang hamil
4.      24 jam sebelumnya tidak melakukan hubungan seksual


D.    Pelaksanaan Skrining IVA Test
Untuk melaksanakan skrining dengan metode IVA, dibutuhkan tempat dan alat sebagai berikut:
1.      Ruangan tertutup, karena pasien diperiksa dengan posisi litotomi
2.      Meja/tempat tidur periksa yang memungkinkan pasien berada pada posisi litotomi
3.      Terdapat sumber cahaya untuk melihat serviks
4.      Spekulum vagina
5.      Asam asetat (3-5%)
6.      Swab-lidi berkapas
7.      Sarung tangan

E.     Teknik IVA Test
Dengan spekulum melihat serviks yang dipulas dengan asam asetat 3-5%. Pada lesi prakanker akan menampilkan warna bercak putih yang disebut aceto white epithelum Dengan tampilnya porsio dan bercak putih dapat disimpulkan bahwa tes IVA positif, sebagai tindak lanjut dapat dilakukan biopsi. Andaikata penemuan tes IVA positif oleh bidan, maka di beberapa negara bidan tersebut dapat langsung melakukan terapi dengan cryosergury. Hal ini tentu mengandung kelemahan-kelemahan dalam menyingkirkan lesi invasif. (Febrina, diunduh tanggal 1 Mei 2012)
http://bidanshop.blogspot.com/2010/03/iva-test.html

F.     Kategori Pemeriksaan IVA Test
Ada beberapa kategori yang dapat dipergunakan, salah satu kategori yang dapat dipergunakan adalah:
1.      IVA negatif = Serviks normal
2.      IVA radang = Serviks dengan radang (servisitis), atau kelainan jinak lainnya (polip serviks)
3.      IVA positif = ditemukan bercak putih (aceto white epithelium). Kelompok ini yang menjadi sasaran temuan skrining kanker serviks dengan metode IVA karena temuan ini mengarah pada diagnosis Serviks-pra kanker (dispalsia ringan-sedang-berat atau kanker serviks in situ)
4.      IVA- Kanker serviks Pada tahap ini pun, untuk upaya penurunan temuan stadium kanker serviks, masih akan bermanfaat bagi penurunan kematian akibat kanker serviks bila ditemukan masih pada stadium invasif dini.
(Feronika, diunduh tanggal 1 Mei 2012)
http://obgynmag.blogspot.com/2011/01/pemeriksaan-iva-test-inspeksi-visual.html

KONSEP HEMOROID



https://www.m.webmd.boots.com/a-to-z-guides/ss/piles-slideshow

1.    Definisi
Hemoroid adalah pelebaran vena di dalam pleksus hemoroidalis yang tidak merupakan keadaan patologik, hanya apabila hemoroid ini menyebabkan keluhan atau penyulit, maka diperlukan tindakan. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Hemoroid normalnya terdapat pada individu sehat dan terdiri dari bantalan fibromuskular yangs angat bervaskularisasi yang melapisi saluran anus.
a.      Hemoroid dalam kehamilan
Banyak wanita hamil yang menderita hemoroid (ambeien, wasir) yang biasanya terjadi sekitar minggu ke-16 kehamilan. Hemoroid adalah pelebaran vena (pembuluh darah balik) di dinding usus besar (rectum) yang dapat menonjol ke luar anus. Hal ini disebabkan adanya pertumbuhan bayi yang akan meninggikan tekanan terhadap usus besar, sehingga mengganggu aliran balik peredaran darah ke jantung. Vena tersebut melebar untuk mengimbangi adanya peningkatan volume darah yang terbendung. Hemoroid ini biasanya akan menghilang setelah bayi lahir. (dr. Nina Irawati, 2003)
Hemoroid sering terjadi dalam kehamilan, dapat menyebabkan rasa tidak nyaman yang cukup berarti. Mengejan pada saat buang air besar sering menyebabkan hemoroid, terutama pada wanita-wanita yang rentan mengalami pelebaran pembuluh darah. Pengobatan simtomatis (preparat hemoroid) biasanya sudah cukup. (Benson R, 2008).
Selama kehamilan, sebagian wanita mengalami perdarahan yang keluar dari anus karena mereka cenderung memiliki masalah konstipasi dan adanya penekanan uterus terhadap vena di dalam anus dan rektum. (Bahiyatun, 2009)
Asuhan yang diberikan, lakukan anjuran dan nasihat untuk mengupayakan rasa nyaman berikut :
1)    Untuk meminimalkan pembentukan hemoroid, cegah konstipasi dengan meningkatkan serat dan minum air sebanyak mungkin. Mengurangi makanan lemak dan istirahat minimal satu jam sehari dengan meluruskan kaki.
2)    Istirahat dalam posisi miring, yang meningkatkan drainase pembuluh darah di bawah uterus. Tinggikan kaki tempat tidur untuk varises jenis apapun.
3)    Hindari berdiri atau duduk dalam waktu yang lama.
4)    Gunakan teknik mengangkat yang benar untuk menghindari mengejan.
5)    Lakukan latihan kegel.
6)    Ketika menggunakan toilet, jangan duduk atau mengejan untuk waktu yang lama dan letakkan pijakan di bawah kaki.
7)    Rendam duduk hangat dapat dilakukan 4-6x/hari selama 15-20 menit, kemudian 1 menit dalam air dingin (ulangi siklus 2-3x). Tepung jagung atau baking soda yang dimasukkan ke dalam air rendam duduk akan mengurangi gatal, atau tepung dapat digunakan sebagai bedak setelah mandi.
8)    Hindari makanan berbumbu yang dapat mengiritasi hemoroid.
9)    Anjuran nutrisi, coba untuk mengonsumsi vitamin B6 25 mg, setiap kali makan.
(Sinclair, 2009)
b.    Hemoroid dalam persalinan
Pada saat melahirkan, hemoroid dapat bertambah parah atau sebagian wanita mengalami hemoroid baru karena tekanan kepala janin saat dilahirkan dan upaya meneran ibu.
(Bahiyatun, 2009)
Pada proses melahirkan secara normal ketika anda mengejan, biasanya wasir ini akan membengkak dan nyeri.
(Suririnah, 2009)
Asuhan yang diberikan :
1)    Memasukkan hemoroid yang keluar dari rektum.
2)    Melakukan rendam duduk dalam air hangat.
3)    Meletakkan kantong es pada daerah anus.
4)    Berbaring miring,
5)    Minum air mineral dan anjurkan makanan yang berserat tinggi.
6)    Hindari konstipasi.
7)    Memberikan bat supositoria.
(Bahiyatun, 2009)
c.      Hemoroid dalam masa nifas
Jika tidak menderita hemoroid sebelum kehamilan, hemoroid akan hilang dalam beberapa minggu. Jika pasien telah menderita hemoroid sebelum kehamilan, kondisi ini akan sedikit bertambah baik dalam beberapa minggu tetapi tidak akan hilang. (Bahiyatun, 2009)
Pasca melahirkan, ibu sering mengalami konstipasi. Hal ini disebabkan tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, kurang makan, dehidrasi, hemoroid ataupun laserasi jalan lahir. Sistem pencernaan pada masa nifas membutuhkan waktu untuk kembali normal.
Asuhan yang diberikan sebagai berikut :
1)    Menganjurkan makanan yang mengandung serat
2)    Pemberian cairan yang cukup
3)    Berikan penyuluhan tentang senam nifas dan latihan kegel
4)    Beri pengetahuan tentang pola eliminasi pasca melahirkan
5)    Pengetahuan tentang perawatan luka jalan lahir
(Anonim, 2010)
2.    Klasifikasi
Hemoroid diklasifikasikan menjadi dua, yaitu hemoroid eksterna dan hemoroid interna.
a.    Hemoroid eksterna merupakan pelebaran dan penonjolan pleksus hemoroidalis inferior, terdapat di sebelah distal garis mukokutan di dalam jaringan di bawah epitel anus.
b.    Hemoroid interna adalah kondisi dimana pleksus hemoroidalis superior di atas garis mukutan dan ditutupi oleh mukosa. Hemoroid interna ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan sub mukosa pada rectum sebelah bawah.
Hemoroid interna terdapat pada tiga posisi primer, yaitu kanan depan (jam 11), kanan belakang (jam 7) dan lateral kiri (jam 3), yang oleh miles disebut “three Primary Haemoroidal Areas”. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara ketiga letak primer tersebut dan kadang juga sirkuler (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675).
Hemoroid interna dibagi menjadi menjadi 4 derajat yaitu :
a.      Derajat I
·      Terdapat perdarahan merah segar pada rectum pasca defekasi
·      Tanpa disertai rasa nyeri
·      Tidak terdapat prolaps
·      Pada pemeriksaan anoskopi terlihat permulaan dari benjolan hemoroid yang menonjol ke dalam lumen.
b.      Derajat II
·      Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
·      Terdapat prolaps hemoroid yang dapat masuk sendiri (reposisi spontan)
c.      Derajat III
·      Terdapat perdarahan/tanpa perdarahan sesudah defekasi
·      Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat masuk sendiri jadi harus di dorong dengan jari (reposisi manual)
d.      Derajat IV
·      Terdapat perdarahan sesudah defekasi
·      Terjadi prolaps hemoroid yang tidak dapat didorong masuk (meskipun sudah direposisi akan keluar lagi)
 (Silvia A, 2005 :467)
Tabel 1.1
Derajat Hemoroid Interna
Derajat
Berdarah
Prolaps
Reposisi
I
(+)
(-)
(-)
II
(+)
(+)
Spontan
III
(+)
(+)
Manual
IV
(+)
(+)
Tetap Irreponibel
(Sjamsuhidajat, 2 : 672-675)

3.    Etiologi
Penyebab hemoroid tidak diketahui, konstipasi kronis dan mengejan saat defekasi mungkin penting. Mengejan menyebabkan pembesaran dan prolapsus sekunder bantalan pembuluh darah hemoroidalis. Jika mengejan terus menerus, pembuluh darah menjadi berdilatasi secara progresif dan jaringan sub mukosa kehilangan perlekatan normalnya dengan sfingter internal di bawahnya, yang menyebabkan prolapsus hemoroid klasik dan berdarah. Selain itu faktor penyebab hemoroid yang lain yaitu : kehamilan, obesitas, diet rendah serat dan aliran balik vena. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
4.    Faktor Resiko
Faktor risiko hemoroid banyak sekali, sehingga sukar bagi kita untuk menentukan penyebab yang tepat bagi tiap kasus. Faktor risiko hemoroid yaitu :
a.    Keturunan
Dinding pembuluh darah yang lemah dan tipis.
b.    Anatomik
Vena daerah anorektal tidak mempunyai katup dan pleksus hemoroidalis kurang mendapat sokongan otot dan vasa sekitarnya.
c.    Umur
Pada umur tua timbul degenerasi dari seluruh jaringan tubuh, juga otot sfingter menjadi tipis dan atonis.
d.    Endokrin
Misalnya pada wanita hamil ada dilatasi vena ekstremitas dan anus (sekresi hormone relaksin).
e.    Mekanis
Semua keadaan yang mengakibatkan timbulnya tekanan yang menggigil dalam rongga perut, misalnya penderita hipertrofi prostat.
f.     Fisiologis
Bendungan pada peredaran darah portal, misalnya pada penderita dekompensasio kordis atau sirosis hepatis. (Werner Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
5.    Tanda dan Gejala
Pasien sering mengeluh menderita hemoroid atau “wasir” tanpa ada hubungannya dengan gejala rectum atau anus yang khusus. Nyeri yang hebat jarang sekali ada hubungannya dengan hemoroid interna dan hanya timbul pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis.
Perdarahan umumnya merupakan tanda pertama dari hemoroid interna akibat trauma oleh faeces, dapa hanya berupa garis pada faeces atau kertas pembersih sampai pada perdarahan yang terlihat menetes atau mewarnai air toilet menjadi merah. Walaupun berasal dari vena, darah yang keluar berwarna merah segar karena kaya akan zat asam. Perdarahan luas dan intensif di fleksus hemoroidalis menyebabkan darah di vena tetap merupakan “darah arteri”
Kadang perdarahan hemoroid yang berulang dapat berakibat timbulnya anemia berat. Hemoroid yang membesar secara perlahan-lahan akhirnya dapat menonjol keluar menyebabkan prolaps. Pada tahap awal, penonjolan ini hanya terjadi pada waktu defekasi dan di susul reduksi spontan setelah defekasi. Pada stadium yang lebih lanjut, hemoroid interna ini perlu di dorong kembali setelah defekasi agar masuk kembali ke dalam anus. Pada akhirnya hemoroid dapat berlanjut menjadi bentuk yang mengalami prolaps menetap. Iritasi kulit perianal dapat menimbulkan rasa gatal yang dikenal sebagai pruritus anus dan ini disebabkan oleh kelembaban yang terus menerus dan rangsangan mucus. Nyeri hanya timbul apabila terdapat thrombosis yang luas dengan oedem dan radang. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
6.    Pemeriksaan
Anamnesis harus dikaitkan dengan faktor obstipasi, defekasi yang keras, yang membutuhkan tekanan intraabdominal meninggi (mengejan), pasien sering duduk berjam-jam di WC, dan dapat disertai rasa nyeri bila terjadi peradangan. Pemeriksaan umum tidak boleh diabaikan karena keadaan ini dapat disebabkan oleh penyakit lain seperti sindrom hipertensi portal. Hemoroid eksterna dapat dilihat dengan ispeksi apalagi bila terjadi thrombosis. Apabila hemoroid interna mengalami prolaps, maka tonjolan yang ditutupi epitel penghasil musin akan dapat dilihat apabila penderita diminta mengejan. Pada pemeriksaan colok dubur hemoroid intern tidak dapat diraba sebab tekanan vena didalamnya tidak cukup tinggi, dan biasanya tidak nyeri. Colok dubur diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan karsinoma rektum. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
a.    Inspeksi
Pada inspeksi, hemoroid eksterna mudah terlihat apalagi sudah mengandung thrombus. Hemoroid unterna yang prolaps dapat terlihat sebagai benjolan yang tertutup mukosa. Untuk membuat prolaps dapat dengan menyuruh pasien untuk mengejan. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
b.    Rectal Toucher
Pada colok dubur, hemoroid interna biasanya tidak teraba dan juga tidak sakit. Dapat diraba bila sudah ada thrombus atau sudah ada fibrosis. Thrombus dan fibrosis pada perabaan padat dengan dasar yang lebar. (dr Marjadi H, 1998 : 232)
c.    Anoskopi
Dengan cara ini kita bisa melihat hemoroid interna. Penderita dalam posisi lithotomi. Anoskopi dengan penyumbatanya dimasukkan dalam anus sedalam mungkin, penyumbat diangkat dan penderita disuruh bernafas panjang. Benjolan hemoroid akan menonjol pada ujung anaskop. Bila perlu penderita suruh mengejan supaya benjolan dapat kelihatan sebesar-besarnya.
Pada anoskopi dapat dilihat warna selaput lendir yang merah meradang atau perdarahan, banyaknya benjolan, letaknya dan besarnya benjolan. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
d.    Proktosigmoidoskopi
Pemeriksaan ini perlu dilakukan untuk memastikan bahwa keluhan bukan disebabkan oleh proses radang atau proses keganasan di tingkat yang lebih tinggi (rektum/sigmoid), karena hemoroid merupakan keadaan fisiologik saja atau tanda yang menyertai. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
e.    Pemeriksaan FaeceS
Diperlukan untuk mengetahui adanya darah samar (occult bleeding)
7.    Diagnosa Banding
Perdarahan rektum merupkan manifestasi utama hemoroid interna yang juga terjadi pada :
d.    Karsinoma kolorektum
e.    Penyakit divertikel
f.     Polip
g.    Colitis ulserosa
Pemeriksaan sigmoidoskopi harus dilakukan. Foto barium klolon  dan kolonoskopi perlu dipilih secara selektif, bergantung pada keluhan dan gejala penderita. Prolaps rektum juga harus dibedakan dari prolaps mukosa akibat hemoroid interna. (Werner Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
8.    Komplikasi
Perdarahan akut pada umumnya jarang, hanya terjadi apabila yang pecah adalah pembuluh darah besar. Hemoroid dapat membentuk pintasan portal sistemik pada hipertensi portal, dan apabila hemoroid semacam ini mengalami perdarahan maka darah dapat sangat banyak. Yang lebih sering terjadi yaitu perdarahan kronis dan apbila berulang dapat menyebabkan anemia karena jumlah eritrosit yang diproduksi tidak bisa mengimbangi jumlah yang keluar. Anemia terjadi secara kronis, sehingga sering tidak menimbulkan keluhan pada penderita walaupun Hb sangat rendah karena adanya mekanisme adaptasi. Apabila hemoroid keluar, dan tidak dapat masuk lagi (inkarserata/terjepit) akan mudah terjadi infeksi yang dapat menyebabkan sepsis dan bisa mengakibatkan kematian.
9.    Penatalaksanaan
a.    Terapi
1)    Terapi obat-obatan (medikamentosa) / diet kebanyakan penderita hemoroid derajat kedua dapat di tolong dengan tindakan lokal sederhana disertai nasehat tentang makan. Makanan sebaiknya terdiri atas makanan berserat tinggi sayur dan buah-buahan. Makanan ini membuat gumpalan isi usus besar, namun lunak, sehingga mempermudah defekasi dan mengurangi keharusan mengejan berlebihan.
(dr Marjadi H, 1998 : 232)
Supositoria  dan salep anus diketahui tidak mempunyai efek yang bermakna kecuali efek anestetik dan astringen. Hemoroid interna yang mengalami prolaps oleh karena oedem umumnya dapat dimasukkan kembali secara perlahan disusul dengan tirah baring dan kompres lokal  untuk mengurangi pembengkakan. Rendam duduk dengan cairan hangat juga dapat meringankan nyeri. (Werner Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
2)    Skleroterapi
Skleroterapi adalah penyuntikkan larutan kimia yang merangsang, misalnya 5% fenol dalam minyak nabati. Penyuntikan diberikan ke submukosa dalam jaringan areolar yang longgar di bawah hemoroid interna dengan tujuan menimbulkan peradangan steril yang kemudian menjadi fibrotic dan meninggalkan parut. Penyuntikan dilakukan disebelah atas dari garis mukokutan dengan jarum yang panjang melalui anoskop. Abapila penyuntikan dilakukan pada tempat yang tepat maka tidak ada nyeri. Penyulit penyuntikan termasuk infeksi, prostatitis akut jika masuk dalam prostat, dan reaksi hipersensivitas terhadap obat yang disuntikan. Terapi suntikan bahan sklerotik bersama nasehat tentang makanan interna derajat I dan II, tidak tepat untuk hemoroid yang lebih parah atau prolaps.
3)    Ligasi dengan gelang karet
Hemoroid yang besar atau yang mengalami prolaps  dapat ditangani dengan ligasi gelang karet menurut Barron. Dengan bantuan anoskop, mukosa di atas hemoroid yang menonjol di jepit dan ditarik atau dihisap ke tabung ligator khusus. Gelang karet didorong dari ligator dan ditempatkan secara rapat di sekeliling mukosa pleksus hemoroidalis tersebut. Pada satu kali terapi hanya diikat satu kompleks hemoroid, sedangkan ligasi berikutnya dilakukan dalam jarak waktu 2-4 minggu.
Penyulit utama dari ligasi ini adalah timbulnya nyeri karena terkenanya garis mukokutan. Untuk menghindari ini maka gelang tersebut ditempatkan cukup jauh dari garis mukokutan. Nyeri yang hebat dapat pula disebabkan infeksi. Perdarahan dapat terjadi waktu hemoroid mengalami nekrosis, biasanya setelah 7-10 hari. (Werner Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
4)    Krioterapi/bedah beku
Hemoroid dapat pula dibekukan dengan suhu yang rendah sekali. Jika digunakan dengan cermat, dan hanya diberikan ke bagian atas hemoroid pada sambungan anus rektum, maka krioterapi mencapai hasil yang serupa dengan yang terlihat pada ligasi dengan gelang karet dan tidak ada nyeri. Dingin diinduksi melalui sonde dari mesin kecil yang dirancang bagi proses ini. Tindakan ini cepat dan mudah dilakukan dalam tempat praktek atau klinik. Terapi ini tidak dipakai secara luas karena mukosa yang nekrotik sukar ditentukan luasnya. Krioterapi ini lebih cocok untuk terapi paliatif pasa karsinoma rektum yang irreponibel.
5)    Hemoroidal Arteri Ligation (HAL)
Pada terapi ini, arteri hemoroidalis diikat sehingga jaringan hemoroid tidak mendapat aliran darah yang pada akhirnya mengakibatkan jaringan hemoroid mengempis dan akhirnya nekrosis.
6)    Infra Red Coagulation (IRC) Koagulasi Infra Merah
Dengan sinar infra merah yang dihasilkan oleh alat yang dinamakan photocoagulation, tonjolan hemoroid dikauter sehingga terjadi nekrosis pada jaringan dan akhirnya fibrosis. Cara ini baik digunakan pada hemoroid yang sedang mengalami perdarahan.
7)    Generator galvalis
Jaringan hemoroid dirusak dengan alur listrik searah yang berasal dari baterai kimia. Cara ini paling efektif digunakan pada hemoroid interna.
8)    Bipolar Coagulation/ Diatermi Bipolar
Prinsipnya tetap sama dengan terapi hemoroid lain di atas yaitu menimbulkan nekrosis jaringan dan akhirnya fibrosis. Namun yang digunakan sebagai penghancur jaringan yaitu radiasi elektromagnetik berfrekuensi tinggi sampai akhirnya timbul kerusakan jaringan. Cara ini efektif untuk hemoroid interna yang mengalami perdarahan.
b.    H2 terapi bedah
Terapi bedah di pilih untuk penderita yang mengalami keluhan menahundan pada penderita hemoroid derajat III dan IV. Terapi bedah juga dapat dilakukan dengan perdarahan berulang dan anemia yang tidak dapat sembuh dengan cara terapi lainnya yahng lebih sederhana. Penderita hemoroid derajat IV yang mengalami thrombosis dan kesakitan hebat dapat ditolong segera dengan hemoroidektomi.      
Prinsip yang harus diperhatikan dalam hemoroidektomi adalah eksisi yang hanya dilakukan pada jaringan yang benar-benar berlebihan. Eksisi sehemat mungkin dilakukan pada anoderm dan kulit yang normal dengan tidak mengganggu sfingter anus. Eksisi jaringan ini harus digabung dengan rekonstruksi tunika mukosa karena telah terjadi deformitas kanalis analis alibat prolapsus mukosa.
(Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Ada tiga tindakan bedah yang tersedia saat ini yaitu bedah konvensional (menggunakan pisau dan gunting), bedah laser (sinar laser sebagai alat pemotong) dan bedah stapler (menggunakan alat dengan prinsip kerja stapler)
1)    Bedah konvensional
Saat ini ada 3 teknik operasi yang biasa digunakan yaitu :
a)    Teknik Miligan – Morgan
Teknik ini digunakan untuk tonjolan hemoroid di 3 tempat utama. Teknik ini dikembangkan di Inggris oleh Miligan dan Morgan pada tahun 1973. Basis massa hemoroid tepat di atas linea mukokutan dicekap dengan hemostat dan diretraksi dari rektum. Kemudian dipasanga jahitan transfiksi catgut proksimal terhadap pleksus hemoroidalis. Penting untuk mencegah pemasangan jahitan melalui otot sfingter internus.
Hemostat kedua ditempatkan distal terhadap hemoroid ekterna. Suatu incise elips dibuat dengan scalpel melalui kulit dan tunika mukosa sekitar pleksus hemoroidalis internus dan eksternus, yang dibebaskan dari jaringan yang mendasarinya. Hemoroid dieksisi secara keseluruhan. Bila diseksi mencapai jahitan transfiksi catgut maka hemoroid eksterna dibawah kulit dieksisi. Setelah mengamankan hemostasis, maka mukosa dan kulit anus ditutup secara longitudinal dengan jahitanjelujur sederhana. Biasanya tidak lebih dari tiga kelompok hemoroid yang dibuang pada satu waktu. Striktura rektum dapat merupakan komplikasi dari eksisi tunika mukosa rektum yang terlalu banyak. Sehingga lebih baik mengambil terlalu sedikit daripada mengambil terlalu banyak jaringan.(Mansjur A dkk, 1999 : 321-324)
b)    Teknik Whitehead
Teknik operasi yang akan digunakan untuk hemoroid yang sirkuler ini yaitu dengan mengupas seluruh hemoroid dengan membebaskan mukosa dari submukosa dan mengadakan reseksi sirkuler terhadap mukosa daerah itu. Lalu mengusahakan kontinuitas mukosa kembali.
c)    Teknik Langenbeck
Pada teknik Langenbeck, hemoroid internus dijepit radier dengan klem. Lakukan jahitan jelujur di bawah klem dengan catgut chromic no 2/0. Kemudian eksisi jaringan diatas klem. Sesudah itu klem dilepas dan jepitan jelujur di bawah klem diikat. Teknik ini lebih sering digunakan karena caranya mudah dan tidak mengandung resiko pembentukan jaringan parut sekunder yang biasa menimbulkan stenosis. (Werner Kahle, dr Marjadi H, 1998 : 232)
2)    Bedah Laser    
Pada prinsipnya, pembedahan ini sama dengan pembedahan konvensional, hanya alat pemotongnya menggunakan laser. Saat laser memotong, pembuluh jaringan terpatri sehingga tidak banyak mengeluarkan darah, tidak banyak luka dan dengan nyeri yang minmal. Pada bedah dengan laser, nyeri berkurang karena saraf rasa nyeri ikut terpatri. Di anus, terdapat banyak saraf. Pada bedah konvensional, saat post operasi akan terasa nyeri sekali karena pada saat memotong jaringan, serabut saraf terbuka akibat serabut saraf tidak mengerut sedangkan selubungnya mengerut. Sedangkan pada bedah laser, serabut saraf dan selubung saraf menempe jadi satu, seperti terpatri sehingga serabut syaraf tidak terbuka. Untuk hemoroidektomi, dibutuhkan daya laser 12-14 watt. Setelah jaringan diangkat, luka bekas operasi direndam cairan antiseptic. Dalam waktu 4-6 minggu, luka akan mongering. Prosedur ini bisa dilakukan hanya dengan rawat jalan. (Linchan, 1994 : 56-59)
3)    Bedah Stapler
Teknik ini juga dikenal dengan nama Procedure for Prolapse Hemorrhoids (PPH) atau hemoroid Circular Stapler. Pada dasarnya hemoroid merupakan jaringan alami yang terdapat di saluuran anus. Fungsinya adalah sebagai bantalan saat buang air besar. Kerjasama jaringan hemoroid dam sfingter ani untuk melebar dan mengerut menjamin kontrol kaluarnya cairan dan kotoran dari dubur. Teknik PPH ini mengurangi prolaps jaringan heemoroid dengan mandorongnya ke atas garis mukokutan dan mengembalikan jaringan hemoroid ini ke posisi anatominya semula karena jaringan hemoroid ini masih diperlukan sebagai bantalan saat BAB, sehingga tidak perlu dibuang semua. (Melfiawati, EGC : 2001)
Meskipun jarang, tindakan PPH memiliki resiko yaitu :
·      Jika terlalu banyak jaringan otot yang ikut terbuang, akan mengakibatkan kerusakan dinding rektum.
·      Jika sfingter ani internus tertarik, dapat menyebabkan disfungsi baik dalam jangka waktu pendek maupun jangka panjang.
·      Seperti pada operasi dengan teknik lain, infeksi pada pelvis juga pernah dilaporkan.
·      PPh bisa saja gagal pada hemoroid yang terlalu besar karena sulit untuk memperoleh jalan masuk ke saluran anus dan kalaupun bisa masuk, jaringan mungkin terlalu tebal untuk masuk ke dalam stapler.
c.    Tindakan pada hemoroid eksterna yang mengalami thrombosis
Keadaan ini bukan hemoroid dalam arti yang sebenarnya tetapi merupakan thrombosis vena oroid eksterna yang terletak subkutan di daerah kanalis analis. Thrombosis dapat terjadi karena tekanan tinggi di vena tersebut misalnya ketika mengangkat barang berat, batuk, bersin, mengejan, atau partus. Vena lebar yang menonjol itu dapat terjepit sehingga kemudian terjadi thrombosis. Kelainan yang nyeri sekali ini dapat terjadi pada semua usia dan tidak ada hubungan dengan ada/tidaknya hemoroid interna kadang terdapat lebih dari satu thrombus. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Keadaan ini ditandai dengan adanya benjolan di bawah kulit kanalis analis yang nyeri sekali, tegang dan berwarna kebiru-biruan, berukuran dari beberapa militer sampai satu atau dua sentimeter garis tengahnya. Benjolan itu dapat unilobulaar, dan dapat pula multilokuler atau beberapa benjolan. Rupture dapat terjadi pada dinding vena, meskipun biasanya tidak lengkap, sehingga masih terdapat lapisan tipis adventitia menutupi darah yang membeku. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Pada awal timbulnya thrombosis, terasa sangat nyeri, kemudian nyeri berkurang dalam waktu dua sampai tiga hari bersamaan dengan berkurangnya oedem akut. Ruptur spontan dapat terjadi diikuti dengan perdarahan. Resolusi spontan dapat pula terjadi tanpa terapi setelah dua sampai empat hari. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)
Terapi yang dapat dilakukan, keluhan dapat dikurangi dengan rendam duduk menggunakan larutan hangat, salep yang mengandung analgesic untuk mengurangi nyeri atau gesekan pada waktu berjalan, dan sedasi. Istirahat di tempat tidur dapat membantu mempercepat berkurangnya pembengkakan. Pasien yang datang sebelum 48 jam dapat ditolong dan berhasil dengan cara segera mengeluarkan thrombus atau melakukan eksisilengkap secara hemoroidektomi dengan anestesi lokal. Nyeri akan segera hilang pada saat tindakan dan luka akan sembuh dalam waktu singkat sebab luka berada di daerah yang kaya akan darah. (Sjamsuhidajat, 2004 : 672-675)

Greek Mythology (Curcol Edition*)

Hae, Guys... Did you ever heard about Greek Mythology before? To be honest, I’m never heard it before. Till someone that I follo...